#25 Bukti Baru

17 3 0
                                    

" Wah setengah tujuh pagi, telat deh gue. Bang cepetan dong bang! Pager sekolah saya keburu di tutup!", ucap gue kepada abang ojek online.

Gue sedang berada diojek online yang gue pesan karena Papa Joseph gak bisa nganterin gue ke sekolah. Bokap gue lagi dinas ke Surabaya, kayak biasanya. Sebenernya di rumah masih ada satu mobil papa, tapi gue belum bisa nyetir mobil. Jadi, Kak Dini ngebawa mobil itu ke kampusnya tanpa mau nganterin gue ke sekolah dulu sebelumnya. Takut telat katanya.

Dengan kecepatan motor super yang dimiliki abang gojek online, hanya dalam waktu sepuluh menit gue sampai ke sekolah. Untungnya, pagar sekolah masih belum ditutup. Gue langsung membayar ojek dan berlari ke arah pagar sekolah. Gak lupa juga, gue menyapa Pak Kumis.

" Selamat pagi, Pak Kumis! Semangat kerjanya ya pak!"

" Pagi non Dena, Makasih ya non"

" Mari Pak Kumis!", gue pamit sekaligus mengakhiri percakapan gue dengan Pak Kumis dan bergegas menuju kelas.

* * * * *

"Woi, San!", panggil gue kepada Sandra yang sedang duduk di bangku depan. Sebenarnya, bangku awal kami berdua di belakang, hanya saja kelas kami menerapkan sistem rolling untuk denah duduk, dan minggu ini kami kebagian jatah di bangku depan.

" Ihalah Den, untung lo ga telat!"

"Kenapa emang?"

"Ayo ke kelas Nael! Nael lagi ribut sama Darren!"

" Ayo, cepet!"

Gue dan Sandra langsung segera naik tangga dan pergi ke depan kelas Nael. Kami menemui ada keributan disana. Anak kelasnya menyoraki Nael dan Darren yang sedang baku hantam di kelasnya.

" Nael, stop! Udah! Gak begini caranya nyelesain masalah!"
" Nael dengerin gue!"
" El cukup"

Gue berusaha masuk ke tengah pertikaian yang cukup sengit antara Darren dan Nael. Mereka yang sedang baku hantam coba untuk gue lerai. Gue masuk di lingkup mereka dan ..

Bugh

Ya, gue yang kena tonjokkan maut dari tangan kanan Darren. Kepalan tangannya yang menghantam tulang pipi gue langsung gue balas dengan tamparan yang cukup keras.

" Setan apa yang ada dalam diri lo?", gue melontarkan pertanyaan kepada Darren sambil mendorongnya dengan cara menjauhkan bahunya dari hadapan gue.

" Lo tau ga cowok lo kelakuannya kayak apa?! Dia deketin Maria! Brengsek!" , jawab Darren dengan intonasi tinggi disertai mimik muka yang nampaknya kesal dengan pacar gue.

" Apaan si? Gak waras lu ya? Maria yang sok sok deketin gua dan gua gak ada urusannya sama dia. Paham? Punya otak dipake dikit dong, mas. Deketin cewek aja lancar, mikir logis aja gak bisa." , timpal Nael sekaligus menyanggah pernyataan yang dikeluarkan dari mulut Darren.

Anak - anak GODDAMN akhirnya hadir menghampiri Nael dan Darren, mencoba menengahi permasalahan yang ada.

" Ah kenapa lo baru muncul sekarang?", celetuk Sandra kepada para sahabat Nael itu

" Sorryy, tadi nyarap dulu di warteg depan. Belom nyarap ntar maag kronis mau nanggung lu?" , jawab Owen

" Nael. Ikut aku" , ajak gue kepada Nael sembari menarik pergelangan tangannya untuk segera pergi dari tempat kerusuhan tadi. Maksud gue mengajak Nael pergi adalah untuk mengintrogasinya agar semua prasangka yang ada di otak gue ini tau kebenaran yang ada.

Gue sebagai pacarnya pasti percaya banget sama Nael, dan dari awal gue kenal dia, gue tau dia orang baik, gak mungkin nyakitin lah. Nael langsung gue bawa ke tangga belakang kantin. Dia mengikuti langkah gue tanpa mengucapkan satu kata apa pun dan gak protes sama sekali. Canggih, langka banget mahluk Tuhan yang satu ini.

Sesampainya di tangga belakang kantin, Nael langsung mengambil posisi duduk tanpa melontarkan satu kata pun. Gue menghela nafas terlebih dahulu, agar tidak tersulut emosi lebih saat mengintrogasi Nael.

" Nael" , ucap gue lirih.

" Kenapa?"

" Apa yang dibilang Darren ta--

" Kamu percaya aku atau Darren, Den?"

" G... Ga... Gak .... Tau.."

" Dua hari lalu, Maria gabung ke meja aku sama anak - anak pas lagi makan di kantin. Aku cuman diem kok. Darren dan yang lainnya nanya - nanya tiga cewek itu. Sumpah kamu tanya semua orang yang ada disana aku gak ngomong satu kata pun. "

" Terus kenapa Darren marah?"

" Maria ngajak aku jalan ke toko buku, Den. Aku langsung pergi dari kantin. Udah itu aja."

" Lo kenapa gak bilang gue?"

" Karena dia gak penting."

" Terus, sekarang gimana?"

" Aku udah coba jelasin semua ke Darren. Dia gak terima. Dia kira berhasil deketin Maria, jadi Maria ngajak jalan gitu. Padahal aku gak tau apa - apa. "

" Lo kenapa pake aku kamu si, kayak anak smp baru pacaran tau ga"

" Karena kan gue sayangnya cuma sama lo."

Ucapan Nael yang barusan membuat gue terbang sampai langit ketujuh! Demi apa pun, segala hal yang keluar dari mulut cowok itu bikin frekuensi debaran hati gue sebelas dua belas sama frekuensi getaran bedug yang dipake kalo lagi takbiran, dag dig dug jer!

Gue yang berdiri di hadapannya melihat perawakannya dari ujung rambut sampai ujung kaki makin merasa bersyukur atas apa yang udah Tuhan kasih buat gue saat ini. Cowok yang sabar, jujur, baik, multitalent, sayang sama mamanya, dan sayang sama gue juga ini udah jadi paket lengkap yang harus disyukuri.

Tiga, lima, tujuh, hingga sepuluh detik, gue masih melongo menatap Nael. Nael melambai - lambaikan tangannya dihadapan mata gue, berharap gue sadar dari lamunan kosong yang gak jelas. Seandainya dia tau, sebersyukur itu gue kepada Tuhan yang udah menciptakan mahluk macam dia.

" Den, ke kelas yuk", Nael mengajak gue untuk ke kelas karena jam pelajaran akan segera dimulai.

* * * * *

" Sandra, titip Dena ya", kata Nael kepada Sandra.

" Siap deh kak! Mie ayam satu ya nanti?"

" Okei"

" Kamu duduk manis aja ya, belajar yang bener. Urusan ini bisa diselesaiin pelan - pelan. Oke? Aku balik dulu ya ke kelas", pamit Nael sambil mengacak - ngacak rambut gue sebagai tanda perpisahan. Gue menanggapinya dengan memberikan senyum tipis kepada Nael. Sandra langsung menarik gue untuk duduk di bangku kami berdua. Dia menjelaskan runtut kejadian selepas gue dan Nael pergi dari kelas Darren. Katanya, Darren berkata yang tidak - tidak dan ada hubungannya dengan kasus Audy.

" Gue sempet rekam kok. Di the naels aja ya?"

" Yah San, Cheryl kasian dong masih mikirin kasus beginian"

" Ahahaha .. Iya juga, tapi kan itu anak gak ikut penyelidikan langsung terima jadi, gak pusing lah?"

" Iya iya, nih gue send ya"

Kami pun akhirnya mendapatkan bukti baru untuk mengungkap kasus ini secara perlahan. Gue yakin, pasti kasus ini terungkap sedetail mungkin oleh kami.

PROBLEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang