Jimin hanya bisa menunduk tak berani menatap Yunho yang terlihat sedang menahan emosinya.
Ayahnya itu tadi melihat sendiri jika ia akan membunuh Boa di kamarnya. Yunho beruntung bisa menghentikan Jimin saat Boa hampir pingsan karna sesak nafas.
"Jiminie daddy akan menghukummu karn-
"Daddy tidak tau apa yang terjadi. Kenapa hanya melihat dari satu sisi tanpa mau mendengar penjelasanku?" Yunho mengerjap saat Jimin memotong perkataannya dengan nada yang bergetar.
Seperti saat ia menarik Jimin menjauhi Boa, anak manisnya itu terlihat ketakutan. Bukan takut padanya tapi takut pada kejadian yang baru di lakukannya.
Sepertinya Jimin tak menyadari apa yang ia lakukan. Ia beruntung pulang lebih cepat dari biasanya, ia memang berniat pulang lebih awal karna besok ia akan cuti.
Saat membuka pintu rumah, Yunho merasa sedikit bingung. Tidak biasanya rumah sepi, biasanya Boa akan menonton televisi sore hari di temani Eunha atau Yeri dan mereka akan bercerita sepanjang sore.
Saat Yunho memanggil istrinya itu juga tak ada sautan, sampai ia mendengar erangan kesakitan dan bentakan kesal dari suara yang sangat di kenalnya.
Ia langsung berlari ke asal suara dan menemukan jika Jimin tengah mencekik Boa di lantai kamarnya.
"Daddy sudah lihat semua. Kau mau membunuh ibu tirimu!" Bentak Yunho tanpa sadar karna melihat Jimin akan membela dirinya sendiri disaat Yunho bahkan sudah melihat kelakuan Jimin.
"Aku tidak!" Bentak Jimin balik sambil berdiri dari duduknya di sofa. Yunho memaksanya untuk duduk dan membicarakan hal ini tadi.
Jimin awalnya tak mau karna ia berpikir tak ada yang perlu di jelaskan, ia tak salah apa-apa. Ibu tirinya lah yang mencari gara-gara padanya.
Boa tadi sempat ketakutan dekat dengan Jimin, ia mengurung dirinya di kamar dengan Eunha yang menemaninya. Boa terlihat sedikit syok tadi mendapat serangan mendadak dari Jimin.
"Berhenti menyakiti orang lain Jimin! Jangan seperti mommymu! Kau mau mati seperti mommy hah?!" Jimin mengepalkan tangannya sambil menatap ayahnya dengan tatapan datar.
Sedangkan Yunho mencoba mengobtrol emosinya disana, ia harus bisa menegaskan Jimin. Mau bagaimana pun Jimin tak boleh menyakiti orang lain lagi, apalagi Jimin mau menyakiti ibu tirinya sendiri.
"Lebih baik aku mati seperti mommy, ia mati dengan damai tanpa harus memikirkan lelaki brengsek yang mendua menikahi wanita pelacur dan mempunyai anak tiri dua ekor ular!"
"PARK JIMIN!"
Jimin menahan isak tangisnya saat Yunho makin meninggikan nada bicaranya sambil menarik tangannya sampai pria manis itu sedikit terhuyung.
"Daddy akan menghukummu karna sudah berani berbicara buruk begitu!"
"Silahkan saja, aku tak takut. Kau tau sendiri Tuan Park, aku bisa melakukan apapun jika dalam masa hukumanmu."
Yunho makin mengeram marah mendengar penuturan Jimin, ia yang tadinya akan mengurung Jimin di kamar mandi segera memikirkan hukuman lain untuk Jimin.
"Kau sudah berjanji padaku sebelumnya Tuan Park. Jika kau berani berbuat sesuatu padaku, aku pastikan itu adalah hari terakhirmu melihatku." Perlahan, pertahanan Yunho runtuh. Ia tak bisa membela orang lain lagi jika anaknya malah begini.
Ia tak bisa bersikap keras pada Jimin, ia tak bisa tegas pada Jimin karna pada akhirnya. Ia takut kehilangan anak kesayangannya ini.
"Maafkan daddy." Jimin tersenyum penuh kemenangan saat ayahnya memeluk tubuhnya dengan erat.
Seperti dugaannya, Yunho tak akan bisa apa-apa dan lemah jika ia mulai mengancam dengan kata-kata bualan yang di ajarkan sang Mommy.
Jimin adalah anak kesayangan Yunho, dari dulu Yunho selalu menganggap jika Jimin adalah keberuntungannya.
Karna semenjak Jimin lahir, hal baik selalu datang padanya. Ia terbiasa memanjakan Jimin dan rela melakukan apapun demi anaknya.
Dan ancaman semacam ini justru sangat mengganggunya, ia tak mau Jimin pergi. Apalagi Jimin belum sembuh dari penyakitnya sampai saat ini.
"Maafkan Jiminie juga sudah berkata kasar dan tak sopan pada Daddy." Yunho mengangguk dan mengatakan tidak apa-apa dengan hal itu.
"Maaf juga Jiminie hampir mencelakai orang lain lagi, Jiminie tidak terima jika dia menuduh Jimin yang tidak-tidak." Yunho mengerutkan keningnya saat mendengar Jimin berkata begitu.
Benar, ia harus mendengar alasan Jimin melakukan hal itu.
"Apa yang dia lakukan pada Jiminie hum?" Jimin menyeringai dalam hati. Saatnya meminta orang lain pada ayahnya untuk di ajak bermain.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Cinderella [KookMin]
FanfictionAku bukanlah Cinderella yang dengan mudahnya di tindas oleh ibu dan 2 kaka tirinya. Justru... akulah yang akan menindas mereka Melihat mereka membayar penderitaanku itu menyenangkan Melihat mereka memohon di bawah kakiku itu membahagiakan Melihat me...
![I'm Not A Cinderella [KookMin]](https://img.wattpad.com/cover/188123379-64-k227232.jpg)