Kemarahan Arjuna

29.8K 3.3K 937
                                    

Maaf jika lama update. Dan selanjutnya akan jarang juga. Karena memang sudah banyak sekali kegiatan. Semoga tetap suka

Mengenai detail masa lalu Arini, aku khususkan untuk versi e-book ya

Happy reading

Tak ada yang istimewa dengan sebuah kamar yang bercat putih  di hampir seluruh bagian dindingnya. Aroma obat obatan pun juga memenuhi hampir seluruh ruangan itu. Meski terkesan mewah, tak lantas membuat beberapa orang yang di dalamnya itu menikmati kemewahan yang ada. Selain suara rintik hujan dari luar, isak tangis dua orang wanita juga raut kekhawatiran juga kemarahan dari beberapa orang lain, jadi pemandangan khusus di kamar tersebut.

"Kenapa nasibmu jadi kaya gini, Nduk!!! Maafin Bude , Nduk. Harusnya Bude sudah curiga jika kamu baik baik saja. Bude terlalu percaya dengan suamimu yang brengsek itu"

Ratih masih saja menangisi kondisi Arini yang kini sedang dalam kondisi tertidur. Betapa terkejutnya ia saat tengah malam terbangun karena belasan panggilan tak terjawab dari Sabria. Jantungny ahampir berhenti berdetak ketika ia diberitahu tentang kondisi Arini yang sangat memprihatinkan

"Kejadianya gimana toh, Bri?"

Sabria yang juga masih setia berada di sisi kakak iparnya tak kuasa lagi menahan lelehan air matanya jika teringat peristiwa mencekam tadi malam.

"Mbak Arini datang sekitar jam sebelas malam, Bude. Sabria mengira kalau yang datang itu Mas Juna. Tapi waktu Sabria mau turun, Mang Sadi teriak teriak kalau Kak Arini pingsan. Sabria panik tapi ga lama dokternya Kakak telpon dan minta Sabria untuk bawa ke rumah sakit terdekat."

"Suamimu sudah tahu?"

"Mas Juna sedang perjalanan menuju ke sini Bude. Dia ambil flight pertama dari Sydney"

Raka hanya mengusap kasar wajahnya. Dia dan Fatma baru mengetahui kejadian ini beberapa jam yang lalu ketika dalam perjalanan pulang dari luar kota. Saat melihat kondisi Arini, Raka sudah bisa menebak siapa pelaku dari peristiwa ini namun ia memilih untuk terdiam dan menunggu kedatangan dari Arjuna.

Satu jam kemudian, muncul sosok Arjuna dengan nafas tersengal, mendorong dengan kasar pintu masuk ruang perawatan Arini. Saat melihat sendiri kondisi kakak kandungnya, kedua lututnya tak mampu lagi untuk menopang tubuhnya. Seketika ia jatuh berlutut dan dengan sisa kekuatan yang ada, Arjuna berusaha merangkak untuk bisa berada di sisi Arini. Arjuna berusaha menahan linangan air matanya, namun semua itu hanya tinggal asa.

"Maafin Juna, Kak. Maaf..Juna ga berguna"

Tangan Arjuna terus mengusap perlahan wajah dan juga surai hitamnya. Netranya memicing tajam tatkala melihat bekas luka di punggung Arini. Dengan hati hati, ia mencoba menyibakkan sedikit kain penutup tubuh kakaknya itu. Nafasnya tiba tiba tersengal, kedua kelopak matanya terpejam seolah memedam bara amarah. Di kecupnya kening Arini cukup lama.

"Bangun, Kak. Kasih tahu Arjuna, siapa yang sudah melakukan hal biadab seperti ini?"

Tak ada yang berani mendekati Arjuna, begitu pula dengan istrinya sendiri,Sabria. Jika ditanya siapa wanita yang sangat dicintai dan juga dihormati oleh Arjuna. Jawabannya adalah Arini.

Kedua kaki Raka akhirnya melangkah mendekati keponakannya itu. Sebuah tepukan di bahu ia harap menjadi sedikit penguat bagi Arjuna.

"Apa kita punya pemikiran yang sama, Pakde? Apakah mereka pelakunya?"

"Sempat Pakde berpikiran seperti itu. Tetapi apa alasan mereka? Arini itu wanita tanpa cacat."

Hingga beberapa saat kemudian, pintu ruang perawatan terbuka dan beberapa tenaga medis masuk untuk memindahkan Arini ke ruangan lain. Semua orang yang ada di ruangan itu, terkesiap dan Arjuna yang jadi orang pertama mengajukan keberatan.

JANJI SETIA UNTUK ARINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang