Cinta Mahardika

29.3K 2.6K 332
                                    

Namaku Mahardika Bimantara. Suatu kebanggaan untuk ku yang hanya seorang anak tak jelas asal usulnya, bisa diangkat anak oleh seorang Rakai Bimantara. Siapa yang tak kenal keluarga Bimantara. Keluarga kalangan kelas atas dengan reputasi yang selalu baik. Mereka mengadopsiku ketika umur dua tahun dari sebuah panti asuhan kecil. Papa Rakai sengaja mengubah namaku karena dulu aku hanya dipanggil dengan sebutan tolle.

Papa dan mama benar benar memperlakukanku dengan sangat baik. Papa sendiri selalu memperkenalkan dengan bangga bahwa aku adalah anak sulungnya. Meski setiap harinya aku mendapat cibiran dan tatapan sini dari saudara dan keponakan Papa. Aku masih ingat dulu ketika aku berusia empat tahun, Bude Ratih pernah mengatakan bahwa aku akan jadi sumber masalah dalam keluarga ini. Tak jarang, Papa dan Mama akan bertengkar hebat dengan kedua kakak kandungnya. Meski aku mencoba tak peduli, kata kata itu selalu terngiang di kepalaku.

Dua tahun setelah aku jadi anak mereka, lahirlah putri pertama dari keluarga ini. Kehadirannya disambut penuh suka cita. Seorang bayi perempuan yang sangat cantik dan merah. Papa dan Mama menamainya Jelita Arini. Aku menyayanginya dan berjanji akan selalu menjaganya. Meski sudah ada Jelita, kasih sayang Papa dan Mama tak berkurang kepadaku.

Ketika Jelita berusia dua tahun, Papa dan Mama tiba tiba membawa seorang perempuan dewasa dan anak perempuan yang usianya sama dengan Jelita, bernama Arimbi. Sejak hari itu, mereka berdua tinggal dengan kami. Aku sangat senang sekali karena memiliki dua orang anak perempuan. Namun sejak kedatangan Arimbi, aku sering melihat Jelita menangis di kamarnya ketika malam hari. Aku berusaha menghiburnya dan barulah aku tahu kalau Arini tidak rela berbagi mainan dengan Arimbi. Namun Jelita tak bisa berbuat banyak karena Papa dan Mama selalu bilang kalau Jelita harus mengalah.

Ketika aku berumur sepuluh tahun, Mama melahirkan Arjuna. Meski Papa dan Mama memiliki dua orang anak kandung, namun kasih sayang terhadapku dan Arimbi tak berkuran. Malah terkesan Papa dan Mama lebih mementingkan aku dan Arimbi daripada kedua anak mereka.

Waktu berjalan cepat. Kami berempat hidup bersama sebagai anak-anak Papa dan Mama. Jelita tumbuh jadi anak yang cantik dan cerdas. Ketika dia beranjak dewasa, aku bisa merasakan bahwa dia mulai menyukaiku. Bisa terlihat bagaimana Jelita merasa sedih ketika aku harus pergi dari rumah karena lolos dalam seleksi penerimaan SMa Taruna.

Jelita begitu setia dan memotivasi setiap langkahku. Setiap ada kesempatan, dia akan datang ke Magelang untuk menjenguk dan membawa aneka makanan kesukaanku yang tentunya hasil karya tangannya sendiri. Jelita juga menjadi teman diskusi terbaik untukku. Aku bisa merasakan rasa cintanya kepadaku namun aku  menganggapnya tidak lebih dari seorang adik.

Hatiku telah tertambat kepada sosok seorang gadis yang tentunya sederajat denganku. Aku merasa tidak pantas jika harus memadu kasih dengan putri kandung dari Tuan Rakai Bimantara. Aku jatuh hati kepada Arimbi. Gadis miskin yang dibawa Papa Rakai ke rumah karena tanpa sengaja Mama Savitri menghilangkan nyawa gadis itu.

Arimbi begitu lembut meski sifatnya keras. Aku menyukai Arimbi karena sesuatu yang sederhana. Dia pandai merajut dan aku mulai jatuh cinta kepadanya ketika dia memberikanku sweater hasil rajutannya. Sederhana bukan? Aku menyukai sweater rajut karena dulu ketika aku dibuang di depan pintu panti, aku terbungkus sweater rajut yang sama persis dengan buatan Arimbi.

Rupanya perasaaanku tak bertepuk sebelah tangan. Arimbi pun menyukaiku, sehingga kami sepakat untuk menutupi hubungan kami. Arimbi adalah pemacu semangatku, meski aku tak mau munafik jika Jelita jauh lebih memotivasiku dengan ide ide cemerlanganya.

Hubungan kami menemui hambatan yang besar. Papa Rakai akhirnya memintaku untuk mau bertunangan dengan Jelita. Aku tak kuasa menolak keinginan lelaki yang paling berjasa dalam hidupku. Namun aku juga tak bisa melihat air mata Arimbi. Kekasih hatiku itu menguatkan diri untuk melihat kemesraan kami. Sungguh aku tak bisa memilih.

JANJI SETIA UNTUK ARINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang