Pesiar

2.2K 151 2
                                    

Sore telah menjelang. Suara tanda pesiar telah dibunyikan. Satu persatu dari taruna dan taruni mulai berbaris dengan rapi meninggalkan akademi mereka tercinta. Baju mereka terlihat begitu rapi. Seperti baru saja di setrika. Semerbak pula harumnya mewangi. Dari atas hingga bawah terlihat begitu rapi. Tak ada satu pun dari mereka yang tampak kusut. Senyum-senyum itu tergurat pada wajah disana. Wajah yang penuh bahagia. Semangat mereka pun sangat menggebu.

Terdengar dari semaraknya suara-suara lantang yang mereka serukan ketika meninggalkan akademi. Satu persatu dari kompi mereka keluar. Kemudian berhambur sendiri-sendiri. Menuju tempat yang ingin mereka kunjungi dengan catatan kembali tepat waktu.

Medi berdiri di sebrang trotoar. Sesekali mencari-cari sosok yang ia nanti. Dua orang yang akan ia ajak pergi. Tak berapa lama kemudian, senyumnya kembali mengembang. Kompi Setya dan Stephen mulai keluar. Membuat gadis itu ingin berjingkrak senang sebab penantiannya telah berakhir kini. Ia segera menghambur menghampiri kedua pria disana yang telah berpencar dari teman-teman satu kompinya.

"Gimana? Kita pergi sekarang", Katanya tiba-tiba. Kedua pria itu mengangguk saja. Membuat sesungging senyum terlihat diwajahnya. Indah sekali.

Medi mulai menggenggam tangan kedua pria itu. Kemudian berjalan didepan mereka. Setya tampak begitu kaku. Entah mengapa seakan kupu-kupu dalam perutnya seakan menari-nari. Membuat sensasi menggelitik dalam dirinya. Darahnya juga berdesir seirama dengan getaran dalam dadanya yang ia pun tak tahu mengapa.

"Eeiii kakak tunggu"

"Apa?", Kata Medi.

"Be lupa. Be mau pigi deng be pung kawan"

"Kamu mau pergi bersama Bagus kerumahnya?", Celetuk Setya.

"Iya. Seng mana se tau Setya?"

"Bagus bilang pada saya. Kamu sedang mengincar adik perempuan bagus?"

Stephen mulai malu. Ia mulai memukul lengan Setya. Laki-laki itu memutar bola matanya jengah dengan kelakuan Stephen. Begitu pula dengan Medi.

"Steph..."

"Ya kakak"

"Jang mainkan hati perempuan itu mengerti"

"Iya kakak. Be benar-benar suka lah"

"Ya sudah. Se pergilah. Biar be pergi deng Setya sa"

"Benar kak?"

"Benar"

Stephen memeluk gadis itu begitu saja. Sorot matanya benar begitu bahagia. Ia memang baru pertama kali jatuh cinta. Ia ingat pada nona berjilbab ungu yang saat itu ia jumpai setelah pengumuman kelulusan seleksi Akmil. Nona yang selalu terbayang dalam benaknya hingga ia kembali dan menjadi taruna akademi militer. Baru ia ketahui kemarin ketika tak sengaja Stephen membuka lemari milik bagus untuk meminjam baju teman satu baraknya itu.

Betapa terkejutnya Stephen ketika melihat foto si nona bersama keluarganya beserta bagus. Rasanya dunia terlalu sempit ketika ia mengetahui bahwa gadis itu adalah adik perempuan bagus. Zahra namanya. Begitu cantik memang, wajah manis khas orang Jawa sebab Bagus memang asli dari Magelang. Kedua orang tuanya memang Jawa tulen. Itu sebabnya kedua anaknya pun mewarisi wajah jawanya yang manis.

Stephen mulai melepas pelukannya. Kemudian beralih memeluk Setya. Ia menepuk bahu laki-laki itu. Wajahnya benar-benar cerah. Bahagia sekali sepertinya.

"Jaga kakak Medi yah", bisiknya.

"Ya"

Stephen mulai berlari menghampiri Bagus yang telah menantinya diujung jalan sana. Keduanya mulai bercakap. Terlihat dari sudut pandang Medi dan Setya disana. Stephen mulai berjalan beriringan dengan pria itu. Meninggalkan jalanan begitu saja.

Benteng Merah PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang