37.

275 31 8
                                    

Sesaat sebelum kejadian.

Jaemin menatap hamparan laut  yang tak berujung ini. Tuk pertama kalinya ia menatap pemandangan seindah ini.

Tangannya mengambil secarik kertas dan pulpen dalam saku celana pdlnya.

"Heh bocah!" perbuatan Mingyu barusan membuat dirinya kaget.

"Aelah lo Bang! Kaget tau!" omelnya seraya melipat kertas yang sudah ia bumbuhi dengan tulisannya.

"Buat yang bucin sama lo ya?" godanya, namum cepat-cepat Jaemin menggeleng.

"Halah! Dasar manusia bucin!" ledeknya dengan suara tawa yang sangat puas.

"Biarin bucin! Daripada Abang? Deket udah bertahun-tahun officialin aja ga berani. Huh!" balasnya dan seketika tawanya terhenti.

"Lautnya tenang ya Bang." ucapnya random. Keduanya sama-sana hening menikmati pemandangan yang ada. "Bang, makasih. Tolong jaga Teteh ya?"

Mingyu menoleh. "Mau kemana lo? Serasa kaya mau pergi jauh aja." tanyanya.

Jaemin menggeleng lalu menunduk. "Gatau, gue kaya bakal berpisah aja sama kal—"

Brak!

Jaemin dan Mingyu langsung menatap kearah sisi kapal. Lalu keduanya terbalalak kaget.

Kapalnya menabrak kapal!

"Abang selamatin temen seangkatanku di luar biar aku nyelamatin yang di dalem. Cepet Bang! Ga punya banyak waktu lagi!"

Jaemin dan Mingyu langsung berpencar dengan membawa pelampung.

"SEMUANYA AYOK KELUAR DAN MENUJU KADEK PERAHU! KAPAL MENABRAK BATU KARANG TEPAT BEBERAPA DETIK YANG LALU. CEPAT!" seakan sudah biasa semuanya berjalan keluar dengan wajah tenangnya dan mengambil pelampung masing-masing namun ada juga yang mengambil pelampung di Jaemin.

Jaemin langsung menyisiri dalam kapal barangkali ada yang tertinggal. Namun sepertinya sudah selesai semuanya. Saat akan berjalan keluar tubuh Jaemin seakan terombang-ambing dengan air laut yang sudah memasuki kedalam kapal, tangannya berusaha mengepal erat dan menggenggam sesuatu.

Jaemin berenang menyusuri kapal lagi dan menemukan Baejin teman seangkatannya dengan cepat ia berenang namun semuanya terlambat dirinya seakan di tindih sesuatu, Jaemin menyerah ia tak dapat berbuat apa 'pun dirinya terjebak dan ia menyerahkan segalanya kepada Sang Kuasa.

Dirinya sudah pasrah kepada Sang Kuasa, apapun yang terjadi itulah yang terbaik untuk dirinya.

>>

Sesaat sebelum Tsunami datang (Mingyu)

Mingyu menatap heran dengan gelombang lautnya, seperti ada yang ganjil.

Tsunami?

Mingyu menggeleng kuat tidak mungkin bukan? Bahkan sebelum timnya berangkat sudah mengecek terlebih dahulu keadaan cuaca dan prediksi sangat baik bahkan cerah.

Tapi, Tuhan siapa tau?

Dengan insting yang kuat Mingyu langsung berlari untuk mengecek segalanya apakah sudah menggunakan pelampung saat ia berbalik malah mendapatkan Jeno.

"Belum dapet pelampung Jen?" tanya Mingyu.

Jeno menggeleng. "Belom, kayanya habis deh?"

Mingyu memberikan pelampung miliknya. "Pake."  Menyodorkan pelampung kepada Jeno.

Jeno menggeleng tegas. "Ga! Ini punya Abang!" tolaknya secara terang-terangan.

"Abang bisa renang berapa lama'pun di laut." balas Mingyu tuk menyakinkan adik dari orang yang ia sayangi.

"Tuhan siapa yang tau Bang!" teriaknya marah, karena jeno... Tidak ingin tetehnya menangis karena kehilangan. Bahkan dia lupa, tetehnya bisa menangis kencang karena kehilangan adiknya tersayang.

Mingyu langsung meemakaikan pelampung itu ditubuh Jeno secara paksa. "Jangan di lepas, ingat Teteh mu, Abang mu, dan Ayah mu menunggu kamu."

Jeno mengangguk lemah. "Abang harus bertahan ya?" Lirihnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Mingyu mengangguk. "Ayok kita sama-sama bertahan hidup." Tegasnya, lalu berjalan menuju keluar dimana semua orang sudah mencemplungkan dirinya ke lautan luas.

Namun sesaat setelah itu prediksi Mingyu tak pernah melesat memang. Tsunami datang dengan dahsyatnya, Mingyu berusaha tuk berenang namun badannya terus dihantam oleh barang.

Dan seketika, semuanya gelap.

Tubuh Mingyu langsung dipeluk oleh lautan, tapi badan Mingyu sudah berada tepat diatas papan kayu. Mingyu hanyut bersama dengan harapan masih bisa diberikan kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang yang dia kasihi.

Tbc.

Satu lagi yaaa:')

Vote n Comment.

Sambil nyetel lagi taeyang yg eyes, nose, lips, aku ngetik;")

-xoxo

Taruna - Na Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang