BAB 21 Hari Bahagia

35 3 0
                                    

Like and vote dulu ya sebelum membaca😄
Bismillah, Happy Reading😄😍

Cukup sebulan keduanya menantikan pengumuman beasiswa untuk berangkat ke Jepang dan Eropa. Dan dari doa-doa yang dipanjatkan keduanya lulus. Ana dan Alfin sujud syukur karena Allah lagi-lagi mengabulkan doa mereka berdua. Ada bahagia dan sedih karena keduanya harus berpisah negara walaupun dengan niat baik untuk menuntut ilmu.

Alfin yang melihat Ana merasa sedih bercampur bahagia. Bukan karena takut berpisah, tapi memang Ana pernah bercita-cita untuk menambah ilmunya di negara itu. Bukan alasan klise dia memilih Eropa, karena di negara itu banyak sekali teman-teman muslimah yang masih ikut dalam arus kekafiran. Bagi Ana menuntut ilmu adalah kewajiban, dan dengan dirinya melancong ke sana membuat dirinya untuk berdakwah sambil menuntut ilmu.

Berbeda dengan Alfin memilih Jepang karena ketika ia memilihnya karena waktunya untuk lulus di Jepang sangat cepat. Tidak lama seperti di Eropa harus tinggal dan menetap selama 4 tahun. Maka dari itu Alfin memilih Jepang agar cepat lulus dan akan menyusul Ana di Eropa setelah lulus. Ana yang belum tahu alasan klasik Alfin pasti terharu, batin Alfin.

Keduanya berpelukan sambil mengeratkan pelukan mereka, seakan dunia milik berdua. Orang yang menatap mereka berdua ada yang bersorak riah, dan bahkan ada yang tak peduli. Entah angin apa yang membuat dirinya lupa bahwa ini adalah kampus. Banyak orang yang akan melihat mereka. Tapi, lagi-lagi karena pikiran mereka sudah sah dan berstatus suami istri tak membuat Ana merasa canggung lagi. Berbeda saat pertama kali menikah.

***

Seminggu setelah pengumuman mereka sudah siap untuk berangkat ke Eropa dan Jepang. Keluarga mereka sudah mengantar dari bandara Surabaya untuk melihat penerbangan mereka. Namun, arah keberangkatan mereka berbeda. Setelah beberapa jam dalam penerbangan keduanya sampai ke tempat tujuan masing-masing. Ana sudah tiba di Inggris sedangkan Alfin sudah tiba di Jepang. Keduanya sibuk untuk mengurus proses perkuliahan mereka. Ana yang sudah lelah duduk berjam-jam dalam pesawat hanya mampu merebahkan tubuhnya di apartemen kampus. Ana kuliah di University of Oxford. Kampus yang menyediakan fasilitas apartemen bagi mahasiswanya yang mendapat beasiswa full. Ana memang cerdas, tapi sayang masa lalunya membuatnya takut untuk menimbah ilmu di tempat yang jauh. Tapi bagaikan mimpi yang belum kunjung berhenti, kini tiba masanya Ana meneguk jeri payahnya untuk mewujudkan mimpinya selama ini.

Alfin yang tiba di Jepang dengan cepat dibandingkan Ana sudah terlelap indah di kamarnya. Sama dengan Ana, Alfin juga berada di apartemen kampus. Karena memang keduanya adalah penerima beasiswa full. Alfin memilih University Of Tokyo sebagai tempat menimbah ilmunya. Bukan karena alasan ia harus cepat lulus juga, karena sedari kecil Alfin sudah sangat suka akan kebudayaan Jepang yang sangat mempesona.

Sebulan telah berlalu bagi mereka. Keduanya tidak ada yang saling menghubungi satu sama lain. Keduanya sudah membuat janji bahwa akan saling menghubungi ketika Alfin telah lulus duluan. Namun, rindu yang keduanya rasakan begitu sudah memuncak. Baru sehari saja Alfin yang sudah tidak tahan ingin melihat senyum Ana. Berbeda dengan Ana, ia sibuk kuliah dan berdakwah di kampusnya. Baginya berdakwah adalah jalan hidupnya, apalagi Ana sudah mendapat izin dari suaminya. Ya, walaupun sudah sebulan lebih mereka tidak saling kontak, tapi Ana tidak berhenti untuk berdoa untuk dirinya dan suaminya yang berbeda negara.

Ana yang rindu memasakkan Alfin, sedangkan Alfin yang rindu melihat senyum manis Ana. Tiba-tiba nada dering Ana berdering, menandakan bahwa ada seseorang yang menelponnya. Ana yang sudah tahu siapa yang sudah menhubunginya secepat kilat mengankat HP nya yang sudah dari tadi berdering. Pasalnya Ana tadi sedang shalat. Dan hanya membiarkan Hpnya berdering.

“Assalamualaikum sayang,” ucap seseorang diseberang sana.

“Waalaikum salam Kak”

“Adek lagi apa, Kakak rindu nih sama adek”

“Adek lagi ngerjain tugas Kak”

“Iya sayang. Kakak ganggu ya?”

“Masa suami ganggu istri, tidak kok Kak. Ana senang kalau Kak Alfin rindu sama Ana. Hihihi” Alfin yang mendengar tawa Ana seolah ingin terbang ke Inggris buat memeluk erat istrinya. Pasti Ana tambah cantik, soalnya disana lagi musim dingin, dan Ana sangat cocok jika musim dingin. Pasti mukanya tambah tembem.

“Na, kalau kakak kesana kamu senang nggak?” tanya Alfin yang sangat penasaran dengan jawaban Ana.

“Hmm, Ana sih senang banget Kak. Tapi, tunggu kakak lulus dulu ya.”

“Iya sayang.”

Jauh diseberang sana Alfin sudah sangat senang. Sisa beberapa bulang lagi ia akan lulus dari kuliahnya. Bukan karena udah dekat dua tahun tapi karena kampusnya sangat pro sama dirinya. Setiap mata kuliah yang ia ambil semua nilainya nyaris sempurna. Bahkan Alfin menambah SKS mata kuliahnya agar cepat  lulus dan menyusul Ana  ke Inggris.

“Na, Kakak tutup dulu ya. Wassalamualaikum sayang, good night my wife love love for you.”

Ana yang mendengar suara suaminya malah ketawa. Namun, ia menahan gelak tawanya agar ia bisa mengenang suara suaminya yang baru ia dengar kembali. Bukan Ana tidak rindu akan sosok pangerannya, tapi baginya ia juga harus fokus untuk belajar dan berdakwah di negeri orang.

“Waalaikum salam, Kak.” Sambung Ana menyudahi percakapan dirinya.

Sudah beberapa bulan perkuliahan Ana berjalan dengan lancar. Dan ia menjadi penerima beasiswa dengan jumlah SKS yang sangat banyak. Bukan ingin dikata ia harus segera lulus dan menyandang predikat terbaik dan segera menyusul suaminya di Jepang. Ana bahkan tidak memberitahukan informasi ini ke Alfin. Baginya ini akan menjadi hadiah terindah untuk Alfin. Sisa dua bulan lagi ia akan lulus. Bahkan ia tak cukup menjalani perkuliahan selama empat tahun. Bayangkan jadwal yang ia ikuti hampir membuat dirinya bahkan lupa makan. Ini tak lain hanya untuk mendampingi suaminya tercinta.

Keduanya sama-sama mengambil kuliah kilat bahkan tak cukup setahun. Namun, keduanya tak ada yang saling memberitahu. Mereka ingin membuat pasangannya saling bahagia. Ana yang saling menutupi sama dengan Alfin yang ingin terus berada di samping istrinya. Baginya Ana adalah sosok malaikat kecil yang akan ia jaga terus sampai maut memisahkan keduanya.

***

Mimpi Sang WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang