Cemburu

1.1K 109 0
                                    

Hari terus bergulir mengikuti waktu yang makin berjalan. Mungkin sudah sebulan seorang Aryandra Prasetya tinggal di Lebanon. Menjalani rutinitasnya sebagai seorang tentara perdamaian. Ia akan mengajar anak-anak disana. Berburu ranjau dan barang berbahaya lainnya. Ia benar-benar menikmati tugasnya. Meskipun hingga sekarang, ia belum juga menemukan Mediterania. Meskipun sering juga ia berkunjung pada pos tempat Medi bertugas. Bukan sekali dua kali ia pergi kesana. Hampir setiap Minggu ia akan pergi. Tapi tak juga ia bertemu dengan gadis itu walaupun sekejap mata.

Pagi ini, ia tengah duduk di dekat gerbang penjagaan. Mencari udara segar setelah lelah mendapatkan jatah korve. Beberapa temannya juga ada disana. Asik dengan candaan mereka. Sesekali Setya ikut tersenyum menanggapi mereka yang tengah bercanda. Rasanya begitu menyenangkan. Berada diantara orang-orang ini.

"Setya!", Teriak seorang gadis dari balik gerbang.

"Tuh di cari pacarnya"

"Duh, pagi-pagi udah ada yang apel aja"

"Yah, begitulah kalo wajah ganteng pasti banyak yang kepincut"

Seketika tawa mereka menggema. Setya hanya menggelengkan kepalanya. Mengibaskan tangannya kemudian pergi menemui gadis di balik gerbang itu. Ilona tampak tersipu ketika pria gagah nan tinggi itu telah berada di hadapannya. Pipinya mulai memerah. Begitu jelas. Sebab, kulitnya begitu putih bersih, sedikit saja noda di wajahnya pasti orang-orang akan mudah melihatnya.

"Ada apa pagi-pagi sudah kesini", ujar Setya.

"Tidak. Kamu luang hari ini?"

"Ya"

"Mau pergi denganku?"

"Kemana?"

"Suatu tempat. Mau?"

"Nanti coba ku minta izin pada kapten Simon dulu"

"Baiklah aku tunggu di depan gereja"

Ilona lantas pergi berlalu. Rambut panjangnya begitu indah. Terbias cahaya matahari yang tampak pekat pagi itu. Ilona begitu baik, begitu murah hati. Apalagi wajahnya begitu cantik. Semua orang yang menatapnya pertama kali akan langsung takjub menatap keindahan wajah itu. Namun hingga saat ini, gadis itu belum bisa meluluhkan hati seorang Aryandra Prasetya. Bisa di bilang, Setya sedikit tertarik dengan gadis cantik bernama Maria Ilona itu. Namun rasa tertarik itu tidak bisa menyingkirkan Mediterania dalam hatinya. Yah, gadis itu masih di tempatnya. Masih melekat pada hati Setya. Bahkan pemiliknya sendiri tidak tahu cara menghapus nama Mediterania dalam hatinya.

Selesai bersih-bersih mereka mulai ada pada tugasnya masing-masing. Hanya beberapa yang mendapatkan hari bebas seperti Setya dan beberapa temannya yang lain. Setya melajukan kendaraannya menuju gereja yang telah di sepakatinya dan Ilona untuk bertemu. Ilona telah menunggunya. Gadis itu duduk di depan pintu gereja sembari memegang kedua lututnya.

Tin...

Tin...

Ilona melonjak. Ia begitu bahagia ketika laki-laki itu benar datang. Ia segera berjalan menuju kendaraan yang di bawa Setya. Kemudian duduk di samping kirinya. Ada yang sedikit berbeda dari gadis itu. Ilona tampak memoles wajahnya tipis-tipis. Menambah kesan cantik yang luar biasa. Ah, tidak bisa di bayangkan lagi betapa cantiknya. Setya tampak tertegun. Ia begitu tersihir dengan kecantikan itu.

"Setya...", Bisik gadis itu sembari memegang lengannya.

"Ah iya.. maaf"

Setya mulai melajukan kendaraannya. Mobil pick up itu melaju membelah jalanan berdebu. Tak ada yang mereka bicarakan. Karna jujur saja, ada rasa canggung diantara keduanya. Setya hanya berjalan sesuai instruksi Ilona saja. Sedangkan Ilona, ia hanya berbicara untuk menunjukkan arah. Hingga pada siang menjelang sore, mereka berdua sampai di sebuah pantai dengan pasir yang begitu cantik. Mengkilap dengan air yang terpantul dari awan.

"Masya Allah...", Gumam laki-laki itu.

"Masya... Allah...?"

"Ah, itu... Kalimat pujian ketika melihat sesuatu yang indah"

"Di Indonesia?"

"Tidak Ilona. Tapi di agama saya"

Ilona mengangguk. Kemudian ia berjalan. Setya mengikuti gadis itu di belakangnya. Perjalanan mereka memang cukup jauh. Tapi rasanya terbayar dengan semua ini. Terbayar dengan indahnya pantai yang luar biasa. Deburan-deburan ombak mulai menenangkan pikiran dan jiwa. Setya duduk di sebuah batang pohon yang telah mati. Sedangkan Ilona, ia sibuk bermain bersama ombak-ombak disana. Ia tertawa dan begitu bahagia. Setya tersenyum simpul. Ia membuka catatan kecilnya.

Di halaman pertama, dia tatapi sebuah potret. Potret dirinya bersama seorang gadis. Mereka sama-sama menggunakan seragam Akmil. Yah, itu dia dan Mediterania ketika hari pertama pesiar waktu itu.

"Itu kekasihmu?", Tanya Ilona yang tiba-tiba sudah berdiri di depannya.

"Dulu"

Ilona duduk di samping Setya. Sejujurnya ia sedikit cemburu dengan Setya yang menyimpan foto seorang gadis. Rasanya, gadis itu ingin lebih jelas mendengar kisah laki-laki ini. Ia siap mendengarkan apapun yang Setya ceritakan padanya.

"Namanya Mediterania. Dia cantik, berani dan baik hati. Saya bahkan telah jatuh cinta padanya sejak pertama kali saya dan dia bertemu. Dia cerdas, semua orang menyukainya termasuk saya. Tapi waktu itu, saya sadar saya tidak akan pernah pantas untuknya. Tapi takdir berkata lain, ketika Tuhan ternyata memihak saya. Medi membalas cinta saya"

"Lalu sekarang?"

"Karna sebuah alasan, kami berpisah. Saya tengah mencari Mediterania disini. Tapi sampai sekarang belum saya temukan. Saya selalu datang pada pos tempatnya bertugas"

"Dimana?"

"Di dekat rumah sakit tempat kamu bekerja"

Ilona terdiam. Sejenak, dia memandang potret itu. Ia memang pernah melihatnya. Beberapa kali, bahkan sangat sering. Yah, perempuan itu memang ada disana. Tapi sungguh, ia sangat mencintai Setya dan tak ingin Setya bertemu dengan gadis manapun termasuk Mediterania. Hatinya telah tertambat begitu dalam pada sosok ini. Tak rela apabila Setya kembali pada cinta lamanya.

"Kamu pernah melihatnya? Beritahu saya apabila kamu pernah melihatnya. Saya mohon"

"Aku.... Tak pernah melihat"

"Sungguh?"

Ilona mengangguk. Ia telah berdusta pada Prasetya. Keegoisannya yang membuatnya seperti ini. Ilona terdiam. Ia tak ingin bicara apapun lagi. Apalagi tentang Prasetya dan Mediterania. Karna itu, membuatnya begitu sakit.

"Saya tidak tahu harus bagaimana lagi saya mencarinya"

"Kenapa kamu terus mencarinya? Masa lalumu biarkan berlalu. Masa depanmu tengah menanti. Kapan kamu mau maju jika terus dibayangi masa lalu? Percayalah banyak yang mencintaimu meskipun kamu tidak sadar akan hal itu"

"Saya tidak yakin"

"Coba buka matamu dan rasakan ada yang mengagumi dirimu dalam diam. Ada yang begitu mencintaimu dengan tulus"

"Kenapa kamu begitu emosional Ilona?"

"Karna.... Karna... Sudah lupakan saja. Yang jelas buka hatimu untuk mereka yang ingin masuk ke dalamnya"

Ilona beranjak pergi. Rasanya ia begitu benci dengan gadis bernama Mediterania. Ia begitu benci dengan masa lalu Setya yang begitu manis. Ia benci dengan potret itu. Air matanya mulai menetes. Ia usap begitu kasar.

"Ilona..."

Setya memeluknya. Ia tahu ketika Ilona menangis tadi. Sesegera mungkin ia berlari kesana. Mengikuti gadis itu. Di hapusnya air mata yang masih tersisa.

"Saya, tidak akan membiarkan kamu menangis. Saya berjanji akan hal itu"

"Kamu tau perasaanku Setya?"

Setya terdiam. Ia tak menjawab sepatah katapun. Ia membiarkan Ilona terus bicara. Mungkin dengan bicara Ilona bisa melepaskan semua perasaan sedihnya. Ia tahu Ilona adalah gadis yang begitu lemah hatinya. Masa lalunya yang begitu pahit membuatnya begitu tersinggung dengan orang lain yang di anggap begitu beruntung daripadanya. Itu yang di pikirkan Setya. Namun lain yang di pikirkan Ilona. Gadis itu begitu kesal dengan masa lalu Setya. Bukan dengan kenangannya. Tapi dengan orang yang membuat kenangan. Mediterania.

Benteng Merah PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang