Teka-teki

1K 119 13
                                    

Pagi ini Setya sudah bersiap untuk pergi ke toko buku bersama Rama dan Isabella. Keduanya begitu bersemangat bersiap untuk duduk dengan tenang di dalam Toyota Yaris warna hitam itu. Setya juga sudah siap di bangku kemudi untuk segera melajukan mobilnya. Rama duduk di sampingnya. Sesekali, ia tatap spion tengah guna menatap gadis yang sibuk bercerita tentang kehidupan perkuliahan di dunia kedokteran. Yah, Isbel yang duduk di bangku belakang itu bukan lagi Isbel yang sama dengan Isbel yang beberapa tahun lalu Setya tinggal untuk bertugas. Isbel telah memasuki dunia perkuliahan. Ia memang sengaja mengambil jurusan kedokteran agar bisa seperti ayahnya. Tentu saja ia tergila-gila pada sang ayah. Ia begitu kagum pada sosok laki-laki yang telah membesarkan dirinya seorang saja.

"Menyenangkan sih ya walaupun sedikit ngeri kalau di suruh praktik dengan mayat secara langsung"

"Tidak apa. Nanti mayatnya biar jadi temannya adik saya yang bernama Isabella saja hahaha", gurau Setya.

"Huuu, kakak aja sana"

Mereka berdua mulai saling melempar canda. Membuat suasana tampak begitu berwarna. Tapi tidak untuk Rama. Pria itu masih saja terdiam menatap kaca spion tengah. Sesekali ia akan tersenyum kala melihat si cantik yang ada di kursi belakang tertawa dengan renyah.

"Ram"

"Eh iya, ada apa set?"

"Tumben tidak berkata apapun"

"Tidak"

"Jangan di ganggu kak. Mungkin si abang tengah menghayal mba pacar yang ada di kampung halaman tercinta iya kan bang?", Coleteh gadis itu.

Setya kemudian tertawa. Membuat Isabella ikut tertawa renyah. Sekali lagi, Rama tersenyum. Ia suka menatap gadis itu tertawa. Entah apa alasannya. Begitu menyenangkan melihat tawanya yang begitu lugu.

"Mana ada dik", jawab Rama.

Ia masih saja tersenyum. Sesekali menatapi tawa gadis itu dari spion mobil. Tak lama kemudian, mereka sampai di kawasan pusat perbelanjaan. Banyak orang berlalu lalang. Kendaraan-kendaraan pun seakan tiada henti untuk keluar masuk tempat parkiran. Setya memposisikan mobilnya. Kemudian semua penumpangnya turun.

"Yuk", ajak Setya. Yang langsung di indahkan oleh dua orang yang ikut bersamanya.

Mereka mulai melangkah. Memasuki sebuah gedung megah. Bangunannya pun begitu tinggi. Begitu luas dengan banyak toko-toko yang berjajar terbuka disana. Apapun yang di cari pasti semuanya ada. Setya menapaki kakinya untuk melihat alat-alat mendaki yang tiba-tiba menarik perhatiannya. Ia masuk ke dalam toko itu. Mulai melihat beberapa rangsel dan tenda-tenda yang di suguhkan disana. Sejak dulu, pria itu sangat tertarik dengan kegiatan alam. Sejak dia masih duduk di bangku SMA.

"Hmmm, nggak pernah berubah", gumam Isbel yang berdiri di samping Rama.

"Siapa?"

"Kak Setya"

"Kalian dekat sekali yah"

"Emang"

Isabella berlalu untuk sekedar melihat-lihat barang-barang disana. Rama mulai mengikuti gadis itu. Sikapnya yang berubah-ubah rupanya membuat daya tarik sendiri untuk Rama mendekati gadis itu. Entahlah mengapa tapi yang jelas satu yang ia tahu. Mungkin kini ia tengah tertarik pada sosok Isabella. Ah, Manisnya.

Setya masih sibuk dengan barang-barang itu. Hingga ia lupa tujuan utamanya untuk pergi kesini adalah mencari sebuah buku. Ia masih menatap. Melihat satu demi satu. Hingga akhirnya, pilihannya tertuju pada sebuah tas ransel dengan aksen hijau dan hitam. Cukup menarik. Namun, ketika hendak ia meraihnya, ada sebuah tangan yang ikut memegang tas itu. Sontak hal itu membuat dia sedikit terkejut. Ia menatap pemilik tangan putih itu. Seorang gadis manis dengan mata bulat tersenyum malu padanya.

Benteng Merah PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang