Sebelumnya ,sy mau minta maaf jika cerita ini membosankan dan bertele tele. Apalagi terlalu khayal atau terlalu seperti sinetron. Saya meminta maaf sebesar besarnya.
Semoga masih banyak yang suka
Happy Reading
Udara dingin di Guangzhou rupanya tak mampu mendinginkan suasana ruangan yang terletak di lantai 20, sebuah rumah sakit ternama yang ada di sana. Kamar VVIP dengam nomor 2011 itu menjadi saksi bagaimana sebuah keputusan sulit akan dibuat. Keempatnya masih tertunduk memandangi sebuah map yang tergeletak di meja bundar yang tepat berada di hadapan mereka.
Seorang pria dengan lengkap dengan snelli nya, nampak mengamati keempat orang yang masih belum bisa untuk mengucap sepatah kata. Dia sangat memahami, ini adalah keputusan berat, namun harus segera didapat sebuah hasil. Karena ada seorang wanita yang masih dalam kondisi lemah, membutuhkan sebuah keputusan cepat
"So, what's your decision?"
"Is there any possibility?"
"We don't have much time, Mr Dika"
"I choose the second."
"Dika..."
Mahardika akhirnya menandatangani beberapa lembar kertas dan selanjutnya, Dokter Wang bergegas meninggalkan ruangan tersebut yang kini hanya bersuarakan isak tangis dari dua orang wanita yang saling berpelukan.
"Arimbi...."
Hati ibu mana yang tak teriris melihat putri kandungnya kini tak mampu melakukan apapun. Putri tunggalnya itu hanya bisa terbaring di atas pembaringan dengan wajah yang menghitam dan juga kulit yang mulai mengerut.
"Saya ga bisa kehilangan Arimbi, Nyonya"
"Arimbi kita pasti selamat. Kamu tenang aja ya Warni"
Setahun yang lalu, putri tunggalnya itu adalah seorang wanita muda, dengan paras cantik dan memiliki segudang aktivitas. Meski masih bersembunyi di balik nama besar Bimantara, Arimbi melebarkan karirnya hingga membuatnya terkenal di kalangan para pengusaha ibu kota.
"Arimbi...jangan tinggalkan ibu, Nak"
Kedua mata Warni yang kini telah menua, tak henti hentinya berurai mata. Dari salah satu sudut mata tuanya, ia menangkap sosok sang menantu yang kini menatap keluar jendela. Warni sangat menyayangi anak menantunya itu. Dia tak menutup mata bagaimana sangat tersiksanya Mahardika mempertahankan rumah tangganya bersama Arimbi.
Warni adalah saksi mata bagaimana pertengkaran demi pertengkaran tercipta di rumah mewah mereka yang merupakan hadiah pernikahan dari Rakai dan Savitri. Berkali kali Mahardika ingin menceraikan Arimbi, namun Warni selalu memohon kelembutan hati menantunya itu untuk lebih bersabar dengan sikap Arimbi.
Putri kandungnya itu seolah lupa untuk memijakkan kakinya di bumi. Dia terbuai oleh kasih sayang Savitri dan gemilang harta milik keluarga Bimantara. Arimbi lupa jika dia dan juga suaminya, adalah manusia numpang di keluarga ini. Berkali kali Warni mengingatkan putri kandungnya itu, namun semua hanya dianggap angin lalu. Savitri selalu menjadi tameng untuk setiap kesombongan Arimbi.
Mahardika adalah orang yang menjadi korban kebutaan mata hati seorang Arimbi. Tak terkira banyaknya, Arimbi mencederai harga dirinya sebagai seorang suami dan laki-laki. Warni masih ingat bagaimana menantunya itu berusaha agar telapak tangannya tidak menyentuh wajah putri tunggalnya.
Saat itu, Mahardika harus kembali menahan malu dengan ulah Arimbi yang merengek manja kepada Rakai agar dirinya kembali bertugas di ibu kota. Rakai yang memang tak mampu menolak, akhirnya segera mengabulkannya, dan sebulan kemudian, Mahardika kembali bertugas di ibu kota. Menantunya itu marah besar hingga menghancurkan seluruh isi rumah. Kata talak hampir terucap kalau saja Warni berusaha untuk mencegahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI SETIA UNTUK ARINI
RomanceBagi Arini, Mahardika adalah dunianya. Mahardika adalah nama yang selalu dia sebut dalam tiap doanya. Mahardika adalah nama yang akan selalu ada dalam hatinya hingga nanti nyawanya terpisah dari raganya. Ketika Mahardika bertunangan dengan Arini, ga...