Setelah beberapa bulan mengikuti pengayaan untuk persiapan UN, akhirnya selesai juga. Sekarang adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh anak kelas tiga. Ya, ini adalah hari penentuan kelulusan bagi siswa siswi Sekolah Tunas Bangsa. Dan kabar gembira kembali hadir buat Ana. Karena dirinya adalah siswi dengan predikat lulusan terbaik di angkatannya. Bukan cerita lagi, Ana menerima penghargaan yang diberikan langsung oleh Bapak Kepala Sekolah di depan semua murid. Banyak murid yang melihat itu turut merasa bahagia. Tapi masih ada saja siswi yang tak ikut bahagia. Ya, mereka adalah geng dari Dini.
Ana merasakan bahwa nikmat yang Allah berikan sangat banyak. Walaupun ia harus menderita ditindas oleh geng-geng Dini. Tapi, lagi-lagi Allah memberikan nikmat yang sangat luar biasa. Ana akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dengan beasiswa.
Namun, semua impian itu sisa kenangan pahit. Bapak Ana tak mengizinkan Ana untuk merantau mengejar cita-citanya. Hari-hari yang ia lalui juga semakin membuat dirinya kecewa dan sakit. Karena sahabatnya yang pernah menjadi mata untuk dirinya telah pergi mengejar impiannya.
Sekarang Alfin sedang menempuh pendidikannya di kota Bogor. Berbeda jauh dengan Ana yang masih enggan meninggalkan kampung halamannya. Bukan tanpa alasan Ana tak mengejar cita-citanya. Melainkan kedua orang tuanya yang melarang.
Bagi Ana menentang perintah kedua orang tua akan membuat ia durhaka kepada kedua orang tuanya. Rasanya sangat sakit jika harus memilih mimpi yang ia lepas atau menuruti keinginan orang tuanya. Rasanya ia termasuk anak yang durhaka. Tapi selama sebulan lebih Ana menangis hingga membuat dirinya enggan keluar rumah. Bukan tanpa sebab ia seperti itu. Dalam hatinya yang paling dalam, masih ada gejolak untuk merantau. Mengejar cita-citanya yang tinggi.
“Nak, sudahlah!”
“Jangan mengurung diri seperti ini. Ini akan membuat kamu semakin sakit. Buat apa kamu merantau jauh-jauh nak. Kamu akan tersiksa sendiri. Ibu, tidak bisa bantu kamu nak. Kamu tahu sendiri bagaimana sifat bapakmu. Sangat keras!” kata Tia memeluk Ana.
Ibu Tia tidak pernah menyerah untuk membujuk Ana yang sifatnya kadang keras kepala batu. Bukan hal biasa Ana kadang seperti itu. Karena suaminya juga keras kepala. Tapi ibu Tia tidak pernah menyesal memiliki suami yang seperti itu. Karena ia yakin bahwa Allah telah menetapkan jodoh untuk seluruh hamba-hambanya.
“Ana!”
Ana tahu bahwa ia sedang di panggil oleh bapaknya. Dalam hati Ana membatin “pasti akan dimarahi lagi. Ok ... Fix. Aku tidak akan kuliah di Makassar. Demi kebaikan bapaknya. Ana rela berkorban demi orang tuanya.
Lagi-lagi ia harus berkorban. Dalam hidupnya, ia terus merasa bersalah kepada orang tuanya. Bahkan berkali-kali ia harus berkorban.
“Nak ..., Bapak tidak melarang kamu kuliah jauh. Tapi bapak tidak sanggup membiayai uang kuliah kamu nak.”
Rasanya aku merasa anak paling kejam di dunia. Jika aku paksakan kehendak diri ini. Banyak juga anak-anak yang tidak mampu melanjutkan kuliah. Sedangkan aku, aku bisa kuliah juga. Walaupun tetap di kampung halaman.
“Pak, jangan cemasin Ana lagi. Ana mau kok kuliah di sini saja. Tidak bakal ninggalin bapak sama ibu sendirian,” tangis Ana pecah saat menyatakan semua keinginan bapaknya untuk dirinya. Rasanya sesak ... tapi untuk kebahagiaan orang tuanya, ia ikhlas menahan sesak yang memuncak dalam dada.
***
Hari-hari berganti dengan sendirinya. Rasa sakit yang dialami Ana juga semakin memudar. Berjalannya waktu, kini Ana sadar bahwa dirinya tak boleh berkecil hati. Masih banyak anak-anak diluaran sana yang kurang beruntung dari pada dirinya. Masih banyak anak-anak yang tak mengenyam pendidikan. Bahkan untuk menamatkan pendidikan di tingkat dasar masih banyak anak yang tidak mampu. Rasanya ... ia sangat sombong jika ia terus larut dalam bayang-bayang suram yang ia alami. Bukannya bangkit dan memulai lembaran baru kembali. Menata masa depan dengan hidup bahagia dan sederhana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Sang Wanita
SpiritualBismillah Assalamualaikum Salam mimpi dari wanita penuh perjuangan Sahabat jannah, kisah ini bercerita tentang mimpi sang wanita. Mimpi ini berawal dari bully teman-temannya yang suka akan sosok ketua kelasnya. Namun, ada gadis pendiam namun cerdas...