Sekarang hanya ada Yura dan Jira saja Mingyu sudah pergi dari tadi karena malamnya harus berjaga di pangkalan yang berada di Tanjung Priok
"Lo ga ada pasien Yur?" tanya Jira yang sedang melihat laporan clientnya yang ingin bercerai.
"Ngga, kenapa?"
"Anterin gue yuk."
"Kemana?"
"Tempat pelatihan taruna akmil angkatan laut ada kiriman taruna dari Surabaya katanya."
Yura langsung berdiri dari tempat duduknya. "Hayukkk... Mau ngapain sih?" tanya Yura penasaran.
"Mau ngasih barang ke Gyu." jelas Jira dan Yura hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Yaudah yuk keburu panas banget loh ntar."
Ini yang ngajak siapa yang semangat siapa.
"Naik beti aja ya lagi males naik Hunnie."
"Apapun ituuu aku sih yes asal ketemu Taruna."
>>
Yura dan Jira sekarang sudah berada di jalan menuju ke tempat Mingyu berada.
"Lo kenapa sih ngincer anak taruna tni mulu, padahal bapak lo petinggi polri abang lo anggota kapolda." tanya Jira yang kebetulan mereka berdua sedang berhenti karena lampu merah.
"Dih gue mah sama siapapun juga mau asal ada yang mau nikahkn gue aja." jawab Yura setengah ngelindur.
Jira rasanya ingin membanting stir kearah trotoar. "Bodo amat." balas Jira kesal.
Yura yang mendengarnya langsung antusias. "Lagian diumur segini harus udah mikirin jodoh gausah main-main lagi," Yura menjeda sebentar ucapannya. "Lo sih enak ada Mingyu tinggal minta dikawinin."
"anjir, belum tentu mingyu nikahin gue, kita aja statusnya gantung, tapi enakan gini sih gak dikekang mau deket sama siapa aja." balas Jira.
"Yaudah lo sama abang gue aja, daripada sama mingyu jarang pulang." goda Yura dengan ketawa yang bikin Jira malu, segede toa masjid.
"Dih gue aja gatau abang lo kaya gimana, nanti 11 12 lagi sama lo." Jira harus hati-hati dengan Abangnya Yura siapa tau sedikit bahkan menyerupai sifatnya seperti Yura bagaimana?
"jangan nilai dulu sebelum ketemu wahahaha." tepat setelah mengatakan seperti itu lampu mulai berganti warna menjadi hijau.
Selama diperjalanan Yura sudah seperti biro jodoh, menawarkan Abangnya terhadap orang lain.
Jira orang lain?
Ya, sebab dia bukan anggota keluarga Yura.
Kira-kira seperti itulah pemikiran seprang psikiater bernama Jung Yura.
Sangkin asiknya Yura menawarkan sang Kakak dirinya tak sadar bahwa sudah sampai di tempat pelatihan akmil angkatan laut.
"Turun bego dah nyampe."
"Biasa aja dong gausah ngegas mbaknya." Yura turun dari beti —motor metic— milik Jira.
Mereka berdua langsung masuk kedalam tempat pelatihan, ya mereka masuk tanpa melakukan proses yang sangat panjang karena Mingyu sudah memberikan akses masuk terhadap Jira.
Yura menatap Jira tak percaya dengan pandangan mereka beberapa meter itu.
Ya, Mingyu dengan pakaian seragamnya lagi marahin taruna-taruna gemes dari Surabaya itu.
"MINGYU KASIAN JANGAN DIMARAHIN TARUNANYA!" Yura langsung berlari ke arah Mingyu yang sedang memarahi Taruna yang sebentar lagi akan naik pangkat menjadi perwira pangkat satu.
Jira yang takut Yura membuat ulah langsung ikut berlari.
"Ih Mingyu kasian kalau dimarahin terus mentalnya nanti terganggu! Kalau mereka idiot gimana? Siapa yang mau nanganin? Gue aja sini!" ucap Yura dengan suara yang sama sekali tidak di kecilkan.
"Ini buat latih mental mereka Jung Yura." jawab Mingyu kesel dan jawaban Mingyu sama sekali tak di indahkan oleh Yura.
Mata Yura menjelajah satu persatu wajah taruna itu dan pandangannya jatuh terhadap sesosok makhluk tampan dengan keringat yang terus bercucuran dan tampang melas.
Yura kasian! Sungguh!
"Gyu tu taruna namanya siapa? Kasian, kasih air minum gih sama nih lap buat keringet takut khilap gue." cerocos Yura di telinga Mingyu sambil bisik-bisik.
Mingyu hanya menatap datar ke arah Yura dan menatap melas ke arah Jira dan di balas hanya dengan gedikan bahu.
"Adek yang rambutnya blo— LOH GYU KOK ITU BOLEH RAMBUT BLONDE SEH?!" teriak histeris Yura dan semua langsung terdiam.
Jira dan Mingyu sudah tidak punya malu disini!
Setelah acara memalukan tadi Yura langsung diam karena mendapatkan tatapan mematikan dari Jira dan juga Mingyu hingga berakhirlah Jira harus buru-buru pulang karena malu.
"Eh Gyu aku pulang dulu ya, nih barang dari aku jangan lupa di pake."
Yura hanya mentap sinis pandangan di hadapannya ini.
"Jira kalo kamu mau nemuin aku sendiri aja, biar ada waktu berdua" ucap Mingyu dengan suara lembut dan itu membuat pipi Jira merona.
"Haduh bucin tapi ga punya status." celetuk Yura dan langsung mendapatkan jitakan dari Mingyu.
"Mangkanya nyari."
Yura langsung berdiri dan menepuk-nepukan bagian bongkongnya yang kotor saat dirinya merasa celananya sudah bersih Yura menatap sepasang sepatu tepat dihadapan sepatu sneakers putih miliknya, pandangannya naik kearah celananya yang tak mau Yura katakan, dan beralih ke dada bidang tersebut, dan menatap kedua mata hitam legam dan tatapan tegas itu.
Jantungnya berpacu dengan cepat kala mata legam itu menatap manik matanya.
"Makasih Mbak sudah mempermalukan saya hari ini." setelah mengucapkan itu pria itu pergi tanpa penjelasan lebih detail.
Yura termenung karena tak memahami perkataan taruna tersebut. "Gue salah apa si?"
"Bego aja lo gatau kesalahan lo " ceketuk Jira saat sudah sampai dihadapan sahabatnya. "Yaudah yuk balik, besok gue harus ke persidangan ada kasus." lanjutnya dan Yura hanya mengikuti Jira dengan pikiran yang terus berkelana.
.
.
.
.
.
.
.
TBC.H3.
H3H3..
H3H3H3...VOTE+COMMENT.
Salam Manis.
Istri sahnya Jung Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taruna - Na Jaemin
Fanfic[ END ] [ ׂׂૢ་༘࿐ follow dulu sebelum membaca ya! ] "Dek, kamu nganggap teteh apa?" "Teteh kan bahasa indonesianya kakak, berarti teteh itu kakak aku." "Astaga dek, padahal teteh minta di nikahin sama kamu..." Ini adalah kisah seorang taruna militer...