#39 - Kembalinya Ibu Negara

9 1 0
                                    

Drrrtt Drrrttt..

" Duh, apasih? Rese banget masih pagi udah berisik aja"

" Heh oon, sekolah! Mau nganggur lo nantinya? Baru SMA aja udah males - malesan", teriakan Kak Dini membangunkan gue dari jam tidur yang amat pulas ini. Gue baru sadar ini sudah jam tujuh pagi, dan gue gak berniatan untuk pergi ke sekolah pagi ini. Males. Bosen. Suntuk. Gak mood rasanya buat melihat raut wajah Nael pagi ini.

" Izinin gue dong kak"

" Untuk terakhir kalinya semalam saja bersamamu"

" Serius ih gue lagi males!"

" Pasti lagi ribut sama Nael, udah gue tebak. Bener kan?"

" Nael tuh rese, masa dia bilang dia bukan dukun. Ya kan emang bukan?!"

" Ya lo nya gak jelas sih, kalo lo kasih tau kenapa ada apanya sih pasti Nael gak bakal bilang begitu dong? "

" Udah ah males, mau tidur aja, keluar sana"

* * * * *

" Dena mana?"

" Gak masuk"

" Yang bener aja?"

" Bener"

" Gua mau cek, minggir", ucap Rio sambil masuk mengobrak - abrik kelas gue. Padahal, emang kenyataannya gue gaada ditempat. Ini yang gue gak suka dari Rio, rebel. Pengacau segala kondisi dan situasi apapun, kapan pun, dimana pun. Sandra yang baru datang langsung menghadang perilaku Rio. Ini gak semestinya dilakuin anak segede ini, pikir Sandra.

" Woi lo anak mana? Kelas lo? Bukan! Keluar lo sekarang juga, Ini kelas gue. Anak - anak mau belajar! Jangan mentang - mentang lo ketua OSIS gue takut sama lo ya?! Engga! Gak sama sekali! Ya kan temen - temen?", celetuk Sandra meminta perhatian pada semua teman kelasnya agar mendukungnya untuk mengusir Rio dari dalam kelasnya.

"Urusan gue belom selesai sama lo"

" Ke solo makan siput, jangan songong lo dipikir gue takut?!"

" heh untung lo cewek ya, aman lo"

* * * * *

" Eh el, tadi gue liat Rio masuk kelas Dena, tapi Dena nya gak ada gitu"

" Seriusan?!", tanya balik Nael usai mendengar pernyataan Dennis yang baru saja melewati lorong kelas sepuluh. Lalu Dennis menjawab dengan anggukan kepala kebawah yang amat sangat irit. Nael lekas membawa kunci motor Dennis yang berada di saku celanana Dennis dan pergi meninggalkan ruang kelasnya.

Nael berlari cepat hingga ke parkiran sekolah, Pak Bon menyaksikan Nael dari pos satpam.

" Mau kemana atuh aden?"

" Ibu negara saya dalam ancaman pak!"

" Selamatkan heula atuh aden sebelum hanyut dibawa den Rio"

" Tolong bukain pagar pak"

" Rebes!!", jawab Pak Bon sembari membukakan gerbang depan sekolah, dan Nael pun menaikkan kecepatan motor Dennis hingga 70km/jam. Bayangkan sengebut apa?

* * * * *

" Permisii!!"

" Oh ya bego ada bel"

PROBLEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang