32. (spesial pake telor) pt.4

273 31 9
                                    

Aku rindu pasangan ini T_T
Tapi, kayanya ini bakal lebih fokus ke Jira and her life ya~

Happy reading!^^

...

Walaupun seluruh temanmu menjauhi, keluargamu akan terus disampingmu apapun kondisinya.

-Lee Jira.

.

..

"Tehhh bangunn itu Bang Jihoon mau berangkat heh bangun!"

"BANG SEOKMIN ADEK LO GAMAU BANGUN PARAH BANGET!"

"TETEH LO ITU JENO! BANGUNIN SI PENDEK UDAH TERIAK GA JELAS INI!"

"Ga adeknya ga abangnya sama aja, gajelas."

Dikediaman Lee itu ga pernah sepi rumahnya rame terus, apalagi sekarang ada salah satu anggota keluarga yang mau berangkat tugas.

"Teh Jira bangunnn, itu Bang Jihoon mau berangkat!! Buset suara Jeno abis ini lama-lama!" pekik Jeno sambil ngacak-ngacak rambutnya.

Iya, Lee Jihoon, Lee Seokmin, Lee Jira dan Lee Jeno dan satu lagi kepala keluarganya Lee Donghae suda beranal empat yang masih tampan diumurnya yang sudah berkepala empat mendekati lima.

"Iya Jen ini teteh udah bangun, kamu berisik ya di diemin!" suara serak khas bangun tidur terdengar ditelinga Jeno.

"Ya lagian teteh ga bangun-bangun daritadi. Buruan cuci tu iler biar cakepan dikit jangan kaya sendal jepit ditekuk, jelek burik." Jira lagi ga ada minat untuk mutilasi orang kok sekarang, jadi santai.

Setelah pintu tertutup Jira langsung cuci muka dan gosok gigi. Dirasa sudah selesai Jira langsung menuju ruang makan yang sudah komplit dengan keempat lelaki yang Jira sayangi.

Papahnya yang duduk diujung meja makan sambil baca laporan, Jihoon yang sedang asik makan, Seokmin yang riweuh sama masakannya dan Jeno yang ngetawain kelakuan abangnya —Seokmin—. Lengkap seperti biasa.

"Pagi eperibadeh! Wisss makanan nusantara dengan chef autis Lee." celetuk Yura dan ditanggapi berlebihan oleh Seokmin yang sedang memasak.

"Itu mulut belum pernah diulek kayanya ya." tekannya sambil mengangkat ulekan.

"Ya maaf, ini mulut bukan saringan kopi."

"Ya kan se—"

"Jira Seokmin mau berantem pagi-pagi?" intrupsi Donghae yang sudah lelah mendengar pertengkaran antara anjing dan kucing.

"Ngga Pa." jawabannya berbarengan.

"Bagus, Jira duduk terus sarapan, Seokmin kamu sini biar bekas masaknya Jeno yang cuci."

"Lah kok Jeno Pa?!" teriak Jeno ga terima.

"Ingat kamu lagi masa dihukum karena kesalahan kamu." balas Donghae dengan tenang.

"Iya tau iya Jeno salah, maaf."

"Bocah bukannya diem malah jawab mulu, udah merasa gede lo?"  Tidak ada yang bisa berkutik ketika Jihoon berbicara walaupun itu Donghae sendiri.

"Ribut terosss, gue lagi makan ini tidak khidmat kalo ada yang berantem. Mau lanjut atau gimana nih? Kalau lanjut gue makan dikamar ditemenin sama piyu." intrupsi Jira yang sudah kesal dengan situasi seperti ini.

Ah iya, Piyu kesayangan Jira adalah seekor kura-kura dari mantannya yang sekarang menjadi seorang dokter dirumah sakit ternama di Bandung.

"Halah bilang aja lo mau mengingat masa lalu dengan mantan."

Jira melotot kearah Jeno. "Bang Seokmin." desisnya dengan mata memicing.

"Iya dek?"

"Tumis mulut manusia itu resepnya apa?"

"Gampang, mulut yang julit nah itu."

"Ohhh, adek lo siap tuh kayanya. Gimana?"

"Dapur gue siap."

"Papaaa teteh sama aa' nyaaa." rengek Jeno dengan mulut yang sudah maju beberapa senti dan pipi yang digembungkan.

"Udah ah lanjut makannya jangan godain adek kalian."

"Ini nih ga enaknya berantem sama anak bungsu, dibela terosss." ucap Jira dan Seokmin berbarengan.

...

"Dih Bang Jihoon lo ga takut gitu disangka bocah yang lagi main perang-perangan?" tanya Jira sambil nemenin Jihoon siap-siap. Jangan percaya omongan Jeno yang tadi pagi sebelum sarapan, nyatanya Jihoon masih ada waktu satu jam sebelum berangkat.

"Kenapa emangnya?"

"Badan lo pendek kecil, muka unyu, kalo disangka bocah gimana buset?!"

Tak!

"Itu mulut minta gue tumis juga, hah? Badan boleh kecil, muka boleh imut, tapi maaf otot gue bukan kaya anak kecil." ucapnya sombong.

"Tch, sombong." balasnya sambil mengelus kepalanya yang digetok pake sepatu yang biasa digunakan para tentara. Taukan kerasnya kaya apa? Bayangin digetok pala Jira pake itu.

"Ga sombong sih, cuman menyampaikan apa yang sebenarnya memang bisa disampaikan." balas Jihoon sambil mengikat tali sepatunya.

"Gila, parah banget tu sepatu kerasnya. Ampe pusing pala gue Bang! Tanggung jawab!"


Jihoon langsung mengeluarkan dompetnya dan memberikan Jira uang. "Noh beli plester."

"Dua rabu?" tanya Jira ga percaya dengan apa yang ia pegang sekarang.

"Benerkan? Harusnya gopean karena ga ada jadinya dua rebu." balas Jihoon.

"GUE GA BERDARAH JUNAEDI! NGAPAIN BELI PLESTER?!!!" teriaknya dan membuat kuping Jihoon berdengung sedikit.

"Terus apa?!"

"I—"

"JIHOON JIRA JANGAN BERISIK ADEK KALIAN KEGANGGU!" teriak Donghae dari arah belakang rumah.

"JENOKAN LAGI KELUAR PA!" balas Jira dengan teriak lagi.

"BUKAN JENO, MIRA MONYET PAPA."

Jira dan Jihoon saling tatap. "Adek lo monyet Bang."

"Adek lo, adek gue mah Jeno paling bungsu ga ada yang mamanya Mira."

"Lagian bapak lo ngapain miara monyet si? Mending kucing daripada monyet."

"Kenapa emangnya?" tany Jihoon penasaran.

"Setiap gue beli makanan buat tu monyet si kampret keling pasti bilang 'beli makanan buat adek'." curhat Jira.

Jihoon geli mendengarnya. "Tapi bener si Mingyu ngomong gitu ga salah."

"ABANGGG! PERGI LO!"

...

Tbc.

Tiba-tiba ngetik ini karena emang lagi kangen juga sama kedua abangku T_T

Btw, jangan lupa cuci tangan, jaga kesehatan, pola makan diatur masker dan lebih penting kurangi kontak langsung dengan orang lain ya, karena di daerahku udah ada yang kena ternyata. Jadi stay safe buat semuanya!

Semoga sebelum ramadhan sudah selesai masalah covid-19 ini^^

Aamiin...

Kata guruku waktu hari minggu semua siswa/i kelas 7-12 dikumpulin.

Wabah covid-19 sudah masuk ke negara kita. Ini waktunya kita berserah diri kepada yang diAtas dan meminta pertolongan kepada-Nya. Karena sebaik-baiknya perlindungan adalah lindungan dari-Nya.

Well, itu benar. Karena perlindungan terbaik adalah lindungan dari Tuhan.

Banyak-banyak baca doa sesuai agama masing-masing ya!

-xoxo

Taruna - Na Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang