Nona Tiahahu

2.5K 180 0
                                    

Latihan telah usai. Para pratar mulai memasuki barak mereka. Mulai membersihkan diri mereka yang kotor penuh lumpur disana sini. Setya berjalan berdampingan bersama Stephen. Perangai Stephen yang banyak bicara dan sangat mudah berbaur rupanya sangat cocok dengan seorang Prasetya yang banyak diam. Pria itu memang tidak suka bicara seperti Stephan. Ia lebih suka mendengarkan cerita. Itu sebabnya dua sejoli itu sangat melengkapi satu sama lain.

"Adik!"

Keduanya berhenti ketika ada seseorang yang memanggil mereka dari belakang. Keduanya menghadap sumber suara disana. Seorang gadis manis berdiri di belakang mereka. Gadis itu berjalan begitu anggun. Sangat berwibawa sebagaimana para taruni-taruni akademi militer pada umumnya. Namun aneh, ada satu yang membuat orang-orang tidak luput untuk berhenti sejenak lalu memandangnya.

Benar, gadis itu memiliki paras yang begitu manis. Kulitnya hitam bersih. Senyumnya begitu rupawan. Mungkin gadis itu adalah simbol dari wanita Indonesia yang eksotis. Rambutnya di Potong begitu pendek. Namun sangat rapi. Apapun penampilannya semua orang yakin dia akan tetap tampil manis dan anggun. Sepasang matanya memiliki sorot yang tangguh. Begitu teguh meskipun sangat lembut dan menentramkan. Ah, entah bagaimana lagi harus digambarkan. Gadis itu benar-benar sosok yang begitu indah.

"Ei nona Tiahahu..!", Sapa Stephen tiba-tiba.

Sontak hal itu malah membuat Setya begitu terheran. Pasalnya gadis itu bukan dari angkatannya. Terlihat betul dari sevron yang terpasang rapi diserahkannya yang menandakan gadis itu adalah seorang sermadatar. Bagaimana mungkin Stephen begitu akrab dengan gadis itu bahkan sampai menyebut nama belakang gadis itu. Benar namanya adalah Tiahahu. Nama itu tercetak pada seragamnya itu.

"Bagaimana adik? Senang kah menjadi seorang taruna? Atau menyesalkah adik?", Katanya.

"Tidak kakak. Beta senang bukan main. Akhirnya Beta bisa susul kakak sampai akademi. Bukankah Beta su bilang sebelumnya?"

Gadis itu tampak terkekeh. Ia menepuk bahu Stephan. Begitu akrab. Seakan-akan mereka telah saling mengenal sejak lama. Beruntung sekali Stephan bisa begitu akrab dengan gadis semanis nona Tiahahu pikir Setya.

"Iya adik. Be juga percaya kalau se bisa masuk kedalam angkatan. Macam apa yang telah kita cita-citakan sedari kecil"

Keduanya terkekeh. Mulai berbincang-bincang kemudian sama-sama tertawa. Setya hanya terdiam. Ia tak bisa berkata apapun. Apalagi melihat senyuman nona Tiahahu yang begitu manis. Nona Tiahahu menatap lurus kearah Setya. Membuat Stephen sedikit tidak enak hati pada sahabatnya itu sebab telah ia acuhkan beberapa saat.

"Kakak! Ini be pung kawan. Ayo kenalkan", ujar Stephen.

Nona Tiahahu mulai mengulurkan tangannya. Senyumnya terus tersungging di wajahnya yang manis. Membuat waktu terasa begitu lambat untuk Setya. Laki-laki itu sedikit gemetar. Namun tetap saja ia jabat tangan itu.

"Be pung nama Medi. Mediterania"

"Prasetya", jawab laki-laki itu kikuk.

Setya melepaskan jabatannya. Bukan main rasanya. Keringat dingin sempurna mengucur pada punggungnya. Entah mengapa ia suka sekali menatap senyuman Medi. Medi kembali beralih pada Stephan. Gadis itu menepuk bahu Stephan.

"Adik. Be harus kembali ke asrama lain kali kita mengobrol lagi. Mari adik"

"Iya kak. Hati-hati"

Medi tampak meninggalkan dua orang disana. Namun senyumnya tertinggal bersama Setya. Betapa manis ketika gadis itu tersenyum padanya tadi. Entahlah. Dia tak pernah melihat gadis semanis Medi. Perangainya lembut namun begitu tegas. Mungkin ini yang dikatakan sebagai Srikandi bangsa, seorang prajurit wanita.

Benteng Merah PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang