Bab 15 Kemarahan Dini

33 3 0
                                    

Cinta mampu merubah sifat manis menjadi benci. Tak ada yang tahu. Semua ambisi untuk memiliki merubah dirinya dalam sekejap. Entah apa ini yang dinamakan dengan cinta. Namun, cinta yang datang akan paksaan tak mungkin bahagia. Yakinlah itu!


“Na, aku antar kamu ya sampai ke parkiran,” tanya Rezky menawarkan kepada Ana.

“Iya deh, kan sama Tina juga jalannya, kalau sama kamu aja aku bakal nolak ya hehehe,” sahut Ana dengan tawa kecilnya.

Rezky yang melihat tingkah aneh dari Ana hari ini merasa senang. Seolah beban pikiran yang ia pendam ternyata harus ia lenyapkan. Karena Ana sudah sangat bahagia dengan kehidupannya sekarang.

Kedatangan aku dihadapannya sekarang malah membuat aku yang terluka. Aku yang merasakan cinta sedalam lautan harus jauh dari hadapannya. Sebab, jika tidak, malah aku sendiri yang akan terluka sendiri dengan menghadapi kenyataan bahwa cinta ini sudah terlalu dalam untuk dirinya.

Sedari terus berbincang menuju ke tempat parkiran, tanpa sadar ketiga manusia ini sudah menjadi incaran dari Dini. Dini yang melihat dengan kepala matanya sendiri sudah ingin meluapkan amarahnya. Baru saja ia datang memperingati Ana, tapi Ana yang kurang sadar malah tidak takut akan ancamannya.

***

Ana, Tina, dan Rezky yang sudah sampai di tempat parkiran harus berpisah. Karena arah pulang ketiganya tidak ada yang sama. Sedangkan Ana harus menunggu Alfin untuk pulang bersama.

Waktu terus berjalan tanpa henti, Ana yang sudah menunggu Alfin dengan sabar tak kunjung mendatangkan tanda-tanda sosok Alfin. Entah Alfin belum selesai jam kuliahnya atau ia telah pulang sendiri, semua sudah mengganggu pikiran Ana. Apakah dirinya akan ditinggal?

Sedangkan Dini yang melihat Ana sendiri di tempat parkiran sudah menyusun rencana untuk membalas untuk hari ini. Dini akan bermain dengan sangat cantik. Tanpa Ana sadar akan masuk ke dalam perangkap. Itulah cinta, ia akan membuat orang menjadi nekad untuk meraihnya dengan jalan apapun.

“Na, kamu belum pulang? Sudah sore ini loh, kamu nunggui siapa sih, kalau kamu tidak keberatan biar aku antar kamu pulang ke rumah kamu,” ujar Dini menawarkan tumpangan.

Ana yang tak mau berburuk sangka menerima tawaran Dini. Bukan tanpa alasan karena dirinya juga tidak tahu arah pulang. Ia hanya mengingat alamat rumahnya namun belum sepenuhnya hapal jalur pulang ke rumahnya.

“Ayo naik!”

Ana yang dimintai untuk segera naik, tanpa berpikir panjang mengikuti perintah Dini. Sungguh sombong dirinya jika ia berpikir buruk akan kebaikan seseorang. Walaupun seseorang itu pernah berbuat jahat terhadap dirinya. Ana yang sangat polos hanya mau memaafkan, tanpa mengungkit masalah yang pernah terjadi, karena ia yakin bahwa Allah saja Maha Memaafkan, kenapa kita sebagai manusia sangat sombong untuk memaafkan sesama manusia.

Ana yang sangat kelelahan hari ini sudah tertidur. Karena sebelumnya ia telah memberitahukan alamat rumahnya kepada Dini. Dini yang sangat puas melihat kepolosan Ana yang masih saja tidak berubah akan sangat membantu dirinya untuk menjalankan rencana yang telah ia susun di kampus.

Dini hanya mau memberi teguran bahwa siapa saja yang tidak patuh akan perintahnya maka ia sudah mengangkat bendera perang. Malam sudah menyambut mimpi indah Ana. Ana yang masih saja terlelap sudah larut dalam alam mimpinya. Sementara Dini sibuk memerintah anak buahnya untuk bermain dengan Ana.

Sementara Alfin yang sudah cemas karena memang kelasnya harus berakhir setelah shalat magrib. Dan ia lupa memberi tahu Ana. Handphone yang ia pakai kehabisan baterai, yang membuat ia tidak menghubungi Ana.

Ana yang masih terlelap saja tanpa ada rasa untuk terbangun membuat Dini merasa senang akan rencananya. “Terima kasih sayang, karena kepolosanmu aku menjadi mudah untuk menyingkirkan kamu dari hadapan Rezky,” ujar Dini dalam hati.

Ana sudah dibawa masuk ke dalam gedung yang sangat jauh dari jangkauan masyakarat. Dini yang berpikir seperti itu, karena ia tidak mau mencemari mukanya jika ia berani membawa seseorang dalam keadaan tidur. Dini sekarang telah membuka jilbab ana dan pakaiannya setengah terbuka. Ia melakukan ini sebagai bukti bahwa pasti Ana sendiri yang akan melakukannya. Kemudian ia menyuruh anak buahnya untuk berada di samping Ana. Tanpa menunggu waktu yang lama, Dini sudah mendapatkan apa yang ia rencanakan. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk membeberkan apa yang ia dapat malam ini sebagai senjata untuk menjatuhkan Ana di hadapan Rezky, sosok yang selama ini ia incar.

Setelah itu, Dini mengantarkan Ana pulang ke rumahnya. Sesuai alamat yang ia beritahukan tadi sore. Untung saja ia belum terlalu malam untuk mengantarkan Ana pulang. Dan tidak akan ada yang percaya bahwa Ana sudah diperalat oleh dirinya. Karena semua yang Ana kenakan sama sekali tidak ada tanda bahwa sudah dibuka.

***
Semua yang terjadi di muka bumi akan terekam oleh sisi tv Allah, tidak ada yang terlewatkan walau hanya sedetik. Kita manusia yang hanya bisa mengatur semuanya harus mempertanggung jawabkan kelak di akhirat. Tidak ada diskon untuk segala dosa yang telah diperbuat, baik itu disengaja atau tidak.

Mimpi Sang WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang