Dia yang posesif

21.8K 2K 63
                                    

Hingar bingar suara pengunjung, berpadu dengan dentuman suara sound system yang memenuhi area Sands Expo and Convention Centre. Hari ini adalah pembukaan pameran kemaritiman untuk semua negara di Asia Tenggara. Kami dari staf KBRI Singapura tentu saja ikut sibuk dengan acara itu. Kantor KBRI sendiri mengisi stand di area kerajinan tangan dengan bahan dasar limbah laut. Tentu saja pilihan istri Dubes jatuh kepada istri cantikku, Jelita Arini. 

Awalnya aku ingin menolak ide tersebut, karena lusa adalah ulang tahun pernikahan kami yang pertama. Aku ingin menculik-nya beberapa hari untuk merayakan ulang tahun pernikahan kami. Namun sayang, istri Dubes langsung menghubungi istriku dan sesuai dengan tebakanku, Jelita akan langsung mengiyakan. Dan dalam waktu kurang dari satu bulan, terciptalah banyak kerajinan yang salah satunya terbuat dari kulit Gonggong. Mulai dari pajangan rumah hingga seni batik bertema kelautan. Dan semua itu buah pikiran istriku dengan melibatkan pengrajin di sekitar tempat tinggalnya dan juga para istri staf KBRI Singapura. 

Aku terus mengamati gerak-gerik istriku dari kejauhan. Pak Dubes memintaku untuk mendampinginya karena aku fasih beberapa bahasa negara ASEAN. Sesekali aku melemparkan ciuman jauh untuknya dan hanya dibalasan dengan pelototan tajam dari istriku. Begitulah Jelitaku. Tak ada yang berubah darinya. Tetap melayani dan mencintaiku dengan tulus dan penuh kesabaran. Aku yang sudah dikatakan sembuh, masih saja bertindak emosinal jika telah mencapai puncak kelelahan.

Hubunganku dengan keluarga besar Jelita masih cukup baik, meski itu tidak berlaku untuk Papa dan Mama mertuaku. Jelita telah menutup komunikasi dengan orangtua kandungnya. Peristiwa malam itu sudah membuatnya marah besar. Dia benar-benar mengibarkan bendera perang melawan Rakai Bimantara. Awalnya, tindakan istriku mendapatkan pertentangan dari keluarga besarnya yang lain. Arjuna, Bude Ratih dan Pakde Raka sampai harus bertengkar hebat dengan Jelita di hadapanku. Arjuna sendiri malah menghajarku tanpa ampun ketika ia membuktikan cerita dari Mama Savitri.

Bukan Jelita namanya jika harus kalah dari pertentangan keluarga besarnya. Dengan sifat keras kepalanya, akhirnya Arjuna, Bude Ratih dan Pakde Raka mengalah. Tentu saja dengan sebuah ancaman yang tidak main-main. Aku sendiri dengan sangat tegas menyanggupinya. Aku tak bisa membayangkan hidupku tanpa Jelitaku. Setiap kali kita berjauhan, hampir tiap jam aku menghubunginya. Asalkan bisa berdekatan dengan Jelita,  aku tak pernah peduli dengan berapa banyak  uang yang aku keluarkan.

Beberapa usahaku juga sangat lancar. Pundi-pundi uangku semakin bertambah. Adanya Jelita disisiku membuat semangat hidupku bertambah dan aku juga percaya jika dia membawa keberuntungan sendiri dalam hidupku.

Aku cinta kamu Jelita. Sangat mencintaimu

"Hey, ngelamun aja dari tadi"

"Maaf Pak"

"Kamu itu ya, istrimu ga kemana-mana, Damar. Kenapa harus diliatin gitu?"

"Banyak tentara luar yang deketin istri saya, Pak"

Pak Dubes yang merupakan teman baik Papa, hanya bisa tertawa mendengar jawabanku. Dalam urusan pekerjaan, beliau sangatlah profesional. Namun ketika di luar, kami sangat akrab karena kedekatan kami sedari dulu.

"Kamu ini mirip sekali dengan Himawan dan juga mertuamu, Rakai. Posesif ke istri padahal istrinya baik-baik saja. Tapi memang lho. Istrimu itu penuh pesona. Staf kedutaan negara lain kalau lihat Arini ke kantor, pada nanya, masih lajang atau sudah menikah"

Pak Dubes semakin tertawa kencang melihat raut wajahku yang seketika berubah mendengar bahwa ternyata banyak lelaki yang memujanya.

"Kenapa kamu? Istrimu mau dikurung biar ga ada yang tau?. Denger ya, jangan pernah mengekang istri. Biarkan mereka bebas melakukan apa yang mereka suka. Senyum mereka itu semangat untuk kita. Tangisan mereka jadi kesengsaraan kita. Mereka pasti bisa mengerti bahwa cinta kita besar dengan perhatian dan tentu saja cinta bukan dengan pengekangan"

JANJI SETIA UNTUK ARINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang