Bab 12 Masakan Suami

51 5 0
                                    

Bismillah, semoga ramadhan kali ini Ana sebagai penulis aslinya bisa merasakan apa yang dirasakan Ana dengan Alfin hehe😄😍

Ana berharap tulisan ini mampu memberi makna bahwa wanita juga bisa bermimpi tinggi ya😄😉

Kalau kalian sayang sama wanita maka jangan ragu buat follow akun Ana dan vote sebanyak banyaknya. Insya Allah berkah. Aamiin. Salam sayang dari Ana imut😍😍

😍😍😍😍

Setelah lama bersandar dalam dada Alfin, Ana sudah tertidur dengan pulasnya. Alfin yang heran melihat tingkah Ana hanya tersenyum yang terbit dari bibir seksinya. Bibir yang tipis membuat siapa saja ingin bermain dengan bibir itu. Tapi yang punya, hanya mampu memberikan kepada belahan hatinya seorang. Yaitu cukup Ana. Cukuplah dia menjadi cinta pertama dan terakhirnya dalam hidup, tanpa ada tambahan hati lagi yang meracuni cinta sucinya.

Alfin lalu mengangkat tubuh Ana yang sangat ringan. Jika diibaratkan berat tubuh Ana hanya sekitar satu karung tengah. Alfin membaringkan tubuh Ana di ranjang berukuran sedang. Cukuplah untuk dua orang seperti mereka.

Kemudian Alfin bergegas naik ke atas kasur untuk menyusul Ana di alam mimpi. Menurutnya Ana sangat suka dengan tidur. Sebab, jika kita dalam masalah cukup dengan tidur karena dengan tidur akan mengubur masalah yang datang menerjang. Itulah kata yang pernah Alfin dengar dari mulut istrinya.

Ana yang sudah merasakan sesuatu yang berat di atas perutnya tiba-tiba terbangun. Waktu yang sangat pas untuk mengadu kepada Sang Kuasa. Sang Ilahi Rabbi yang telah memberikan kesempatan untuk hidupnya menunaikan ibadah yang sangat berat jika dikerjakan di sepertiga malam. Namun, arahnya sangat mujarab, karena bagaikan anak panah yang mampu menembus langit.

Ana yang sudah melaksanakan kewajibannya hanya memandangi Alfin dari sudut matanya. Wajah yang teduh bak anak bayi yang tidur, membuat Ana ragu untuk membangunkan Alfin.

Aku membelai anak-anak rambut yang pendek itu. Melihat mata Kak Alfin yang tertutup rasanya nyaman. Entahlah aku yang sudah tidak malu lagi untuk meraba setiap inci wajahnya. Tapi, bagaimana jika Kak Alfin bangun? Bisa malu aku ini. Pasti wajahku sudah merah kayak tomat rebus.

“Terima kasih” ku kecup kening Kak Alfin. Biarlah jika ia terbangun. Ini kan sudah mau masuk waktu shubuh. Aku yang merasakan ada pergerakan dari tubuh Kak Alfin berusaha memperbaiki posisi aku yang sudah sangat dekat dengan wajahnya.

“Kak Alfin ayo bangun, ayo shalat subuh,” aku yang terus berusaha membangunkan Kak Alfin, hanya dijawab dengan gumaman kecil karena ia baru saja mengumpulkan raganya untuk kembali sepenuhnya.

“Sayang bangun, kita shalat subuh dulu, aku sudah menggelar sajadah untuk kita berdua,” Ana yang sudah biasa terjaga membangunkan aku di waktu subuh, tapi subuh ini kayaknya ada yang berubah dari Ana, kalau tidak salah dengar Ana manggil aku dengan panggilan Sayang? Sayang? Aku tidak salah dengarkan? Tapi kalau iya aku senang sekali, karena Ana sudah mau panggil sayang, padahal dipanggil Kakak saja sama dia aku sudah terlewat senang. Tapi subuh ini rasa senangku meningkat berkali-kali lipat. Ana yang malu dengan panggilan sayang sudah mampu mengucapkan kata khas dari aku. Biarlah aku tidak mau memperpanjang subuh ini. Toh kalau aku menggodanya sekarang pasti wajahnya akan berubah kayak tomat rebus. Tapi yang rebus pasti aku hehehe. Pikirku lalu beranjak ke kamar mandi buat ambil wudhu.

Alfin sudah memimpin shalat subuh hari ini. Dan setelah mengucapkan salam ia sudah berzikir dan berdoa.

“Ya Allah,Ya  Rabbi ... jadikanlah Ana sebagai istri aku di dunia dan di akhirat kelak. Jika cinta yang Engkau datangkan buat aku dan Ana jagalah cinta kami Ya Rabb. Mudahkanlah perjuangan kami untuk menjalankan perintah-Mu. Jika Ana salah, mohon beri aku jalan untuk selalu membimbingnya. Dan jika aku salah mohon berilah Ana keberanian buat ia selalu mengingatkan Aku yang telah salah.”

Mimpi Sang WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang