18.

286 34 6
                                    

"Dek yakin sama Wonwoo?" tanya Jaehyun yang lagi berkemas.

"Iya buset. Dia kepercayaan Yura setelah Hwa." Yura langsung melempar guling kebawah tanda dirinya gabut.

"Ya kan dulu dia yang buat Abang hampir nabrak odong-odong!"

"Dendam kesumat bat napa dah Bang. Dia tuh waktu itu ga sengaja katanya, lagian lagi balap sepedah kali. Kan udah aku jelasin."

"Ya masa umur kalian yang udah 17 sama 18 masih aja balap sepedah roda tiga?!" balasnya sewot, Yura yang ingat akan hal itu langsung tertawa kencang.

"SEPEDANYA RUSAK NJIR!" Yura langsung ngakak pas inget sepedah keponakannya rusak.

"Udah-udah jangan ketawa gitu ah." tegur Jaehyun.

Yura langsung berhenti dan mengelap airmatanya. "Abang Yura pengen ketemu Mingyu ya?" tanya Yura setelah tawanya reda.

Jaehyun ngangguk. "Yaudah, pulangnya jangan malem-malem ya."

Yura mengangguk. "Yaudah aku pergi ya Bang! Nanti balik aku chat. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Yura langsung berjalan kaki agar bisa mencapai rumah Mingyu. Lagian rumah Mingyu dan rumahnya hanya beda dua blok.

"MAMAAA!" Yura langsung lari saat melihat Mamanya Mingyu yang baru saja menutup pintu.

"Eh Yura!" Yura langsung menyalimi tangan Mama Mingyu lalu memeluknya.

"Kiming mana Ma?" tanya Yura selepas pelukan mereka terlepas.

"Ada di dalem lagi makan opor, masuk aja ya. Mama mau ke pasar, stok belanjaan habis. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Selepas Mamanya Mingyu pergi dan Yura sudah mendapatkan izin dirinya langsung masuk kerumah keluarga Kim.

"KIMINGGGG!!!" teriakan Yura barusan membuat Mingyu tersedak opor.

"Minum Ming!" Yura tidak menolong hanya memberitahu dari kejauhan saja.

Mingyu langsung minun dengan tergesa-gesa. "Heh karet gelang ngagetn aja lo! Kalo gue mati gimana?!" omelnya

Yura yang dimarahin hanya cengengesan gajelas. "Ya paling tinggal ada di koran 'seorang perwira tewas karena tersedak opor ayam' bereskan?"

"Bodo, duduk jangan berdiri aja."

Yura ke dapur terlebih dahulu untuk mengambil melon kesukaannya lalu duduk dihadapan Mingyu sambil makan melon. "Gyu."

"Hm?"

"Ga mau nanya progres hubungan gue sama Jaemin gitu?" tanyanya.

Mingyu langsung minum kala mendengar omongan Yura lalu terkemeh geli. "Buat apa? Masih monotonkan?"

Yura mendesah berat. "Iya juga sih. Lo juga kapan mau nembak Jira? Kasian anak orang lo gantung kek hanger, udah mah yang lo gantung anak atasan lo lagi. Gila." Mingyu langsung mencuci bekas makannya dan duduk di depan Yura.

"Gue bukannya ga berani buat nembak temen lo itu." katanya.

"Terus kenapa?" tanya Yura bingung, bukannya Mingyu anak emas bapaknya Jira?

"Karena gue takut sana Bang Jihoon!"

Yura yang mendengar itu langsung tertawa sangat kencang. "Lo ngapain takut sama dedemit evelyn si?" gelinya.

"Lo taukan Wonu dokter pembimbing koas lo."

Yura mengangguk. "Iya, kenapa?"

"Bang Jihoon masih ngerestuin Wonu sama Jira. Lah gue?" tanyanya sambil masang muka cemberut.

"Lo takut sama Evelyn doang? Apa sama satu keluarga Lee?" godanya.

Yaaa, gimana ngga sangar sama Mingyu. Secara ga langsung Jira itu anak putri satu-satunya setelah Mamanya pergi sehabis melahirkan Jeno adiknya Jira.

Jira punya Abang dua yang pertama Lee Seokmin yang kedua tuh Lee Jihoon -atau dedemit Evelyn kata Yura- dan Jira punya adik satu yaitu Lee Jeno.

Keluarga Jira bisa dikatakan keluarga militer. Jihoon dengan tingkat Laksama madyanya menggantikan Laksaman madya yang sudah tidak bisa bertugas karena kecelakaan, Seokmin dia seorang chef sendiri karena dia tak ada minat menjadi kemiliteran seperti Ayahnya, Jeno sendiri seorang taruna seangkatan dengan Jaemin.

Lee Donghae dia memiliki pangkat tertinggi yaitu Laksamana Besar.

Sedangkan Mingyu sendiri? Masih perwira pangkat satu.

Bisa habis dirinya kalau berani macem-macem dengan anak atasannya itu!

"Lo kalau mau mengundang keributan mending pergi aja deh." usirnya, Yura yang mendengar itu langsung tertawa.

"Najis pundungan kaya perawan." ejeknya.

"Bodo, lo kapan minggatnya?"

"Besok aku udah minggat, gamau cudling sama aku?" tanyanya sok imut.

"Ngapain gue cudling sama pempek kering kek lo, mending sama Jira anget."

Pletak!

"Sia! Geus naon wae jeung si Jira hah?!"
(Lo! Udah ngapain aja sama si Jira hah?!"

Mingyu sudah memasang alarm tanda bahaya, sebab logat sunda kasarnya Yura sudah keluar.

"A-anu eungg." Mingyu berfikir sejenak.

Brak!

Yura menggebrak meja makan yang membuat Mingyu makin ciut. "Jawab sia! Boga mulut teu?!"
(Jawab lo! Punya mulut ga?!)

Mingyu langsung menunduk layaknya anak kecil yang ketauan membeli es saat sedang batuk. "Cuman peluk sama eum.."

"Jeung naon! Sia lamun ngomong teh ulah saparo-saparo!" setakan Yura tak pernah main-main kalau Mingyu melakukan kesalahan.
(Sama apa! Lo kalo ngomong tuh jangan setengah-setengah)

"K-kiss."

"SIAAA! KIM MINGYU ETA MULUT NA MAEN SOSOR WAE! KADIE SIA AING GABLOK!" Mingyu yang mendengar hal itu langsung lari untuk menghindari singa betina.
(Looo! Kim Mingyu itu mulutnya main sosor aja! Sini lo gue gablok!)

Mingyu tau Yura paling benci kalau Mingyu udah main sosor kaya gitu.

Katanya udah kaya kurbel, padahal nyatanya Mingyu emang kurbel.

>>

"JAEHYUN YURA BURUAN TURUN!" teriakan Bunda itu memang ampuh buktinya kedua kakak beradik itu langsung turun.

"Bunda Ayah mana?" tanya Yura.

"Udah barangkat dari subuh. Udah yuk berangkat keburu macet ntar."

....

Tbc.

Ak pen buru-buru ending ini ngp ddh T__T aku skip ya pas liburan langsung pas masuk kerja aja:'>

Vote+comment don't forget all!

Luv u♥

Xoxo

Taruna - Na Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang