Si Mata Hijau

1.3K 105 5
                                    

Pagi ini, Setya memulai rutinitasnya untuk mengajar di sekolah bekas ayahnya dulu bertugas. Wajahnya begitu cerah ceria. Ia ingin segera pergi kesana. Hari yang membahagiakan kemarin sudah ia lalui. Saatnya hari ini. Dalam hatinya ia yakin akan sebuah kejutan yang luar biasa pagi ini.

"Sudah siap kau!", Ujar Rama.

"Mari kita berangkat"

Rama mengangguk. Mereka mulai naik kendaraan yang memang telah di peruntukkan bagi mereka. Sepanjang jalan, keduanya banyak berbincang. Mereka membicarakan tugas yang mereka terima. Kemarin, setelah selesai dengan tugas masing-masing keduanya tak sempat berbincang dan mengobrol seperti biasa. Rama langsung tertidur di ranjangnya. Sementara Setya, ia mendapat tugas tambahan untuk berjaga malam. Rasa kantuk boleh saja menyerangnya saat ini. Tapi semua terkalahkan ketika semangatnya sudah meledak dalam dadanya.

"Kau pasti senang. Aku baru bertemu dengan anak-anak dan merasa gembira saat mereka bermain. Entahlah", celetuk Rama.

Mereka berhenti tepat di depan sekolah itu. Rama segera keluar dari mobil. Terlihat jelas anak-anak segera berbondong-bondong memeluk pria bermata sipit itu. Setya tersenyum simpul. Ia membuka catatan ayahnya sekali lagi. Di lihatnya sebuah potret gedung tua yang hampir sama dengan gedung yang ada di hadapannya saat ini.

"Ayah, aku akan pergi sekarang juga", gumamnya.

Pria itu mulai turun dari mobil. Beberapa orang menyambutnya. Rama juga mengenalkannya pada beberapa orang disana. Alangkah senangnya laki-laki itu. Mereka semua ternyata adalah orang baik. Persis yang di ceritakan Rama kepadanya ketika mereka sedang dalam perjalanan tadi. Mereka mulai masuk dan siap untuk menerima pelajaran yang akan di berikan. Setya tertegun. Ia tertegun melihat seseorang yang berdiri disana. Nona rambut pirang yang kemarin bertemu dengannya. Nona itu tersenyum dengan pesona mata hijau.

Beberapa detik, pandangan mereka beradu. Mereka saling tatap satu sama lain. Dua pasang mata yang saling menatap. Sepasang mata hitam tajam dengan sepasang mata hijau yang indah. Hingga sebuah kesadaran membuat Setya menunduk. Ia begitu kikuk. Rupanya kelas telah di mulai. Rama pun sudah sejak tadi berbicara di depan. Ia masih terlalu kaku. Apalagi dengan pesona mata hijau yang tak dapat ia hindari.

Ilona berjalan menghampiri pemuda baik hati yang mengantarnya pulang kemarin. Ia mulai menepi dan berdiri di samping Prasetya. Membuat pemuda di sampingnya ini gugup tak menentu.

"Hai", sapanya.

"Ya"

"Masih ingat aku?", Kata gadis itu.

"Ilona"

Ilona terkekeh. Rupanya hanya perasaannya saja yang mengatakan bahwa si pemuda baik hati telah melupakannya. Mereka kemudian saling terdiam lagi. Hingga jam istirahat telah tiba. Anak-anak bergerombol keluar. Menarik Rama yang rupanya telah menjadi guru idola mereka. Setya terkekeh menatapnya. Ia tak percaya pria garang itu memiliki hati begitu lembut. Hingga anak-anak begitu menyukainya. Ilona berjalan menyejajari dirinya yang hendak keluar menyusul Rama dan anak-anak.

"Aku kira kamu melupakanku"

"Tidak mungkin"

"Kenapa begitu?"

"Memang kamu mau di lupakan?"

Ilona menggelengkan kepalanya. Ia tersenyum simpul. Entah mengapa dirinya begitu tertarik kepada laki-laki di sampingnya. Sikapnya yang dingin namun peduli. Penuh dengan misterius yang ingin ia pecahkan. Ia juga ingin mengenalnya lebih dalam lagi. Memintanya bercerita tentang Indonesia seperti yang pernah di ceritakan papa soldier kepadanya. Dan bila laki-laki ini mau, mungkin ia bisa meminta tolong untuk mencari papa soldiernya. Ia ingin berterima kasih banyak atas apa yang telah laki-laki itu berikan untuk Ilona sekarang ini.

Benteng Merah PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang