Setya berdiri dalam gelapnya malam. Menanti seseorang yang telah mengajaknya bertemu di lorong-lorong. Kadang ia tatap jam tangannya. Menatap kesana kemari untuk berjaga-jaga. Ia tahu bahwa hal itu sama saja bunuh diri. Tapi tak masalah, apapun ia lakukan demi Medi. Beberapa menit kemudian, dari kejauhan gelap, tampaklah seorang gadis yang berjalan menghampirinya. Ia terus mendekat hingga keduanya beradu hadap. Medi tersenyum begitu indah. Ya Tuhan, keindahan apa yang ada dihadapannya sekarang. Bagaikan bidadari yang diutus dari kayangan. Kayangan cinta yang maha luar biasa.
"Kenapa?", Tanya Medi ketika ia menatap pria dihadapannya itu tertegun.
"Tidak"
Medi terkekeh. Ia pukul perut Setya, membuat pria itu sedikit mengaduh kemudian ikut terkekeh bersamanya. Medi menatap arah lain. Ia tak kuasa menatap dua manik mata milik laki-laki itu. Lampu begitu temaram. Mungkin kekuatan Watt nya kurang. Atau ingin di gantikan. Entahlah. Angin menyapa begitu mesra. Membelai rambut gadis itu yang di potong pendek.
"Setya", katanya.
"Ya"
"Kamu berhasil"
"Berhasil apa?"
"Membuatku jatuh cinta"
Setya mulai tersenyum. Secercah cahaya begitu terasa menyinari hatinya. Ia mulai tak percaya. Tapi yang ia dengar adalah nyata. Telinganya masih normal. Ia belum tuli. Ia tahu betul apa yang ia dengar. Telinganya tak mungkin salah. Namun ia masih tak percaya. Bisa saja itu semua adalah mimpi. Atau angannya yang begitu tinggi.
"Kamu bilang apa tadi?", Kata Setya. Medi mulai menatap pria itu. Matanya menyusup jauh kedalam hati Setya.
"Aku cinta kamu", kata Medi.
Singkat, jelas dan tegas. Setya begitu girang. Ia tak bisa lagi menahan rasa bahagia dalam raut wajahnya. Medi mulai menggenggam kedua tangan Setya. Mereka berhadapan. Lorong sunyi disana menjadi saksi. Saksi bisu cinta mereka.
"Sekarang kita-"
"Pacaran?", Tanya Setya.
"Iya"
Medi melepaskan genggaman tangannya, kemudian berlalu dari hadapan pria itu. Wajahnya begitu berseri. Ia juga tak bisa menyembunyikan perasaannya. Ia begitu bahagia. Hatinya seakan berbunga. Setya seperti hembusan angin dalam hidupnya. Begitu menyejukkan.
"Medi!", Katanya.
Medi terhenti. Ia menoleh kearah pria yang berdiri disana. Raut wajahnya begitu menyenangkan. Sekali lagi ia jatuh cinta kepada Prasetya. Hatinya telah begitu tertambat. Setya mulai tersenyum. Sejenak ia berpikir apa yang ingin ia katakan. Pasalnya apapun yang ingin ia katakan tadi, hilang ketika melihat wajah Medi yang begitu teduh.
"Tidur yang nyenyak"
"Iya"
"Saya akan tunggu pesiar berikutnya"
"Untuk apa?"
"Menatap bintang yang sama dengan waktu itu"
Medi terkekeh. Ia tersenyum begitu lebar. Memang sangat indah masa itu. Ingin rasanya ia ulang kembali. Begitu dekat dengan laki-laki yang ia cinta. Sekarang ia disana, menatapnya diantara lorong-lorong.
"Saya juga. Kita akan bertemu di pesiar berikutnya, berikutnya dan seterusnya"
Medi mulai kembali melangkah. Meninggalkan Prasetya seorang diri. Setya masih tersenyum. Menatap punggung gadis itu yang terus pergi meninggalkan dirinya. Biar tubuhnya saja yang pergi Namun hatinya tetap disana. Tertambat bersama hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benteng Merah Putih
RomanceSebelum baca silahkan baca cerita "ANTARA LEBANON" Aryandra Prasetya memiliki cita-cita suci untuk meneruskan perjuangan mendiang ayahnya Serma Setya Susanto yang gugur dalam tugas perdamaian di Lebanon. Lalu bagaimanakah perjuangan Setya muda mener...