Pagi ini begitu cerah. Setya dan Rama memutuskan untuk pergi berjalan-jalan keliling kota setelah mengantarkan Isabella ke kampusnya. Suara alunan musik mulai mengharu biru pada mobil itu. Rama ikut bernyanyi. Sedang Setya hanya terdiam sembari terus melajukan mobilnya di jalanan yang begitu ramai.
"Sial macet", umpatnya.
"Sudahlah terima saja", kata Rama yang duduk di sampingnya.
"Harusnya kita datang lebih awal"
"Pembelajaran untuk kita set"
Keduanya mulai terdiam. Rama kembali bernyanyi. Suaranya begitu indah. Merdu sekali. Tak bosan Setya mendengarkan suara itu. Tak berselang lama, Rama seakan menyipitkan matanya yang memang sudah sipit. Ia melihat seseorang yang seakan ia kenal orang itu.
"Set", panggilnya.
"Ya"
"Itu Rebecca bukan?"
"Oh iya. Sedang apa dia disitu"
"Entah. Coba kita hampiri set mungkin sedang kesusahan"
Setya mengangguk. Dia mulai meminggirkan mobilnya menuju tempat Rebecca berdiri. Gadis itu seperti sedang kebingungan. Setya membuka kaca mobilnya. Rebecca menatapnya dengan Rama yang ada di dalam mobil. Gadis itu sedikit bingung sebab ia sedikit lupa raut wajah keduanya.
"Rebecca kan?", Kata Setya.
"I... Iya"
"Saya Setya yang kemarin kita bertemu di toko alat gunung teman Stephen"
"Oh iya saya baru ingat"
"Ada apa?"
"Tidak ada taksi. Saya harus pulang papa saya baru saja sakit"
"Mau saya antar?"
"Tidak merepotkan?"
"Tidak. Ayo naik"
Rebecca pun mengangguk. Tidak ada pilihan lain. Ia harus segera pulang. Ia duduk di bangku belakang. Kemudian Setya melajukan mobilnya sesuai arahan dari Rebecca. Mereka melesat. Menuju sebuah tempat yang tak pernah Setya datangi. Tidak cukup jauh dari batalyon tentara. Setya mulai berpikir, mungkin saja Stephen menemukan Rebecca ketika dia sedang berjalan di sekitar batalyon. Kemudian bertemu secara tak sengaja. Ah, romantisnya. Setya tersenyum simpul. Stephen memang tidak terlalu tampan. Ia cukup manis dan menyenangkan.
Rebecca bukan gadis sembarangan. Kulitnya putih bersih. Rambutnya panjang selengan dengan warna hitam pekat. Bibirnya indah warna merah ranum. Dengan hidung mancung dan mata sempurna pasti membuat orang-orang mengatakan bahwa wajah Rebecca memang sangat cantik. Tubuhnya juga tinggi semampai bak artis-artis layar kaca. Jemarinya begitu lentik indah sekali. Beruntung seorang Stephen bisa mendapatkan seorang seperti Rebecca. Tapi Rebecca juga beruntung memiliki Stephen yang mencintainya dengan tulus tanpa melihat apapun yang ada pada diri gadis itu. Ah, mungkin kisah cinta mereka begitu indah, saling melengkapi dengan sebuah ketulusan. Tak beberapa lama, mobil Prasetya berhenti di sebuah rumah di dalam komplek perumahan. Sebuah rumah tak terlalu besar tapi cukup asri dengan sebuah pohon rindang di depannya.
"Ayo mampir dulu"
"Bagaimana ram?", Tanya Setya pada Rama.
"Tidak apa, mungkin saja nanti Rebecca membutuhkan bantuan kita lagi"
Setya mengangguk kemudian menatap Rebecca. Rebecca tersenyum kemudian turun dari mobil. Di ikuti oleh Rama dan Setya. Mereka kemudian masuk kedalam rumah itu. Cukup lenggang. Seakan tidak ada orang.
"Shaloom", kata Rebecca.
Tak ada jawaban. Tapi Rebecca tetap melanjutkan langkahnya. Sedang Setya dan Rama berdiri di belakangnya. Memandangi sudut demi sudut rumah itu. Mereka baru tahu bahwa ternyata Rebecca adalah anak seorang tentara. Wajar saja dia tinggal di lingkungan dekat bataliyon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benteng Merah Putih
RomanceSebelum baca silahkan baca cerita "ANTARA LEBANON" Aryandra Prasetya memiliki cita-cita suci untuk meneruskan perjuangan mendiang ayahnya Serma Setya Susanto yang gugur dalam tugas perdamaian di Lebanon. Lalu bagaimanakah perjuangan Setya muda mener...