Keputusan Akhir

25.8K 3.1K 951
                                    

Mencoba tetap update meski udara panas menyengat kota Surabaya, melemahkan ide ideku.

Oh ya untuk part ini dan selanjutnya, akan ada bagian yang hilang. Bagian tersebut saya persembahkan untuk versi ebook. Untuk yang tanya kapan versi ebook nya keluar? Sabar ya. nanti diumumkan

Semoga tetap suka ya.

Happy Reading

Damar masih tak beranjak dari sisi istri keduanya, malah Erina begitu erat menggenggam lengan Damar. Sedangkan Hera dan juga Cindy sudah akan menjadi penengah, namun Damar menghalangi niat mereka. Demi mendiang putranya, dia belum siap dengan situasi saat ini. Dia tidak kuat jika harus menghadapi kenyataan, Arini akan memilih mundur dari pernikahan mereka.

Damar tidak peduli jika adik kandung serta para sepupu istri pertamanya itu memberikan hukuman karena kecerobohannya. Damar rela karena memang dialah yang bersalah. Damar belum siap jika mereka memaksa dirinya dan juga Arini untuk berpisah.

Jelita Arini bukanlah perempuan sembarangan. Dia bukan berasal dari keluarga biasa biasa saja. Nama besar nenek moyangnya beserta ayah kandungnya, membuat siapapun harus berpikir dua kali untuk membuat masalah dengan Arini. Jangan lupakan juga sikap protektif dari semua saudara sepupunya.

Nyali Damar hampir ciut ketika dia menyadari bahwa ada Sintha di samping istrinya. Pengacara wanita kelas kakap yang tak lain adalah sepupu istrinya itu. Sintha hampir tak pernah kalah dalam kasus apapun. Dan tentu saja, Sintha akan habis habisan membela adik sepupunya itu jika terjadi sesuatu padanya.

Arini dan Sintha nampak mendekati mereka. Erina sendiri begitu ketakutan meski ibu mertua dan adik iparnya memberikan kekuatan serta dukungan. Damar  berusaha melepaskan tangan Erina dari lengannya namun sayang, wanita yang baru sebulan ia nikahi itu seolah enggan melepasnya.

"Aku cariin ternyata di sini. Oh...Ma apa kabar? Ada cindy juga?"

Arini berusaha memasang wajah setenang mungkin dan bertingkah sangat ramah terhadap mertua dan juga adik iparnya itu. Pandangan Arini terhinta kala melihat Erina begitu erat menggenggam lengan Damar meski ia sangat tahu, suaminya begitu risih diperlakukan seperti itu.

"Wooo ada Erina juga disini? Apa kabar, Dek?"

"Hmm baik , Mbak"

"Kamu sakit? Kamu ga enak badan ya?"

"Erina sehat, Mbak"

"Kok pegang lengan suamiku erat banget kaya ga rela kalau suamiku lepas dari sisi kamu?"

Suasana menjadi tegang saat Arini melontarkan pertanyaan yang cukup pedas kepada Erina. Erina sendiri langsung menunduk dan perlahan melepaskan genggaman tangannya sehingga kini Damar dengan bebas dan tanpa menunggu waktu, segera memeluk pinggang istri pertamanya seraya mencium lembut kening Arini.

Air mata Erina sudah akan jatuh jika Hera tak segera mendekap bahunya. Sintha sendiri hanya bisa tersenyum puas melihat adik sepupunya itu sangat pintar memutar keadaan. Andai dia tidak memandang Arini, mungkin saat ini Sintha akan memberitahukan semua sepupunya tentang perilaku Damar. Namun ia masih yakin dengan setiap keputusan yang dibuat Arini.

"Ada apa, Sayang? Tadi kepalaku agak pusing dan sekalian nunggu Mama serta adik adikku datang"

Ingin rasanya Erina berteriak keras dan mengatakan kepada madunya, bahwa kini, ia juga istri Damar. Ia juga berhak diakui sebagai seorang istri bukan lagi adik karena sebentar lagi, Erina akan melahirkan anak untuk suaminya itu.

"Sekarang masih ga enak badan? Aku buatin coklat mint, mau?"

"Boleh, tapi tadi, kenapa sampai cariin aku? Ada masalah?

JANJI SETIA UNTUK ARINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang