Pulang?

21.6K 2.6K 274
                                        

Saya up lagi hari minggu malam kalau tidak ya hari senin pagi ya. Karena weekend waktu hanya untuk keluarga

Part ini saya buat dalam perjalanan Surabaya Malang

Semoga masih banyak yang suka

Happy Reading

Semburat warna jingga mulai mohon undur ke penguasa langit. Sang penguasa kelam mulai melingkupi terangnya angkasa. Gugusan bintang perlahan mulai unjuk diri, diikuti terangnya sinar rembulan yang mulai ambil alih. Sekelompok hewan malam mulai menggeliat dari peraduan. Lengkingan suaranya, pertanda bahwa pekatnya hari telah berwujud malam

Malam ini adalah malam syukuran yang diadakan Bude Ratih untuk kesembuhanku. Aku sudah mulai bisa berjalan namun masih belum sepenuhnya lancar. Kursi roda masih jadi teman setiaku untuk menghabiskan hari di rumah Bude Ratih.

Aku sendiri memilih tidur di kamar titi karena di kamar inilah aku bisa memuaskan rinduku kepadanya. Bude Ratih telah merapikan isi di dalamnya dan membuatnya senyaman mungkin untuk kutinggali.

Telah satu minggu aku tinggal di sini dan selama itu pula, aku tak pernah dibiarkan kesepian oleh orang orang yang mencintaiku dengan tulus. Selalu ada yang menemaniku setiap aku membuka mata. Perilaku mereka membuatku sedikit melupakan kesedihan yang ada.

Bude Ratih hanya mengundang kerabat dekat keluarga kami dan tentu saja kedua orangtuaku. Namun sayang, seperti biasanya, mereka sibuk dengan kegiatannya sendiri. Mama kembali lagi ke Guangzhou karena menurut berita yang kudengar, Arimbi divonis menderita kanker rahim yang berasal dari kista yang menahun. Aku sendiri memilih untuk tidak memperdulikannya.

Ruang keluarga dan taman belakang telah dihias begitu cantik oleh para sepupuku. Mbak Ratna yang seorang dokter kecantikan, mengambil alih riasanku, hingga aku terlihat jauh lebih cantik dari sebelumnya. Jangan lupakan juga Mbak Sathi, istri Mas Yudhis yang juga perancang ternama, khusus membuat gaun malam yang cantik tapi menurutku agak berlebihan. Selain karena terlalu bagus, keluargaku yang lain hanya mengenakan pakaian sederhana.

"Rin...."

"Mbak Sinta..."

Mbak Sinta yang malam ini sengaja datang di tengah kesibukannya yang padat, mendekatiku dan memilih duduk di sampingku. Mbak Sinta adalah putri sulung Bude Ratih. Dia adalah sosok wanita tangguh yang tak bisa diintimidasi oleh siapapun. Pekerjaan utamanya sebagai seorang pengacara, membuatnya sangat mampu mengenali karakter seseorang.

"Mbak boleh tanya sesuatu?"

"Masalah Mas Damar kan, Mbak?"

Diantara sekian banyak sepupuku, hanya Mbak Sinta yang berani berbicara apa adanya. Aku meyakini bahwa dia ada di dekatku karena perintah Pakde Raka. Mbak Sinta terus menatapku begitu lekat, berusaha mencari apa yang kusembunyikan.

"Mbak , jangan gitu ah. Aku takut"

Mbak Sinta tersenyum dan gini semakin erat menggenggam tanganku. Aku memaklumi jika mereka tak berani menanyakan hal yang sesensitif ini

"Nasib rumah tanggamu dengan Damar?"

"Aku memilih untuk menunggu dia Mbak"

"Sampai kapan?"

"Paling tidak sampai kedua kakiku benar benar pulih Mbak. Harusnya bulan depan mulai bisa berjalan normal"

"Ada apa sebenarnya? Apa hanya karena anak kalian meninggal? Mbak rasa, untuk orang secerdas Damar, tidak mungkin beralasan hanya karena itu. Apa kamu ga coba cari tahu?"

"Mas Damar kan dulu pernah sakit, Mbak. Aku takutnya dengan bertanya terus, malah akan membangkitkan emosinya. Kata dokternya dulu, Mas Damar sudah sembuh tetapi bisa sewaktu wakti kambuh jika dia sangat tertekan"

JANJI SETIA UNTUK ARINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang