Mohon maaf jika cerita ini slow update karena saya masih ada di rumah belum kembali ke kost. Jadi waktu saya tersita untuk si kecil yang jarang ketemu emaknya. Si kecil possesive euy. Tidur aja kalau ga pegang tangan emaknya, pasti kebangun. Mohon maaf juga jika alur cerita tidak sesuai dengan prolog. Maklum authornya ababil meski usia kepala 3.
Matahari mulai bersinar dengan terik. Cahayanya menembus kamar tidur kami melalui beberapa celah penutup jendela. Badanku terasa begitu lelah sehingga aku sangat enggan untuk membuka kedua mataku. Tanganku mulai bergerak di sisi sebelah kanan tempat aku tidur namun sesuatu yang aku cari tak ada di sana.
"Jelita!!!...Jelita...!!!"
Seketika aku terbangun dan mencari keberadaan istriku. Aku mulai mencari ke seluruh bagian kamar tidurku. Aku buka lemari pakaiannya, namun hanya beberapa pakaian yang tersisa. Pandanganku teralih pada beberapa alat make up yang menghilang dari meja rias istriku.
Pikiranku tiba tiba kosong dan tak bisa lagi berpikir jernih. Kuraih pakaian tidurku dan segera aku berlari mencari keberadaan istriku. Aku berkeliling di seluruh sudut rumah, namun jejak nya sama sekali tak kutemukan. Aku mencoba menghubungi ponselnya, namun tak ada nada aktif yang kudengar.
Seketika aku jatuh luruh di atas lantai yang ada di ruang tengah. Aku mengusap kasar wajahku dan mulai menarik kuat beberapa helai rambutku. Aku kehilangannya padahal baru sebulan ia menjadi istriku.
Bodoh
Tolol
Semua karena kesalahanku. Aku sendiri tidak pernah tahu mengapa aku bisa seperti itu. Selama sebulan menjadi suaminya, hampir setiap hari aku berlaku kasar kepadanya ketika kami akan bercinta. Entah mengapa aku selalu ingin menyiksanya saat aku mulai menginginkan tubuhnya.
Aku juga sangat marah ketika ia berdekatan dengan lawan jenisnya. Aku cemburu ,sangat cemburu. Ketika rasa cemburuku sudah melampaui batas, aku akan segera mengagahinya di dalam kamar seharian. Dan esok harinya, aku akan melihatnya bangun dengan beberapa tanda di bagian tubuhnya.
Aku mencintainya, sangat mencintainya. Tetapi cintaku sudah sangat menyakiti jiwa dan raganya. Semalam untuk ketiga kalinya aku bisa bersikap lembut ketika akan bercinta dengannya. Sehari sebelumnya, Jelita begitu sabar menghadapiku. Dia tak pernah berdebat dengan segala tingkah absurdku.
Satu hari sebelumnya emosiku terjaga stabil dan hasil akhirnya, kami bisa menikmati percintaan tanpa ada kekerasan di dalamnya. Aku bisa melihat binar bahagia Jelita dari kedua matanya. Sejak malam pengantin kami, Jelita cenderung penurut.
Tetapi mengapa hari ini dia pergi. Padahal aku telah berjanji akan merubah dan mengendalikan sifat burukku. Baru pertama kali ini dalam hidupku, aku bisa bersikap sesuat karakterku yang sesungguhnya. Selama ini aku selalu berusaha menjadi sempurna di mata semua orang. Terutama Papa, Mama dan juga Cindy adikku. Tak pernah ada yang mengetahui aku punya kelainan dalam pengendalian emosi.
Seminggu yang lalu, aku berkonsultasi dengan psikiater dan seksolog di Wina Austria ketika kami berbulan madu. Tentu saja tanpa sepengetahuan istriku. Mereka mempunyai kesimpulan yang sama bahwa aku memang punya orientasi seksual menyimpang tetapi tidak terlampau parah. Mereka menyarankan agar aku untuk bisa menormalkan emosiku sebelum kami berhubungan badan. Saran lain adalah aku harus mulai terbuka dengan Jelita.
Awalnya aku takut. Aku tak bisa harus berterus terang dengan Jelita. Aku takut dia meninggalkanku. Aku terlalu mencintainya. Aku berusaha sendiri mengontrol emosiku. Meski awalnya sangat sulit, namun akhirnya aku berhasil. Tetapi mengapa saat ini dia pergi.
Aku menatap nyalang potret kami berdua berbalut gaun pernikahan yang baru terpajang di dinding seminggu yang lalu. Jelita begitu mempesona meski aku menyadari belum ada cinta untukku dari kedua matanya. Aku meruntuki kebodohanku karena sama sekali tak bisa mengendalikan diri jika berada di dekatnya. Emosiku akan tak terkendali jika aku melihat Jelitaku berbicara dengan lelaki lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI SETIA UNTUK ARINI
Storie d'amoreBagi Arini, Mahardika adalah dunianya. Mahardika adalah nama yang selalu dia sebut dalam tiap doanya. Mahardika adalah nama yang akan selalu ada dalam hatinya hingga nanti nyawanya terpisah dari raganya. Ketika Mahardika bertunangan dengan Arini, ga...