Menyatu?

19.5K 2K 64
                                    

Maafkan aku yang telat update ya. Keluarga dan pendidikan jadi prioritas utama. Semoga masih banyak yang menunggu cerita ini

Happy Reading

Mature Content. Yang belum cukup umur, skip ajah.

Jalanan ibu kota saat itu nampak sudah tidak begitu padat dengan kendaraan ketika aku melajukan mobil dengan kecepatan sedikit di atas rata rata. Tujuan ku saat ini adalah membawa wanita yang ada di sampingku, untuk pergi ke suatu tempat yang sunyi sekaligus sepi. Tanpa satu pun ada yang mengganggu.

Dengan masih memegang erat setir kemudi, aku masih terus menatap lurus kedepan. Sesekali, aku melihatnya dengan sudut mataku. Benar dugaanku, dia sedang tertidur. Mungkin efek dari obat yang ia minum sebelum kami berangkat. Jelita masih sama seperti dulu. Tetap mempesona meski wajahnya agak sedikit tirus. Ketika aku menggendongnya untuk masuk ke dalam mobil, aku bisa merasakan bahwa berat badannya turun drastis.

Ketika telah mencapai setengahnya, aku berinisiatif untuk beristirahat sejenak di salah satu SPBU terdekat. Setelah memesan beberapa makanan dan minuman fast food, aku kembali memandangi wajahnya yang tetap cantik meski tertidur pulas. Tanganku terulur mengusap perlahan permukaan kulit wajahnya. Tanpa kusadari, tiba tiba perlahan kukecup lembut bibir merahnya.

Jika aku mengira bahwa sudah tidak ada lagi rasa ketika aku mencium permukaan birai merahnya, ternyata adalah sebuah kesalahan. Jantungku tetap berdetak tidak karuan ketika bibir kami saling menempel. Ingin rasanya segera membawanya ke kamar kami, tetapi aku harus bersabar karena perjalanan masih harus ditempuh beberapa jam lagi.

Setelah menutupi tubuhnya dengan selimut, mengatur posisi tidur agar membuatnya nyaman, aku segera keluar dari mobil untuk menikmati santap malam. Aku memilih tempat di samping mobil kami, agar bisa terus mengawasi Jelita dari jarak yang cukup dekat.

Setengah jam kemudian, setelah menikmati santap tengah malam dan mencuci muka agar terlihat lebih segar, aku segera menghubungi penjaga villa yang akan menjadi tempat tinggal kami selama satu minggu.

"Hallo Den..."

"Apakah sudah siap semua Mang?"

"Sudah Den"

"Bisa minta tolong untuk buatkan sarapan?"

"Bisa, Den. Untuk berapa orang?"

"Berdua saja"

"Masakannya yang pedas atau.."

"Bubur saja, Mang. Istri saya sedang sakit. Jangan lupa juga, jajanan pasar ya, Mang"

"Siap, Den. Ada lagi?"

"Tolong belanja juga bahan makanan, karena istri saya sangat suka memasak"

"Baik, Den"

Setelah memastikan bahwa semua keperluan Jelita terpenuhi, aku kembali melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Jelita sendiri masih terlelap dan terbuai alam mimpi. Hanya sesekali ia mengigau namun kemudian melanjutkan tidurnya yang begitu nyenyak.

Waktu menujukkan pukul setengah lima pagi, ketika kami tiba di pelataran villa tempat kami akan menginap seminggu ke depan. Mang Darman dan istrinya Ceu Esih sudah menunggu di depan pintu rumah. Mereka membantuku meletakkan barang-barang ke dalam rumah. Jelita sendiri masih tidak terusik sehingga aku harus menggendongnya untuk masuk ke dalam kamar.

"Den..."

Setelah memastikan Jelita nyaman dengan tidurnya, aku segera menutup perlahan pintu kamar kami. Di depan kamar tidur kami, sudah ada kedua orang yang bertanggung jawab atas kebersihan dan keamanan villa ini.

JANJI SETIA UNTUK ARINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang