Bab 11 Rumah Sederhana

53 6 0
                                    

Bismillah, Happy Reading 😍😍😍😍

Jangan Lupa vote ya, follow Akun Ana 😄

“Aku sangat mencintaimu, namun jika aku harus memilih aku rela melepas semua apa yang ada demi cinta kita. Cinta sederhana ini. Karena lewat cinta, kita akan mencari dari awal...”
~Salfiana Ilyas~



Setelah tiba di rumah Alfin yang sangat mewah, Ana bergegas menyiapkan keperluan Alfin. Mulai dari makan siang sampai untuk shalat. Berhubung mereka berdua belum shalat dhuhur.

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.”

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.”

Alfin yang berjamaah dengan Ana hanya duduk beristigfar dalam hatinya. Mengapa saat mereka berdua baru merasakan bahagia harus mulai menerima ujian dari pihak keluarga Alfin di luar negeri?

Sebelum Alfin menuju ke tempat parkiran, ia baru saja mendapat kabar bahwa Neneknya yang ada di luar negeri tidak setuju dengan pernikahan Alfin dengan Ana. Tapi Alfin merahasiakan ini dari Ana. Ia tidak mau membebani Ana dengan masalah ini. Cukup dirinya yang tau masalah ini dan kedua orang tuanya. Toh dirinya sudah menemukan jalan dari masalah ini. Mau orang tuanya setuju atau tidak Alfin sudah memilih pilihan terbaik untuk mempertahankan kebahagiaannya dengan Ana.

Alfin akan membawa Ana keluar dari rumah kedua orang tuanya. Toh dirinya memiliki cukup tabungan buat kontrak rumah. Dalam benaknya, ia rela melepas semua kekayaan yang ada dalam hidupnya demi Ana. Yang terpenting ia bisa menempuh hidup bahagia dengan Ana.

Setelah keduanya shalat berjamaah, Ana langsung menyiapkan makan siang buat dirinya dan buat Alfin. Tak cukup waktu lama Ana sudah menyiapkan makanan di atas meja makan. Alfin memimpin doa untuk dirinya dan untuk Ana. Mereka makan dengan hikmat.

Setelah mereka berdua makan, Alfin membuka suara. Dalam pikirannya ... ia harus segera memberi tahu Ana. Cukup sudah beban ini ia tanggung sendiri. Ia sudah menjadi kepala keluarga setelah ia mengucapkan kata sakral itu di depan bapak Ana. Maka ia harus berani mengambil tanggung jawab besar pula. Karena ini adalah langkah awal membuktikan kepada Ana bahwa ia adalah sosok laki- laki yang bertanggung jawab.

“Na, besok kita pergi dari rumah ini ya!”

“Kenapa Kak?”

“Kita kontrak rumah saja, sekalian belajar mandiri untuk keluarga kecil kita,” jelas Alfin yang duduk menatap wajah Ana dengan tatapan senduh.

Ana yang melihat tatapan Alfin yang senduh membuatnya merasa sedih. Pasalnya ia gagal menjadi istri yang selalu ada untuk suaminya. Saat ada kabar begini dia hanya diam. Membisu tidak tahu harus berkata apa pada suaminya.

“Kalau itu keputusan terbaik Kakak, Ana ikut Kakak.”

Ana yang sudah berkata menurut kata hatinya adalah jawaban yang paling pantas sudah mulai legah. Sebab, jika ia hanya diam maka Alfin akan semakin sedih dengan dirinya.

***

Saat raja siang mengeluarkan lahar panasnya, membakar sampai ke ubung-ubung membuat siapa saja menjadi ingin pingsang seketika dalam hidup. Setelah berputar-putar dalam lorong gang yang sangat sempit, Ana dan Alfin sudah mendapatkan kontrakan mini sesuai isi kantongnya. Bagi dirinya berdua meninggalkan rumah orang tua Alfin adalah pilihan terbaik. Bahkan Alfin sudah meminta izin dari kedua orang tuanya. Sebab, hanya Neneknya saja yang menentang pernikahannya. Nenek yang dulu Alfin sangat sayang, harus berkata yang sangat menyayat hatinya. Pasalnya karena Nenek Alfin tidak setuju jika cucunya menikah dengan wanita yang sangat sederhana. Toh Alfin juga sudah menikah. Jadi dalam hidup Alfin ... sekarang ataupun lusa atau bahkan selamanya, ia akan tetap menjaga dan melindungi Ana dari tangan yang berniat memisahkan keduanya.

“Bagaimana rumah kita?” tanyanya pada Ana.

“Alhamdulillah lumayan layak unik Kak bagi kita yang mau baru berjuang membangun keluarga kita kelak.”

“Maafkan saya Na, tapi insyaAllah dengan hasil jerih payah saya sendiri ... saya akan berusaha menghidupi kita kelak dan keluarga kecil kita.”

Ana yang mendengar kata-kata suaminya sendiri tersentuh dengan hal yang sederhana. Apalagi Ana membayangkan waktu malam pertamanya bersama Alfin.

“Iya Kak, Ana merasa beruntung mendapatkan Kakak sebagai suami dan sebagia iman yang akan menuntungku ke surga,” balas Ana.

Alfin yang mendengar Ana berkata seperti langsung memeluk Ana dengan erat. Menyalurkan segala kegelisahan yang ia pendam dari kemarin.

“Terima Kasih sudah bertahan sampai hari ini sayang. insyaAllah aku akan berusaha keras bertanggung jawab,” ujar Alfin.

“Iya Kak, aku akan selalu mendoakanmu dan membantumu,” sambung Ana dengan mengeratkan pelukannya.

“Terima kasih sayang,” sambung Alfin dengan membelai anak rambut Ana yang menutupi wajah mungilnya.

Matahari yang mulai kembali menggambarkan warna jingga dikala ini, semakin menarik anak adam yang tengah berjuang akan nama cinta. Menegakkan ruang cinta yang mulai tumbuh dalam sukma.

Malam ini dua sejoli yang telah menunaikan ibadah shalat isya hanya duduk bershalawat di depan jendela. Ana yang duduk di atas pangkuan Alfin berusaha diam dan tenang mendengarkan Alfin yang bershalawat untuk dirinya. Ini pertama kali Ana duduk dipangkuan Alfin. Rasa cintanya kini tumbuh semakin besar buat Alfin. Walaupun kesederhanaan yang ia berikan untuk suaminya harus mengantarkan Alfin pergi dari rumah orang tuanya.

Abas bin Malik berkata, telah bersabda Rasulullah SAW :
“Barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali dan dihapus darinya sepuluh kesalahan, diangkat baginya sepuluh derajat.“ (HR. An-Nasa’I no. 1296)

Keduanya yang sangat tenang saling mendamba dalam peluk dengan lantunan shalawat seakan membuat waktu tak akan berhenti. Menyalurkan rasa cinta dalam balutan shalawat. Menyelami kebersamaan dengan tuntunan islami hingga larut malam membuat keduanya harus menyudahi kegiatan keduanya yang sangat membuat orang akan irih.

***

Untuk part ini afwan ya kalau cuma sedikit. Lagi banyak tugas dan Ana juga lagi ngejar waktu buat khatam baca Kalam Allah😍

Salam buat jomblo fisabilillah. Jangan baper ya heheheh😂😂

Mimpi Sang WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang