Mingyu mengusap wajahnya kasar, sudah 4 hari dirinya tak dapat bertemu dengan Jira karena pekerjaannya yang selalu mendesak.
Pekerjaan Mingyu bukanlah mengurus dokumen ataupun meeting bukan itu bukan pekerjaan Mingyu.
Pekerjaan Mingyu adalah latihan dilaut, melatih para Taruna, menyergap penyelundup laut Indonesia, dan masih banyak lagi.
Dan sekarang Mingyu sudah berada dilautan selama 4 hari lamanya karena beberapa orang kerap melihat adanya WNA yang datang lalu mencuri ikan-ikan disini.
Itu sudah tindakan ilegal dan sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan oleh Negara mereka semua harus ditangkap dan kapalnya harus diledakan.
Para tawanan itu akan dipulangkan ataupun dihukum disini, sesuai pihak pertama menyetujui warganya dihukum seperti apa pihak kedua hanya menerima keputusan pihak pertama. Karena, jika tidak seperti itu jika pihak kedua menjatuhi hukuman maka bisa Mingyu pastikan perang dingin akan terjadi.
Dan itu bukan pilihan yang bagus.
Mingyu menatap lautan yang tenang, rambutnya yang sudah panjang terbawa angin wajahnya tak menunjukan tanda-tanda senyuman akan terbit.
"Kangen seseorang itu berat ya 'kan Bang?"
Mingyu terkesiap saat mendengar suara bass dari juniornya. Sesaat Mingyu mendelik tajam ke arahnya. "Lah bocah bau kencur kaya lo kangen siapa? Bukannya lagi ribut?" tanyanya tanpa penyaringan sama sekali. Itulah hebatnya Mingyu, lidahnya lebih tajam dibanding pedang yang telah di asah.
Jaemin —bocah yang Mingyu maksud— langsung menatap sinis atasannya itu. "Hhhh... Itu juga gara-gara Abang! Coba ngga biarin Ihra ga dateng pasti ga gini jadinya. Jaemin tau siapa yang ngelapor ini!" ujarnya dengan menggebu-gebu membuat Mingyu menoleh lalu menyanggakan badannya pada pembatas.
"Siapa lagi kalo bukan Kak Jira!" sinisnya.
Diam-diam Mingyu tertawa puas, setidaknya ekhem pujaan hatinya itu bisa membuat lelaki yang sangat keras kepala ini tunduk dengan seorang gadis yang abnormal. Bagi Mingyu.
"Na." panggilnya.
"Ha?"
"Rindu salah ga si?" tanyanya sambil menatap lautan lepas seakan sedang menyiapkan sesuatu yang maha dahsyat.
"Rindu itu ga salah, yang salah tuh orangnya. Ngebucinin Teh Jira terus!"
Mingyu melotot saat mendengar suara dari adiknya Jira ini.
Ah iya, perkenalkan dia Lee Jeno adik bungsu dari keluarga Lee dan satu angkatan dengan Jaemin dan satu asrama pula.
Lee Jihoon, Lee Seokmin, Lee Jira dan terakhir Lee Jeno.
Ketiga pria itu sangat sangar ketika bersangkutan dengan Jira, apalagi Lee Donghae Ayahnya Jira.
Rrr... Mingyu ingat terakhir kali dirinya diberi pertanyaan atau ancaman oleh Ayahnya Jira, sebab nadanya sangat datar berbeda saat sedang dikantor.
"Letnan Mingyu untuk apa kemari? Bermain pistol dengan saya?"
Mingyu tau maksudnya itu Mingyu tau. Tak perlu diperjelas cukup Mingyu mengerti. Jika diperjelas maka akan seperti ini.
"Letnan Mingyu untuk apa kemari? Ingin bermain pistol dengan saya sehingga peluru itu bersarang dikepala Letnan?"
Oh tidak! Mimpi buruk namanya itu.
"Jangan galak-galak Jen sama calon Kakak ipar." canda Jaemin, Jeno langsung mendengus keras.
"Gue bukannya galak sama cowok yang deket sana Teteh. Gue gamau Teteh nangis lagi kaya waktu pacaran sama Kak Wonu," Jeno menjeda untuk menerawang masa lalu yang selalu membuat dirinya menyalahkan diri sendiri. "Lo tau 'kan Mama meninggal karena lahirin gue? Dan, yang ngurus gue dari bayi sampe sekarang Teteh, tau 'kan? Gue gamau Teteh dapet orang yang salah. Karena bagi gue Teteh itu ibu kedua bagi gue." jelasnya, kepalanya langsung ia tundukan karena ada setetes airmata yang turun.
"Teh Jira yang selalu bilang ke gue 'gede nanti kamu harus jadi lelaki setangguh kaya Papa' awalnya gue gamau ngambil Akmil tadinya mau ngambil kedokteran. Papa ga larang tapi hati gue ga sreg aja gitu, gue mau ngelindungin Teteh. Jangan Teteh jadi tameng gue terus sekarang gantian gue tameng Teteh."
Jaemin tersenyum lalu mengusap punggung Jeno. "Ada orang bodoh bilang ke gue kaya gini 'jadilah perisai walaupun dibelakang' tadinya gue ga paham, akhirnya gue paham maksud dia. Walaupun lo dibelakangnya setidaknya lo bisa melindungi dia dari orang-orang yang ingin menusuk dari belakang." Jaemin tersenyum hingga matanya hilang.
Mingyu yang memerhatikan dua juniornya langsung tersenyum, ia tau siapa 'orang bodoh' itu.
Sahabatnya memang terkadang idiot sangat tapi dia bisa menjadi motivator yang sangat hebat.
Mungkin pulang dari sini Mingyu akan berkunjung ke rumah Jira.
Dan akan memeluk Jira sangat erat.
...
Sudah 4 haru Jira habiskan waktunya dengan Jaehyun Kakak sahabatnya itu.
Perlakuan manisnya kadang membuat dirinya terlena, tapi hatinya berpegang teguh untuk Mingyu sedangkan perasaannya untuk Jaehyun.
Bolehkah Jira poliandri? Jika boleh, Jira menginginkan mereka berd—
Tunggu!
Jira menggelengkan kepalanya, tidak itu tidak benar dirinya harus memiliki satu suami hingga akhir hayatnya.
Tapi hatinya sedang terbagi menjadi dua, bagaimana ini?
Jira tau ini salah, tapu hatinya membenarkan segala perbuatannya?
Jira meminum tehnya karena tiba-tiba kepalanya pening memikirkan hal itu.
Jira mendapat kabar dari adiknya, Jeno. Bahwa adiknya itu sedang berjaga di laut perbatasan daerah Kalimantan bersama dengan Mingyu dan bucinnya Yura, Jaemin.
Ahh... Ngomongin mereka berdua jadi ingat sesuatu.
Yura sedang mogok berbicara dengan dirinya karena hal itu.
Sisi iblisnya sedang bangkit sekarang.
Membalas kadang tak perlu dengan hal yang sama, kadang yang berbeda itu sungguh lebih nikmat.
Hwhwhwhw....
Jira besok akan menemui sahabatnya itu.
•••
Tbc.
Awalnya kena writter block tpi bisa diatasi :')
Karena mungkin skrg aku lg demen menghayal :')
Vomment ditunggu :)
Spesial pake telor ak sukak, ini ga terlalu fokus sama pekerjaan mereka masing² ya ak fokusin sama kehidupan mereka bukan pekerjaan :)
Xoxo
—Zanet—
KAMU SEDANG MEMBACA
Taruna - Na Jaemin
Fiksi Penggemar[ END ] [ ׂׂૢ་༘࿐ follow dulu sebelum membaca ya! ] "Dek, kamu nganggap teteh apa?" "Teteh kan bahasa indonesianya kakak, berarti teteh itu kakak aku." "Astaga dek, padahal teteh minta di nikahin sama kamu..." Ini adalah kisah seorang taruna militer...