"Mommy! Jiminie home~" Jimin membuka sepatunya lalu masuk ke dalam rumah dengan semangat dan badan yang masih terdapat jejak darah. Sang ayah hanya bisa mendesah pasrah melihat penampilan Jimin saat ini.
Jimin tak mau bersih-bersih tadi dan terpaksa ia menuruti permintaan Jimin untuk segera pulang dan menemui Jaejoong.
Jimin bilang Jaejoong akan membuat kue untuk hari ulang tahunnya kali ini. Jadi ia ingin buru-buru pulang.
Yunho menyusul di belakangnya, ia mengedarkan pandangannya keseisi rumah yang hening.
Sepertinya Jaejoong sudah tidur dan Chanyeol juga sudah terlelap mengingat jika ini sudah terlalu larut untuk terjaga.
Ia melihat Jimin masuk ke dalam kamarnya lalu ia juga naik ke lantai dua untuk menempati kamar tamu. Entah kenapa ia tak mau menemui Jaejoong kali ini.
Ia hanya belum siap saat ini.
Sedangkan Jimin tengah termenung di dalam kamarnya. Ia berjongkok di depan pintu kamar lalu memeluk lutunya dengan erat.
"Hiks.. hiks.. I hate my birthday.. hiks..," Jimin memukuli dadanya lalu mendongkak dengan mata terpejam dan bibir bawah yang di gigit kuat.
Semua pertanyaan masih tersimpan di dalam pikirannya, ia ingin menanyakan semua hal pada sang ayah.
Kenapa ayahnya menikah dengan orang lain? Kenapa sampai bisa berpisah dengan sang ibu? Kenapa harus di hari ulang tahunnya? Kenapa ayahnya bisa mengalihkan perhatiannya lewat mainannya? Kenapa ia tak bisa melawan?
"Mommy.. hiks hiks," Jimin makin terseguk-seguk. Ia merasakan nafasnya sesak, kepalanya pening dan terasa banyak jarum yang menusuki kepalanya.
"ARRGHH!" Jimin mulai berteriak kencang, ia mengedarkan pandangannya ke kamarnya dan merangkak perlahan ke laci sebelah kasurnya.
"Knife.. uhh, My knife...," gumamnya sambil membuka laci paling atas. Ia melihat ada banyak pisau berukuran kecil yang memang sengaja ia simpan disana.
Jimin lalu menidurkan dirinya di kasur dengan posisi terlentang, ia menatap pisaunya yang ia ganggam dengan gemetar.
Jimin mengigit bibirnya kuat merasakan kepalanya makin berdenyut sakit. Ia lalu mengangkat pisau kecilnya dan menancapkannya di paha kanan.
"ARRGHH!!" ia mulai berteriak kencang, menahan rasa perih di pahanya.
Darah mulai mengalir di sepanjang pahanya dan mengenai sprei tempat tidurnya.
Duk Duk Duk
"JIMIN?! KAU SEDANG APA?!" tak lama Jimin mendengar suara sang kakak di balik pintu sana, ia memejamkan matanya erat.
Sakit kepalanya belum reda, ia menjerit keras saat merasakan pisau itu tercabut kembali dan ia tusukan kembali pada pahanya.
"ARRRGHH!! KURANG!! INI MASIH SAKITHH!!" Teriaknya lalu mulai menjerit dan menangis meraung disana.
Buk! Buk! Buk!
Bruak!
"JIMIN??!!!" Jimin yang tadinya masih sibuk dengan rasa pening di kepalanya menoleh melihat Chanyeol di depan pintu kamarnya.
"Hyung.. Hiks.. Help me.. it's hurt hiks hiks," tangisannya makin mengeras dengan sebelah tangan memukuli kepalanya dengan kuat.
"JIMIN?!" tak lama mereka juga mendengar suara Yunho berteriak disana.
Yunho membulatkan matanya saat melihat keadaan Jimin. Ia segera berlari ke dapur dan mengambil segelas air disana.
Chanyeol sendiri kini melemparkan pisau yang di pakai Jimin dan memeluk erat sang adik.
"Sadar Jimin-ah, hiks hyung mohon sadarlah," Chanyeol ikut menangis sekarang melihat keadaan adiknya.
Jimin makin berteriak sakit dan meronta di pelukan Chanyeol. Ia butuh pelampiasan rasa sakit yang lain.
"HYUNG!!! ARRRGHH KEPALAKU!!" Jimin makin memekik kencang dan tangan yang memukuli tubuh tegap Chanyeol.
Chanyeol hanya bisa diam dan makin erat memeluk sang adik, ia mengecupi pipi Jimin dengan deraian air matanya.
"YEOL! PEGANGI JIMIN!" Chanyeol sedikit tersentak saat mendengar teriakan Yunho di awang pintu.
Yunho membawa segelas air, kotak obat dan suntikan disana. Chanyeol mengangguk mengerti.
Ia membaringkan Jimin di kasur lalu menahan tangannya sambil memeluk Jimin erat.
Yunho bergerak cepat disana, ia menahan lengan kanan Jimin, ia membuka tutup jarum suntik itu lalu sedikit menekan suntikannya. Setelahnya ia menyuntikan cairan yang berada dalam suntikan itu ke lengan Jimin.
"ARRRGHH!!" Jimin makin meracau karna merasakan perih di tempat Yunho menyuntiknya.
Ia bisa merasakan rasa sakit jauh lebih banyak dan melupakan rasa sakit di kepala dan hatinya.
Beberapa menit menjerit kesakitan dan tubuh yang di tahan Chanyeol juga Yunho, perlahan Jimin mulai tenang.
Terlihat ia mengerjap dengan nafas yang naik turun cepat dan peluh yang bertengger di pelipisnya.
"Sudah sayang?" tanya Yunho sambil mengelusi pipi dan pelipis Jimin.
"Maaf daddy lupa efek samping kau bermain dan perkataan daddy tadi," Jimin hanya bisa mengangguk pasrah dan memejamkan matanya.
Chanyeol berinisiatif mengambil gelas dan kotak obat yang Yunho simpan di kasur tadi.
"Bangun dulu ya Jiminie, kita minum obat dulu," Jimin dengan keadaannya yang lemas hanya bisa menuruti perkataannya kakaknya.
Ia di bantu duduk dan di berikan segelas air, ia menerima air itu dengan tangan yang bergetar hebat karna efek suntikan yang Yunho berikan padanya.
Chanyeol membuka kotak obat lalu mencari plastik obat pil berwarna hijau disana. Ia lalu memberikan 3 pil itu pada Jimin.
Jimin segera meminumnya dengan sekali tegukan, setelahnya ia menidurkan badannya kembali di kasur.
Badannya mulai rilex, nafasnya mulai teratur walau beberapa kali akan tercekat.
"Dimana Mommy?" tanya Yunho akhirnya sambil mengelusi rambut Jimin yang kini sudah terlelap.
"Di kamar mungkin," ucap Chanyeol sambil mencoba membuka pakaian Jimin.
Ia sedikit meringis melihat luka di paha adiknya, ia beranjak untuk mengambil air di kamar mandi adiknya. Berencana untuk membersihkan luka Jimin.
Sedangkan Yunho disana hanya mengangguk lalu menunduk mengecup kening Jimin dengan lembut.
Setelahnya ia keluar kamar Jimin, berjalan ke arah kamarnya dan Jaejoong, saat akan membuka pintunya, ia terhenti sejenak untuk menarik nafasnya. Ia tak mau membuat Jaejoong khawatir tapi mau bagaimanapun Jaejoong harus tau keadaan Jimin.
Setelah memantapkan hati, ia menguatkan diri untuk bertemu Jaejoong. Ia membuka pintunya dengan perlahan takut akan mengganggu Jaejoong disana.
Cklek
Yunho membuka pintu kamar perlahan lalu melihat ke dalamnya yang gelap gulita. Ia sedikit menyerngit mencium bau yang sangat familiar untuknya.
Tangannya meraba perlahan ke samping mencari saklar lampu kamar.
Klik.
"Booja—
Yunho membulatkan matanya saat lampu menyala menerangi sekeliling kamar.
Ia refleks terjatuh kebawah dan merasakan dunianya hancur seketika melihat keadaan Jaejoong.
Lantai kamar mereka berwarna merah darah dan Jaejoong terlentang di bawah kasur dengan genangan darah di sekelilingnya juga tusukan pisau di perutnya.
"JAEJOONG!!!!!!"
![](https://img.wattpad.com/cover/188123379-288-k227232.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Cinderella [KookMin]
FanfictionAku bukanlah Cinderella yang dengan mudahnya di tindas oleh ibu dan 2 kaka tirinya. Justru... akulah yang akan menindas mereka Melihat mereka membayar penderitaanku itu menyenangkan Melihat mereka memohon di bawah kakiku itu membahagiakan Melihat me...