Bismillah, Assalamualaikum😊
Happy Reading😄😍😘Pagi ini, aku dan Alfin sudah ada di pekarangan kampus. Duduk berdua di tengah taman. Hari ini mungkin aku dan Alfin akan merasakan sibuk dan lelah. Aku akan mengikuti tes untuk mendapatkan beasiswa pendidikan ke Eropa dan Alfin akan pergi ke Jepang. Kami berbeda impian, tapi ini sudah pilihan kami. Aku mendukung segala impian Alfin dan sebaliknya.
Setengah jam lagi aku sudah masuk ke dalam ruangan untuk mengikuti tes, aku yang masih melihat bayangan Alfin berdiri menatapku dengan memberikan semangat ke aku, seolah membuat aku menjadi pribadi yang lahir kembali dengan semangat membara. Ya, walau aku pernah mengalah akan mimpi untuk kuliah di kampus impian, tapi sekarang aku bangga dengan doa dan usahaku, aku akan segera meninggalkan Indonesia saat pengumuman mengatakan bahwa aku lulus.
Alfin yang melihat Ana melambaikan tangan ke arahnya juga membuat dirinya mendapat pasokan tenaga dengan kekuatan 180 kali lipat dari istrinya. Istri yang ibarat mutiara dalam dekapan jiwanya. Menumbuhkan cinta yang hadir dan mengajarkan dirinya untuk mencintai Allah dari pada dirinya. Itulah sosok Ana yang sekarang telah mengisi seluruh isi hati Alfin.
Tes keduanya berlangsung selama tiga jam lebih. Menguras segala daya dalam otak. Namun, bagi Ana dan Alfin itu tidak masalah. Sebab, ia yakin bahwa kita harus bersakit-sakit dahulu kemudian merasakan kemenangan.
Ana berjalan menuju ruangan tes Alfin. Dan saat ini ia hanya mematung di balik pintu. Tamparan keras ia rasakan sekarang, melihat apa yang ada di depan matanya. Menampilkan sosok yang telah mengisi tahta dalam sukmanya, jika diibaratkan Alfin adalah sosok pemberi cahaya yang mengisi kekosongan dalam hatinya. Namun, sekarang tinggal kecewa yang ia rasakan.
“Ya Allah, apa aku salah lihat? Apa benar Alfin mencium Dini?” pikirku yang tiba membuat rasa kecewa dalam dadaku serasa tercabik tajam tanpa menyisakan ketenangan dalam diriku. Kacau dan sekacau diriku sekarang. Hingga butiran bening telah meluncur kuat di pipihku. Aku yang tak tahan pergi berlari meninggalkan ruangan yang membuat aku akan murka, murka melihat kenyataan bahwa suamiku sendiri selingkuh di belakang driiku.
“Apa aku bukan istri yang baik, hingga suamiku selingkuh di belakangku?” pikirku yang terus berlari. Meninggalkan Surabaya untuk saat ini adalah keputusan terbaik, aku tak sanggup jika melihat Alfin membawa Dini pulang ke rumah orang tuanya dan menikahinya. “Ya Allah, apa aku tak pantas bahagia?” tangisku semakin memecah kesunyian di dalam taksi.
Pak sopir yang melihat diriku sekarang merasa sangat iba. Biarlah! Aku hanya mau meluapkan rasa sakit hati ini. Aku merasakan sakit yang parah mengingat kejadian yang membuatku sesak seketika hingga aku lupa bahwa akan bertemu di dalam ruangan tesnya seperti kata Alfin sebelum test dimulai.
Alfin yang melihat Ana dari balik pintu langsung manampar Dini. Alfin yang kalut akan Ana berusaha mengejarnya. Namun, Ana sudah terlalu jauh untuk mampu dijangkau. Alfin sangat prustasi merasakan keadaan yang terjadi.
“Ini ulah Dini yang busuk itu. Tunggu saja apa yang akan terjadi padamu. Aku tidak akan melapasmu begitu saja,” Alfin hanya berkoar-koar tidak jelas.
Baru saja tadi pagi ia mengutarakan cintanya sama Ana, sekarang sudah terjadi hal-hal yang benar tak terjangkau oleh akal pikirnya. Benar-banr skenario Allah tidak ada yang tahu.
***
Kini Ana hanya duduk di sebuah kursi yang tersedia di dekat danau. Ia belum bisa pulang ke rumah kontrakannya bersama Alfin. Yang ia ingin lakukan sekarang adalah menenangkan dirinya dari hal-hal negatif yang telah merasuki dirinya. Ia melawan segala hal buruk yang bersarang dalam otaknya, karena ia tidak mau salah paham atas kejadian yang baru ia lihat. Apalagi Alfin belum menjelaskan semua ke dirinya.
“Bismillah, aku akan berusaha berpikir positif dengan apa yang kulihat barusan,” Ana hanya berusaha melawan rasa sakit yang ia rasakan. Ia tidak mau menjadi istri egois tanpa menunggu penjelasan dari Alfin.
Menatap aliaran air yang di danau terasa membuatnya tenang seketika. Menghilangkan bayangan hitam yang ada di benaknya. Mengubur semua kekhwatiran yang melanda.
Adzan azar telah berkumandang, Ana bergegas meninggalkan danau yang telah mampu membuat hatinya menjadi sedikit baik. Ya, walaupun hatinya belum benar-benar pulih. Tapi rasanya sedikit legah, mencurahkan apa yang ada dalam sukmanya yang membuat ia sangat ingin pergi meninggalkan Alfin saat detik ini. Tapi, ia paham akan ilmu agama, bahwa istri ketika bepergian harus izin dulu ke suami. Karena pintu surga ada di kaki suami. Di mana pun langkah suami, maka langkah kita akan mengikuti arus suami itu sendiri.
Ana yang telah sampai di depan pintu gerbang masjid, merasakan ada yang menahan tangannya dari belakang. Dan betapa herannya ia saat dua bola mata itu bertemu akibat masalah tadi siang, ia adalah Alfin yang berusaha menghentikan langkah Ana. Ana yang ditarik seperti itu langsung mengarahkan Alfin untuk ambil wudhu dulu, karena Adzan sudah berkumandang. Begitupun dengan dirinya.
Setelah shalat azar berjamaah di sebuah masjid berukuran cukup yang ternyata mampu menampung beberapa warga yang sempat bersantai di dekat danau mampu membuat Ana berpikiran benar tempat ini sesuai rekomendasi dari temannya semasa SMA, bahwa terdapat danau dengan masjid dan banyak pengunjung yang datang dan pasti akan shalat.
Karena pendiri masjid ini adalah pemilik tanah yang telah mengubahnya menjadi danau, maka danau ini akan banyak pelanggan yang datang karena jam masuk danau ini jam 11:00 siang. Dan dari pihak yang mengikuti program ini adalah wajib ikut shalat berjamaah.
Setelah shalat, Ana menunggu Alfin di depan masjid. Tak berselang lama Alfin muncul dengan wajah yang menawan. Itulah sosok yang telah mendobrak-abrik hati Ana, pikiran dan bahkan semua yang ada dalam diri Ana.
“Sudah nunggu lama ya Na,” ucap Alfin mencari sesuatu dalam saku celananya.
Ana yang melihat Alfin kesusahan mencari dalam saku celananya hanya melihat ke arah lain. Dan betapa kagetnya Ana saat tiba-tiba Alfin memeluk dirinya dan tangan Alfin sudah memasangkan kalung yang Ana rasa. Semua orang telah memandangi keduanya. Ada yang bertepuk riah dan ada yang bersorak bahwa dilarang pacaran. Ya, masjid di dekat danau ini membuat peraturan di larang pacaran yang bukan mahromnya.
Ana dan Alfin hanya saling tatap menatap. Alfin yang hanya tersenyum terus setelah memasangkan kalung itu membuat dirinya bahwa Ana benar-benar cocok memakai kalung itu. Tapi, bagi Ana ... kalung itu tidak ada artinya jika hatinya telah tersakiti untuk pertama kalinya oleh suaminya sendiri.
Segera air mata Ana telah membanjiri wajahnya. Alfin yang melihat itu semua merasa sudah membuat kesalahan terbesar. “Na, aku minta maaf atas kesalahan hari ini. Jujur! Aku tak pernah mencium Dini. Dan saat kau telah datang wajah Dini sudah mendekat ke arahku, tapi kau hanya pergi meninggalkan aku sendiri. Dan pasti kau telah sangka sama suami mu yang ganteng ini, tidak makan sabun, rajin menabung dan yang paling penting, hatiku hanya untuk milikmu Na, ucap Alfin panjang lebar.
Ana yang mendengar penjelasan Alfin merasa puas. Alfin benar-benar mencintai dirinya. “Kak, maafkan aku ya,” balas Ana dengan kembali memeluk Alfin. Kini aku sadar bahwa memeluk Ka Alfin seperti ini adalah tempat ternyaman buat diriku.
Kemudian Kak Alfin membalas pelukankau dengan mengeratkan pelukannya dan berbisik ke telingaku yang tak terlihat dengan bungkusan jilbab instan yang kupakai. “Entar malam jangan lupa kasih aku balasan kado dari kalung ini, tidak ada istilah malu-malu lagi ya sayang,” ujar Kak Alfin sambil mengelus punggung aku.
Sekarang aku tidak semalu tadi pagi, apakah ini sudah perubahan besar dalam kisah cintaku? Biarlah, aku juga senang, sebab Kak Alfin juga pasti meminta haknya. Karena dari bisikan yang ia ucapkan pasti arah ceritanya adalah ke arah sana. Pikirku singkat.
***
#Baper ya sahabat Jannah? Sabar ya, yang jomblo banyakin berdoa aja biar cepat ketemu jodohnya😄
Ana juga masih jomblo kok😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Sang Wanita
EspiritualBismillah Assalamualaikum Salam mimpi dari wanita penuh perjuangan Sahabat jannah, kisah ini bercerita tentang mimpi sang wanita. Mimpi ini berawal dari bully teman-temannya yang suka akan sosok ketua kelasnya. Namun, ada gadis pendiam namun cerdas...