Tunggu Aku

19.1K 2K 153
                                    

Triple Update. Baik kan saya? Hehehe. Hadiah untuk 100 ribu pembaca cerita ini.
I love you all.
Up lagi setelah idul adha ya. Maklum emak-emak. Masak besar waktu idul adha

Happy Reading

Malam mulai menunjukkan perannya. Sinar rembulan memenuhi angkasa, berganti peran dengan sinaran senja yang telah pamit undur sejak beberapa jam yang lalu. Hembusan angin malam mulai bertiup, menyapa helaian dedaunan. Tak lupa pula desirannya yang berkolaborasi dengan suara hewan malam, menjadi satu irama nada pengantar tidur bagi makhluk ciptaan-Nya. 

Dengan langkah yang mulai tertatih, Arini berusaha melangkah menuju teras di kamar tidurnya. Sejak mulai mengandung, Damar memindahkan kamar mereka di lantai bawah. Damar pula yang menata ulang kamar mereka sehingga ketika bangun pagi, Arini bisa mendengar suara percikan air dari kolam ikan yang berada di depan teras kamar. 

Arini mengeratkan mantelnya dan memilih duduk di tepian teras. Kedua kelopak matanya menatap lekat kerlingan bintang yang memenuhi langit ibu kota yang kini beranjak pekat. Sungguh damai dan indah, gumamnya dalam hati. Meski hanya sejenak, namun entah mengapa, dengan menikmati hembusan angin malam dan melihat gugusan bintang, membuat suasana hatinya menjadi sedikit lebih baik.

Sejak peristiwa pengusiran Cindy dari rumahnya, hari-hari yang dirasakan Arini seakan terasa menakutkan. Hati dan pikirannya seperti terpenjara oleh sebuah kebohongan yang tak berani ia ungkap kebenarannya. Beberapa kali ia harus terbangun dengan peluh yang memenuhi wajahnya ketika tengah malam tiba. Mimpi buruk yang terus menghiasai alam bawah sadarnya seolah tak pernah berhenti untuk menyapa.

"Kenapa masih di luar, Bun? ga dingin?"

Dekapan hangat dari kedua tangan Damar membuyarkan lamunan Arini. Dipandanginya sosok lelaki yang makin dicintainya itu. Rasa bersalah kepada Damar semakin bertambah ketika suaminya itu memperlakukannya dengan sangat baik.

"Ayah kenapa belum tidur?"

"Gimana bisa tidur, kalau kamu ga ada di sampingku. Ada apa? Ada masalah?"

"Ga ada kok"

"Hmmm Ayah boleh tanya sesuatu ga , Bun?"

"Boleh...Ayah mau tanya apa?"

Damar mencium lembut kening Arini dan membawa tubuh istrinya itu ke dalam pelukannya. Tangannya mengusap pelan perut Arini yang sekarang sudah sangat terlihat di 6 bulan usia kandungannya. 

"Apa Bunda punya rahasia yang Ayah ga boleh tahu?"

Detak jantung Arini seketika terasa berhenti. Nafasnya tercekat di tengorokan dan kedua tangannya semakin meremas kuat kedua lengan Damar. Suaminya sendiri merasakan tubuh Arini sedikit bergetar dengan suara gemelatuk dari rahang Arini yang mulai mengeras

"Kalau Bunda ga mau cerita, Ayah ga akan marah kok. Tetapi satu hal yang harus Bunda ingat, bahwa kita adalah suami istri. Terikat dalam sebuah pernikahan suci. Arti pernikahan itu sendiri adalah kerja sama. Saling bergandengan untuk mewujudkan semua impian kita. Perlu kejujuran untuk memperkuat pondasi rumah tangga kita ini, Bun"

"Ayah...."

"Kalau Bunda ga mau cerita sekarang, ga masalah. Tapi Ayah harap, jangan ada lagi rahasia diantara kita berdua. Aku ga mau lihat kamu terbangun waktu tengah malam."

"Tapi ...aku beneran ga ada rahasia apapun"

"Ayah percaya Bunda. Sangat percaya malahan.  Jangan khianati kepercayaan Ayah ini ya"

"Iya.."

"Hmm terus kenapa kok beberapa kali, tiap tengah malam, Bunda selalu bangun? Bunda kepikiran apa?"

JANJI SETIA UNTUK ARINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang