Kalung

1.8K 137 5
                                    

Sudah beberapa hari terakhir Medi selalu datang ke rumah Prasetya. Membantu Adriana memasak atau bahkan menemani wanita itu berbincang-bincang. Surat tugas untuk Prasetya telah di keluarkan. Beberapa hari lagi laki-laki itu harus berangkat menuju daerah yang telah di tentukan untuknya mengisi waktu dinas. Banyak sekali yang harus di Persiapkan. Untuk itu, ia juga membutuhkan Medi dirumahnya. Mempersiapkan segala yang di perlukan.

Keduanya duduk di beranda belakang rumah Prasetya. Di bawah pohon rimbun kesukaan laki-laki itu, mereka mulai berbincang-bincang. Angin begitu bersahabat. Meniup rambut Medi ke belakang. Sesekali di tatapnya wajah itu oleh Prasetya. Ah, ia benar-benar cinta akan Mediterania.

"Kamu tahu? Ini tempat kesukaan saya dengan paman"

"Paman galih yang selalu kamu ceritakan padaku?"

"Ya"

Medi menghela napas panjang. Menghirup udara segar yang masuk melalui hidungnya. Sejuk sekali. Ia mulai menggelayut. Menyandarkan kepalanya pada bahu Setya. Ia lupa kapan terakhir ia merasakan rasa nyaman ini. Medi memejamkan mata. Merasakan waktu yang begitu dekat dengan laki-laki ini.

"Saya berharap bisa bertemu dengannya. Bukankah kamu bilang, dia adalah motivatormu? Saya ikut kagum bagaimana dia telah menjadikan kamu sedemikian rupa"

"Kamu akan segera bertemu. Yang saya keluhkan sekarang adalah, saya tidak ingin berpisah denganmu lagi"

"Hei... Kita masih dalam tugas yang sama hanya daerah yang berbeda"

"Medi... Kamu tidak tahu bagaimana saya menanggung rindu karenamu"

Medi mulai terkikik. Ia mencubit perut Setya. Membuat laki-laki itu balas mencubit pipinya. Mereka mulai tertawa. Menghiasi rumah yang terasa begitu sunyi. Semuanya kembali hangat dengan kehadiran gadis cantik itu. Adriana menatapnya dari kejauhan. Air matanya mulai menitik. Sudah lama sekali tak ada canda seperti itu di rumah ini. Mungkin sejak satu-satu penghuni rumah ini pergi. Pikirannya menggelayut pada masa-masa silam. Kenangan yang begitu indah memang pernah terukir di rumah ini. Dan sekarang kembali lagi. Namun sebentar lagi itu pun akan menjadi kenangan. Sebab, putra semata wayangnya akan pergi meninggalkan dia seorang diri.

"Assalamualaikum, Tante..."

Adriana mulai terbangun dari lamunannya. Ia menatap ambang pintu. Berdirilah seorang gadis nan jelita. Wajahnya begitu mengingatkan kakaknya tercinta. Adriana tersenyum menatapnya. Ia langsung menyambut gadis itu begitu saja. Merengkuhnya kedalam pelukannya.

"Wa'alaikumsalam, Isabella ayo masuk"

"Isbel dengar kakak sudah kembali?"

"Iya, kakakmu itu sudah kembali namun sebentar lagi dia berangkat lagi"

"Isbel boleh menumuinya?"

"Tentu saja boleh. Isbel pergi ke taman belakang saja ya. Tante mau siapkan makanan untuk kita semua. Isbel makan disini yah, sudah lama Tante Ndak menghabiskan waktu bersama kalian semua"

Isabella mengangguk. Ada guratan wajah bahagia disana. Adriana menepuk bahu Isabella dengan lembut kemudian berlalu meninggalkan gadis itu. Entah berapa lama gadis itu tidak lagi menemui Setya. Ketika di tinggalkan, ia masih menjadi seorang gadis SMA yang polos nan anggun. Kini kepolosan dan keanggunan itu masih ada pada diri Isabella seakan melekat disana. Namun, gadis itu bukan lagi gadis SMA seperti dulu. Isabella yang sekarang adalah seorang mahasiswi kedokteran salah satu universitas negri di Bandung. Wajahnya pun makin cantik dengan polesan sedikit make up yang di riaskan secara tipis. Gaya berpakaiannya pun telah banyak berubah. Lebih rapih dan terlihat begitu elegan. Isabella yang biasanya mengucir rambutnya yang sedikit cokelat di biarkan tergerai begitu saja.

Benteng Merah PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang