Double Up dari saya. Semoga cerita yang terlalu khayal ini masih banyak yang suka ya
Happy Reading
"Mulai sekarang, jangan bertanya kemana aku pergi. Kapan aku pulang. Karena mulai saat ini, semua sudah berbeda. Dan akan berhenti jika skor kita sudah sama"
"Boleh aku minta satu hal?"
"Apa?"
"Selain keluarga Mas, aku harap tidak ada pihak lain yang tahu. Terutama keluargaku. Aku tidak ingin membuat mereka kecewa. Jika ada acara yang mengharuskan kita untuk datang, aku mohon Mas tetap mengajakku. Hanya itu"
"Oke. Aku setuju"
Aku menerawang kembali kejadian tiga bulan yang lalu. Bagaimana aku membuat sebuah keputusan besar dalam hidupku. Aku memilih untuk menjauh tetapi bukan menyerah. Membuat jarak agar aku bisa menerima segala masa lalu istriku. Butuh waktu yang panjang bagiku agar hati dan pikiran bisa berdamai dengan kenangan masa lalu Arini yang selalu menari nari di kedua mataku
Tiga bulan ini aku memilih tinggal bersama kedua orangtuaku. Aku bisa melihat bagaimana Mama sangat bahagia dengan kehadiran semua anaknya dalam rumah besar Papa dan Mama.Cindy akhirnya memutuskan kembali pulang ke rumah setelah perjuanganku membujuknya untuk pulang. Kehadiran Erina, menambah hangatnya rumah Papa. Erina kembali dari studi panjangnya di luar negeri dan bergabung dengan kementrian tempatku bekerja. Erina adalah anak bungsu Papa dan Mama yang tentu saja jarang mereka perkenalkan karena sudah berada di Belanda sejak masih berusia 14 tahun.
Dalam tiga bulan ini, aku hanya tiga kali mengunjungi Arini di rumah kami. Itupun hanya karena aku sudah tidak bisa lagi memendam syahwat. Meski aku sekarang terlepas darinya, tetapi aku tidak ingin tidur dengan banyak wanita. Cukup Arini saja yang memuaskanku di atas ranjang. Aku akan datang pagi hari, mengurung Arini di dalam kamarnya, kemudian aku akan pergi keesokan harinya.
Arini sendiri menerima segala keputusanku tanpa melawan sedikitpun. Dia masih tetap melayaniku seperti biasa. Setiap makan siang, ia mengirim makan siang lewat jasa kurir. Terkadang juga ia akan mengirin beberapa setelan pakaianku. Meski aku tinggal di rumah Mama, tetapi aku hanya bisa lahap ketika makan masakan Arini saja.
Malam ini, entah mengapa, aku mengarahkan mobilku menuju rumah kami. Sebelumnya, aku sudah menghubungi Mama dan mengatakm bahwa aku harus dinas ke luar kota selama beberapa hari. Terakhir aku mengunjunginya dua minggu yang lalu dan kini aku merindukannya.
Jam di tanganku menunjukkan pukul tujuh malam ketika mobilku berada di pelataran rumah kami. Aku segera masuk ke dalam rumah dan di meja makan sudah ada Jelita yang menungguku beserta aneka masakan kegemaranku. Jelita tersenyum dan seperti biasa mencium punggung tanganku.
"Mas mau mandi dulu atau makan?"
"Makan"
Aku hanya menatap datar kepadanya. Jelita melayaniku seperti biasa. Aku makan dengan sangat lahap semua masakan yang tersaji di meja makan. Aku melihat dari sudut mataku, Jelita berusaha memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Tak ada berubah dari Jelita, dia tetap cantik meski kantung matanya membesar dan menghitam.
"Kamu sakit?"
"Eh..enggak Mas"
"Kenapa hitam?"
"Ha?"
"Mata kamu"
"Oh..banyak pekerjaan Mas"
"Bukan memikirkan lelaki itu dan anak haram kalian kan?. Atau kamu ingin bertemu mereka? "
Jelita menunduk dan memilih diam jika amarahku mulai muncul dan mengungkit masa lalunya. Aku sendiri sudah mengakhiri makan malamku dan kulihat makanan yang ada di atas piringnya masih banyak bersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI SETIA UNTUK ARINI
RomanceBagi Arini, Mahardika adalah dunianya. Mahardika adalah nama yang selalu dia sebut dalam tiap doanya. Mahardika adalah nama yang akan selalu ada dalam hatinya hingga nanti nyawanya terpisah dari raganya. Ketika Mahardika bertunangan dengan Arini, ga...