Pemberangkatan yang seharusnya hari ini diundur karena Yura mendapatkan undangan dari Istana Merdeka. Ya, hanya Yura yang diundur mereka semua-tim dokter dari rumah sakit- tetap berangkat.
"Bundaaa harus banget Yura kesana?" tanya Yura yang sudah kesekian kalinya.
"Iya, itu langsung dari Presiden. Kamu mau Ayah kamu marah hah?" tanya Bunda skeptis.
Yura mendesah kecewa. "Padahal aku mau ngerayain bareng anak-anak korban bencana." gumam Yura dengan suara yang hanya dirinya sendiri yang dengar.
"Yaudah yuk, udah siapkan?" tanya Bunda
Yura mengangguk. "Udah Bund."
>>
Yura menatap sengit rok rampel dua miliknya ini. Ya, Yura menggunakan adat sunda. Karena menurut Yura baju ini sangat simple dan pas untuk dibawa ke tempat yang ramai seperti ini.
Berbeda dengan Bundanya yang menggunakan adat Padang, Khas dari buyutnya.
Yura menatap sekeliling yang sangat ramai dan penuh dengan wartawan. "Bund Yura mau jalan-jalan dulu boleh?" tanya Yura yang dijawab anggukan saja oleh Bunda karena Bundanya itu bertemu dengan teman ibu-ibu bhayangkari yang dulu sempat berada satu tugas ataupun satu tim.
Sudahlah, suka-suka Bunda saja.
Yura berjalan dengan kepala menunduk, khas negaranya sendiri. Bahkan Yura tak sadar ada yang memerhatikan dirinya sejak ta-
Duk!
Yura mengelus bongkongnya yang baru saja berciuman dengan lantai dengan tak mulusnya.
"Aduh jalan pake kaki dong!" dumelnya.
Orang yang ditabrak Yura cuman bisa kekeh. "Dari dulu ga berubah ya?"
Yura langsung berdiri dan menatap tak percaya pada sosok didepannya. "DEMINYA INI NAMJOON?!" teriakan histeris Yura membuat banyak orang menatap kearah mereka berdua.
Namjoon yang merasa tak enak langsung meminta maaf dan menarik Yura agar sedikit menjauh dari kawasan yang ramai.
"Gimana? Jadi polisi?" tanya Namjoon setelah mereka berdua duduk di bangku yang kosong.
Yura menggeleng lesu. "Boro-boro, dibolehin aja ngga."
Namjoon mengerutkan keningnya. "Terus? Jadi apa?" tanya Namjoon.
"Psikiater di rumah sakit Ayah." balas Yura.
Namjoon mengangguk. "Gue paham, Ayah lo pasti khawatir anaknya kenapa-kenapa." ucap Namjoon sambil menatap lurus ke depan.
Pun Yura juga melakukan hal yang sama. "Hampir lima tahun ya Joon."
Namjoon mengangguk. "Maaf, buat di masa lalu Yur. G-gue nyesel." lirih Namjoon dengan kepala tertunduk.
Yura menggeleng. "Udah takdirnya kaya gini Joon. Lo boleh terpuruk namun lo gaboleh larut lama dalam kesedihan."
Namjoon yang merasa perbincangan mereka sedikit serius mulai berpikir untuk mengalihkan pembicaraan. "Kok lo bisa kesini?" tanya Namjoon penasaran.
Yura menyenderkan tubuhnya ke kursi. "Undangan dar Pak Presiden langsung, kalo kaga dapet juga ogah gue."
Namjoon terkekeh. "Mingyu kemana? Tumben kalian ga nempel. Ngaku bagaikan prangko dan amplop." sindir Namjoon.
"Dia lagi dapet tugas negara. Besok paling gue nyusul." balas Yura.
"Dapet delegasi dia?" tanya Namjoon dengan wajah yang benar-benar kentara kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taruna - Na Jaemin
Fanfiction[ END ] [ ׂׂૢ་༘࿐ follow dulu sebelum membaca ya! ] "Dek, kamu nganggap teteh apa?" "Teteh kan bahasa indonesianya kakak, berarti teteh itu kakak aku." "Astaga dek, padahal teteh minta di nikahin sama kamu..." Ini adalah kisah seorang taruna militer...