Disarankan memutar lagu yang sedih.
Happy reading!
...
Masih di hari yang sama.
Yura mulai pencariannya bersama dengan timnya, walaupun ia sedang dengan kondisi tidak baik dengan Jaehyun Abangnya sendiri. Tapi ini pekerjaan bukan? Harus profesional.
Alat yang Yura ketahui namaya 'walkie-talkie' terus berbunyi dengan nama-nama orang yang ia kenal dan memiliki hubungan yang baik.
"Satu dua, di arah jam 2 tepat dekat dengan batu karam di temukan Kim Mingyu perwira pangkat satu. Denyud nadi masih terasa, dimohon yang dekat dengan lokasi harap datang."
"Yura ke sana."
Yura langsung berlari ke arah Abangnya yang sedang memangku kepala Mingyu. Ya, tempat Yura berpijak tadi tidak jauh dengan tempat yang Abangnya sebutkan tadi.
Yura hampir saja menangis jika tidak ingat dirinya sedang bertugas. Melihat kondisi Mingyu yang menyedihkan membuat hatinya sakit.
"Ming! Heh Kiming! Bangun bego! Tidur aja lo!" sebisa mungkin Yura berusaha membuat suasana tak sendu.
Tangannya dengan cekatan membersihkan kotoran yang menyumbat diarea yang sangat fatal, seperti hidung dan telinga.
Ah... Sepertinya dalam hidung Mingyu banyak lumpur mangkanya pernafasannya terasa tidaj nyaman.
Yura menarik nafas lalu mengeluarkannya. "Tutup mata bang." kata Yura spontan.
Lalu tiba-tiba Yura menyedot hidung Mingyu dan benar saja mulut Yura langsung penuh dengan lumpur.
Dengan cepat ia langsung melepehkannya, Jaehyun yang melihat pertolongannya itu langsung dan tidak menutup matanya yaa, antara jijik dan tercengang.
Kenapa tidak CPR saja? Atau memang itu pertolongannya?
"Dasar Kiming sialan! Nih bang bawa dia, Yura mau ngabarin seseorang dulu." Yura langsung menjauh dan mengabari seseorang yang harus tau kabarnya.
Mingyu ketemu.
Yura memasukan ponsel pintarnya dan melanjutkan perncariannya. Hampir 6 jam lamanya namun Jaemin belum ditemukan.
Dirinya masih belum menyerah, ia harus menemukan tubuh Jaemin...
...hidup atau mati.
>>
Jira yang mendapatkan pesan yang sungguh membuat dirinya antara bahagia dan sedih.
Bahagia karena akhirnya Mingyu ketemu dan sedih kondisinya seperti apa? Yura tak menjelaskan secara detail.
Tak ingin berlama-lama memikirkan hal yang mungkin akan terjawab nanti, Jira langsung berlari kearah posko kesehatan.
Disana, banyak mayat, korban, relawan dan aparat negara yang sangat sibuk. Bahkan ada keluarga yang sepertinya menunggu kabar anggota keluarga yang hilang.
Ah! Tak peduli dengan hal itu, misinya sekarang adalah bertemu dengan Mingyu dengan keadaan sehat.
Meja yang mungkin berisikan nama-nama korban dan mayat yang sudah terindetifikasi terisi penuh dengan orang-orang yang sedang menunggu kabar dari keluarga atau 'pun orang tersayangnya.
Karena, bencana dan tragedi ini memakan banyak korban dan jiwa yang meniggal.
Harus berfikir! Ya! Jira mengerutkan keningnya kala melihat dokter yang sepertinya ia kenal betul.
Tapi...
...siapa?
Ah!
"Eunwoo!"
Jira benarkan? Itu teman semasa sekolah menengah pertamanya dan kalau tidak salah dia dokter forensik?
"Loh? Kembaran lo kemana?" Eunwoo seperti memeriksa kebelakangnya lalu Jira mengikuti arah pandang Eunwoo.
"Siapa dah?"
"Yura."
Pletak!
"Ga sudi gue kembaran sama dia!" marahnya.
Eunwoo mengelus kepakanya yang habis dipukul oleh Jira. "Tenaga lo ga pernah berubah ya? Tenaga kuli!" ledeknya.
"Udah ah! Bercanda terus! Gue mau nanya."
"Mingyu ada di ruangan pojok, dia ditolong sama Jaehyun. Tapi, untungnya ada Yura di sana yang langsung menyedot lumpur yang berada di hidung Mingyu. Yaaa, kalo ngga dokter mana 'pun ga ada yang bisa memprediksinya. Untungnya Yura ga punya rasa jijik." jelas Eunwoo panjang lebar. Jira hanya menyimak lalu merasa mual yang luar biasa?
Gimana ga mual! Nyedot lumpur di hidung, kalo ada ingus gimana rasa lumpurnya itu? Bisa-bisa asin berlendir.
Daripada memikirkan Yura yang ngga punya rasa jijik itu lebih baik Jira bergegas menuju tempat Kim Mingyu berada.
Sesampainya ditempat Mingyu dirawat Jira menatap Mingyu yang lagi tiduran sambil bengong, gatau mikirin apa.
"Gyu?" Tanya Jira yang langsung duduk dikursi dekat dengan ranjang.
Mingyu menoleh dan tersenyum. "Apa kabar?" Tanyanya.
Jira menggeleng. "Harusnya aku yang nanya, apa kabar?" Wajah Jira mulai serius kala menanyakan hal itu.
"Jeno gimana?" Sebisa mungkin Mingyu mengalihkan pertanyaan yang sebenarnya tak perlu dijawab itu.
"Mingyu!" Jira menyentak karena tak suka pernyataannya diabaikan.
"Jaemin gimana?" Mingyu menatap penuh harap.
Jira menggeleng. "Belum ditemukan, sampai sekarang."
...
Tenangnya lautan ternyata memiliki sejuta kejutan.
Karena laut saya kehilangan seseorang.
Tapi, apa boleh saya buat? Saya tidak bisa melawan takdir.
...
Tbc.
Ending satu part lagi~
Mwuehehehehe :D
Vomment juseyo^^
-xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Taruna - Na Jaemin
Fanfic[ END ] [ ׂׂૢ་༘࿐ follow dulu sebelum membaca ya! ] "Dek, kamu nganggap teteh apa?" "Teteh kan bahasa indonesianya kakak, berarti teteh itu kakak aku." "Astaga dek, padahal teteh minta di nikahin sama kamu..." Ini adalah kisah seorang taruna militer...