BAB 22 Pertemuan Mata

28 3 0
                                    

Setelah 9 bulan dari percakapan terakhir mereka keduanya telah selesai sidang untuk S2 nya masing-masing. Mereka sama-sama di wisuda di bulan yang sama, Cuma berbeda hari. Tapi, keduanya bahkan tak ada yang saling mengabari. Rasa rindunya yang berbulan-bulan kini sudah ada di ujung tanduk. Keduanya saling memandang foto di ponsel yang ia ambil sebelum keberangkatannya.

Kini Alfin sudah membereskan semua pakaiannya untuk segera terbang ke Inggris menyusul Ana. Baginya ini adalah hadiah terindah yang akan ia berikan untuk istrinya. Nada dering dari WA langsung menggema di layar ponselnya. Betapa kagetnya ia menatap foto yang ia dapat dari seseorang tanpa mengenal siapa pengirimnya. Bahkan raut bahagia yang tadi seolah bersinar terang kini menjadi padam seketika melihat apa yang terpampang nyata di depannya. Ia melihat foto Ana dengan baju yang sudah terbuka kancing bajunya sampai menampilkan bagian branya. Baginya sekarang ia sedang ditampar oleh seseorang dengan sangat keras. Bak dihujani jarum yang menancap tajam di hatinya kini ponselnya sudah jatuh di lantai. Ia sudah tak peduli dengan keberangkatannya sekarang.

Hatinya sudah benar-benar hancur sekarang melihat wanita yang ia sanjung mengkhianatinya dari belakang. “Mengapa engkau sudih membuka auratmu Na, mengapa?” batin Alfin yang sudah sangat gila memikirkan wanitanya yang sudah membohonginya.

Tepat pukul delapan  malam ia menelpon Rezky. Baginya foto yang ia dapat pasti terdapat sangkut pautnya dengan temannya itu.

Kini ia menatap layar ponselnya sudah retak. Ia menekan no Rezky. Cukup satu panggilan Rezky menjawab sambungan panggilan yang ia tahu bahwa yang menelponnya adalah Alfin.

“Assalamualaikum,” tutur Alfin dengan suara khas dinginnya.

“Waalaikum salam,” balas Rezky dengan tenang. Walaupun sekarang ia tahu Alfin sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

“Ky, gue anggap loh sebagai kakak Ana, tapi apa balasan loh dengan mengirimi foto Ana yang hampir buat gue benci sama dirinya, apa maksud loh dengan semua ini?”

“Apa maksud kamu Fin, gue tidak tahu arah tujuan cerita loh. Perjelas apa maksud loh dengan foto yanga akan buat loh benci sama Ana.”

“Gue dapat kiriman foto Ana yang sukses buat gue akan ninggalin dia. Bayangkan Ana yang sangat menutup auratnya ternyata main dibelakang gue.” Suara Alfin yang semakin marah saat menceritakan apa yang ia lihat depan mata kepalanya sendiri.

“Apa elo yakin bahwa cewe yang ada di foto itu adalah Ana?”

“Gue yakin karena gue udah lihat Ana tanpa jilbab, gue suaminya. Jadi, gue udah tahu bagaimana Ana. Tapi, dari yang gue lihat saat di foto itu Ana sedang tertidur dengan dirangkul sama cowo lain.” Cerita Alfin yang membuat Rezky yang mendengar cerita Alfin sudah tahu siapa pelakunya, siapa lagi kalau bukan Dini. Sang biang kerok dari masalah teman-temannya. Pasti Dini mau balas dendam karena gue dengan tegas mempermalukan ia di depan umum saat masih berada di Surabaya.

“Al, kalau elo masih nganggap gue sahabat elo walaupun kita tak dekat-dekat amat, gue harap jangan ninggalin Ana dengan elo percaya aja foto itu. Ya walaupun elo yakin di foto itu adalah Ana, gue yakin 100 % bahwa Ana pasti dijebak sama nenek lampir yang namanya Dini.” Tegas Rezky yang lagi berada di Inggris. Tepatnya sih sekampus sama Ana. Tapi, Ana tidak tahu bahwa dirinya sekampus dengan Resky. Namun bagi Rezky melihat Ana dari kejauhan adalah cara ia untuk melindungi wanita yang pernah bertahta di hatinya. Wanita dengan kepribadian yang bisa disandingkan dengan sosok mamanya di Surabaya.

“Thanks banget loh udah percaya sama Ana, tapi gue sebagai suaminya sangat terpukul melihat wanita yang gue sayang banget harus jadi korban dari Dini lagi. Apa sih salah Ana sampai Dini segitu bencinya sama istri gue?”

Mimpi Sang WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang