Hamparan langit masihlah begitu pekat, suara hewan malam pun masih terdengar bersahutan di telingaku, namun entah mengapa kedua mataku kini tak bisa lagi berkompromi untuk sejenak beristirahat. Pandanganku beralih menuju sisi sebelahku. Ada sesosok wanita berparas cantik, bersurai panjang dengan warna hitam legam, yang kini masih meringkuk di sampingku.
Aku miringkan tubuhku hingga menghadapnya. Kupandangi lekat wajahnya yang selalu bisa menghangatkan hari hariku. Ku kecup birai merahnya yang selalu manis setiap aku menikmatinya. Kulit putih mulusnya yang selalu terjaga meski aku tahu bahwa dia bukanlah tipe wanita yang selalu mengunjungi salon. Wanita di hadapanku kini, lebih menyukai berlama lama di dapur dengan daster dan juga clemek, jangan lupakan, rambutnya yang selalu dicepol ke atas. Dia pun lebih menyukai untuk merajut benang wol menjadi sebuah karya yang menakjubkan, atau menyulam berjam jam. Lebih anehnya lagi, dia sangat menggemari untuk berada di kelas bersama murid muridnya atau menghabiskan waktu untuk mendengarkan keluhan para mahasiswanya.
Dia wanita yang kucintai dan juga dicintai oleh orang orang disekitarnya. Terutama ketika dia menerima tawaran mengajar untuk menjadi dosen tidak tetap di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Tanjung Balai Karimun. Meski hal itu menyita waktunya, namun wanitaku ini sangat mencintai semua kesibukannya. Meski begitu, ketika aku berkunjung ke tempatnya, seluruh waktunya telah ia berikan kepadaku. Namun aku tidak boleh egois. Karena aku merasa, ketika ada di dunianya, wanitaku menjelma menjadi perempuan tercantik di dunia ini.
Aku terus menciumi wajahnya hingga ia sedikit menggeliat. Aku harus belajar meredam hasratku karena jika tidak, maka wanita yang ada di sisiku ini, tak akan pernah beristirahat dengan tenang. Aku pun tak mengerti dengan hasratku karena setiap berada di dekatnya, nafsuku tak terkendali hingga aku sanggup melepasnya ketika lewat tengah malam. Itupun dengan wajahnya yang sudah nampak kelelahan.
"Ishhh...Mas...aku tidur dulu ya. Bentar aja.
"Iya...tidur lagi ya. Mas minta maaf"
Tanganku terulur mengusap lembut surai legamnya hingga ia kembali ke alam mimpinya. Setelah aku mendengar dengkuran halus darinya, aku memilih turun dari tempat tidur dan segera membuka tas milik istriku. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, segera kuraih tube kecil yang berisikan salep penghilang bekas luka. Dengan perlahan, kuoleskan perlahan di bagian punggung yang tak tertutup selimut. Kegiatan baru yang akan selalu aku lakukan setiap kali kami bersama.
Hasil kekejamanku selama ini masih terlihat jelas di kulit punggung istriku. Awalnya aku merasa aneh, mengapa bekas lukanya sulit pudar. Baru sebulan yang lalu aku mengetahui kalau istriku mengidap celoid yang artinya bekas luka yang ada ditubuhnya akan sulit hilang. Beruntung selama ini, istriku tak pernah memakai pakaian terbuka, meski ke acara pesta sekalipun. Dia lebih menyukai pakaian yang tertutup untuk acara apapun. Setelah selesai mengobati lukanya, kembali aku mengecup kening dan bibirnya kemudian aku beranjak keluar kamar untuk menikmati angin pantai ketika dini hari.
Aku sengaja memilih resort ini karena menyediakan beberapa cottage yang terletak di pinggir pantai dan bangunannya berbentuk semacam rumah panggung. Ketika kita melangkah keluar, kaki akan dimanjakan oleh halusnya butiran pasir putih dan juga hempasan busa air laut yang begitu lembut menyapa permukaan kulit. Di tempat ini juga, aku bisa melepas segala kepenatan dan juga beban yang masih terasa menghimpit sesak dadaku.
Beban apalagi yang paling berat selain ibu kandungku. Hingga kini, kami masih belum berhubungan sejak pertengkaran hebat terakhir. Jelita sudah sering mengingatkanku namun aku sendiri masih enggan untuk membahasnya. Sampai sekarang, aku masih belum berminat untuk menyelesaikan masalah ini karena aku hanya ingin sembuh terlebih dahulu. Aku ingin menikmati kebersamaan dengan istri yang sangat aku cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI SETIA UNTUK ARINI
RomanceBagi Arini, Mahardika adalah dunianya. Mahardika adalah nama yang selalu dia sebut dalam tiap doanya. Mahardika adalah nama yang akan selalu ada dalam hatinya hingga nanti nyawanya terpisah dari raganya. Ketika Mahardika bertunangan dengan Arini, ga...