Selalu di sisimu

23.7K 2.3K 77
                                    

Mohon maaf masih slow update karena migrain yang menyerang . Jadi harus banyak istirahat. Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam penggambaran setting tempat.

Happy reading

Langit belum sepenuhnya cerah ketika kami berdua meninggalkan Tanjung balai Karimun menuju Batam dengan menggunakan kapal Ferry yang paling awal. Mas Damar juga sepertinya tidak tidur semalaman karena ketika aku bangun jam 4 pagi, suamiku itu telah berpakaian rapi dengan koper besar yang berisikan pakaian kami berdua, juga telah siap untuk dibawa. Mas Damar juga melakukan hal yang aneh dengan tiba-tiba menggendongku masuk kamar mandi dan membantu memandikanku. Setelahnya, dia membantuku untuk berganti baju dan menyuapiku sarapan dengan masakan buatannya yang sangat sederhana.

Mas Damar tak sedetik pun melepaskan genggaman tangannya selama kami dalam perjalanan. Di dalam kapal, dia meraih tubuhku dalam pelukannya kemudian mengusap keningku.

"Tidurlah, kamu kurang tidur semalam"

"Aku ga ngantuk, Mas. Mas aja yang tidur. Sini..."

Mas Damar membalas permintaanku dengan tersenyum kemudian dia merebahkan kepalanya di atas pangkuanku, tak lupa pula jemari tangannya yang menggenggam erat tanganku. Aku mulai mengusap pelan keningnya dan beberapa saat kemudian, terdengar dengkuran halus darinya.

Setelah menempuh perjalanan selama satu setengah jam, kami tiba di pelabuhan domestik Sekupang. Dua orang berpakaian abu gelap, memasuki kapal dan segera membawa koper kami. Aku sendiri memilih untuk tidak bertanya tentang kedua orang itu karena aku bisa merasakan perubahan mood Mas Damar.

Kami berjalan menyusuri lorong menuju Pelabuhan Internasional Sekupang yang memang dikhususkan untuk tamu VVIP. Setelah melakukan pemeriksaan pasport, kami memasuki ferry menuju Singapore dengan ukuran yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Mas Damar memilih tempat duduk di atas karena memang aku menyukai lautan. Tentu saja, tempat itu memang khusus dipesan Mas Damar untuk kami berdua.

Selama empat puluh lima menit perjalanan kami, Mas Damar terlihat gelisah namun dia berusaha menghilangkannya dengan mendengarkan lagu melalui headset yang terhubung pada ponsel pintarnya. Tangannya tetap melingkupi jemari tanganku yang sesekali ia ciumi. Aku sendiri memilih menikmati indahnya selat singapura yang begitu padat oleh lalu lalang kapal kapal besar.

Kami tiba di Harbour Front sekitar pukul 10 pagi waktu Singapura. Sebelum melanjutkan perjalanan, aku meminta Mas Damar untuk makan di food court yang ada di dalam Harbour Front karena suamiku itu masih harus rutin meminum obat anti depresan. Satu jam kemudian, kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan taxi menuju sebuah rumah sakit yang berdekatan dengan Singapore Botanical Garden, Gleneagles Medical Centre.

Ketika kami tiba di sana, sudah ada seorang perawat perempuan berdarah indo cina yang menyambut kami di area lobby. Dari sana aku baru mengetahui bahwa Mas Damar sudah membuat janji dengan salah satu psikiater yang cukup terkenal di Singapura namun suamiku itu menyamarkan namanya sehingga tidak akan pernah ada nama Damar Respati dalam medical report di rumah sakit tersebut.

"Masih harus nunggu satu jam lagi. Dokter Lim masih harus jadi pembicara seminar  Marina Bay"

Saat ini kamu duduk di sofa khusus ruang tunggu pasien. Aku duduk di samping Mas Damar dan merebahkan kepalaku di pundaknya. Sesekali dia mencium lembut keningku. Jika dilihat dari luar, Mas Damar terlihat sangat sehat, baik fisik maupun mental. Namun siapa yang mengira, jika lelaki sepertinya memiliki kelainan kejiwaan.

"Kalau bosan, kamu ga usah nunggu di sini. Ada botanical garden di sebrang jalan. Kamu bisa kesana"

"Aku nunggu di sini, Mas. Disisi kamu. Aku temani kamu sampai sembuh."

JANJI SETIA UNTUK ARINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang