Bel pulang sekolah telah berbunyi, gue buru - buru pulang dan gak mau ketahuan Nael kalau gue lagi gak mood buat ketemu dia, lihat mukanya, dengar suaranya, ah pokoknya lagi males deh!
Butuh tiga kali untuk gue naik turun angkot karena jurusan angkot yang langsung ke rumah gue tidak tersedia. Jadi, gue naik angkot a lalu turun cari angkot b lalu naik lagi ke angkot c untuk sampai ke rumah. Perjalanan naik angkot a untuk ke halte dimana angkot b tersedia memakan waktu cukup lama. Supir angkot yang kebanyakan nge-tem membuat gue darah tinggi akut.
" Bang jangan nge-tem mulu dong! Kapan sampenya bang" , oceh salah satu penumpang angkot ; dia seorang ibu - ibu dan duduk persis disebelah kanan gue.
" Sabar dong bu, saya nyari rezeki loh ini" , sahut abang angkot tersebut tanpa mempedulikan kendaraan - kendaraan lain yang menantinya untuk maju dan tidak berhenti dengan waktu yang cukup lama di tengah hiruk pikuk ibukota.
Karena angkot ini tidak berjalan sebagaimana mestinya ; kebanyakan nge-tem maksudnya, gue memutuskan untuk turun di tempat angkot itu berhenti, persis di halte. Sialnya, saat gue ingin mengeluarkan dompet untuk membayar ongkos angkot, ada seorang copet yang dengan lincahnya mengambil dompet gue dan berlari kencang meninggalkan kami.
Dalam kondisi tersebut, abang angkot tetap menagih gue duit lima ribu rupiah. Untungnya, ada sisa uang di saku rok seragam dan gue langsung berlari mengejar copet yang mengambil dompet gue. Setelah cukup lama berlari, gue menemukan copet itu dan mengajak dia untuk bergelut.
" Berhenti! Sini maju lo! Lo kira gue lemah? Gue cuman lengah tadi! Maju!" , tantang gue kepada copet yang sedang mencoba menghindar.
" Oke. Siapa takut? Maju lo bocah!"
Gue emang terbilang cukup nekat untuk melawan copet ini sendirian. Akan tetapi, Ilmu yang sudah di ajarkan oleh Papa Joseph tentang bela diri selalu gue inget. Ada gunanya juga Papa mendidik anaknya dengan sentuhan militer.
Tubuh copet itu tinggi, namun tidak kekar. Jadi, rasanya memungkinkan untuk dikalahkan. Langsung gue hajar, tonjok, sebagaimana yang gue bisa dan mampu. Sampai pada akhirnya, sang copet mendorong gue hingga terjatuh.
" Geblek lo ya! Beraninya sama cewek! Maju, gue gak takut!" , balas gue sembari menantang kembali pencopet itu yang dilanjut dengan berkelahi melawannya. Jurus - jurus yang papa ajarkan sangat berarti dan bermanfaat bagi gue. Kalau diibaratkan pertandingan, babak satu dan dua masih gue bisa tahan imbang. Namun, didetik akhir, tangan pencopet itu mengepal dan mendaratkan tonjokkannya ke arah wajah gue.
" Nah, mampus lo" , ucap si pencopet itu dengan rasa puas karena gue tidak mampu melawannya kembali.
Tiba - tiba, suara yang tidak asing yang diiringi dengan knalpot motor sport datang, turun menghampiri kami, dan langsung mendaratkan beberapa pukulan ke wajah sang copet.
" GAK SEPATUTNYA LO LAWAN CEWEK !!"
Bugh
" INI PUKULAN BUAT SEGALA KEBODOHAN LO !!"
Bugh
" CARI PEKERJAAN TUH YANG HALAL "
Sosok itu langsung mendesak sang copet untuk mengembalikan dompet gue beserta isi - isinya, meminta kepadanya untuk tidak mencopet lagi, dan segera mencari pekerjaan yang halal.
" Kalo lo mau gunain skill lo buat berantem, perusahaan papa gue lagi butuh security di kantornya. Sekarang mending lo dateng dan interview. Ini alamatnya, jangan sekali- kalinya lo nyopet lagi. Ngerti?"
" Ngerti pak bos. Ampun pak bos, makasih lowongan pekerjaannya bos. Saya janji gak nyopet lagi" , jawaban sang copet itu mengakhiri kejadian ini dan ia langsung meninggalkan tempat itu, menyisakan kami berdua. Ya, gue dan sosok yang baru saja menyelamatkan gue itu. Gue yang masih terkapar lemas dan dalam keadaan setengah sadar berkat tonjokkan sang copet itu langsung diangkut ke motornya dan dia mengantar gue pulang.
* * * * *
Sosok itu memencet bel rumah gue berkali - kali, karena orang rumah tidak ada yang keluar pagar. Dipencetnya kembali sambil berteriak, akhirnya mamkir keluar rumah untuk membukakan kami pagar. Mamkir kaget karena bekas ungu yang ada di wajah gue.
" Maaf tante, Dena babak belur. Tadi, dia dicopet, terus dia berantem sama copetnya. Terus saya dateng nyelamatin dia dan nasehatin copetnya biar cari pekerjaan halal. Terus, saya kasih lowongan kerja jadi security deh di perusahaan papa saya. Ini Dena di taro mana ya tante?"
" Oohh, begitu ceritanya. Bawa masuk aja ayo ayo ke ruang tengah. Oh iya, seragam kamu sama kayak Dena. Kalian satu sekolah?"
" Ya, kami satu sekolah. Tapi, saya kakak kelasnya. Saya ketua osis tan, nama saya Rio. Ini saya gendong anak tange gapapa ya?"
" Hmm, gapapa deh ayo sini ikut tante", jawab mamkir sembari mengarahkan Rio untuk menggendong gue ke ruang tengah karena masih dalam keadaan lemas dan setengah sadar. Sesampainya di ruang tengah, Mamkir menawarkan minum untuk Rio, dan dia mau. Dengan sengaja, gue masih gak mau membuka mata karena malas berbasa - basi dengan Rio.
Akhirnya, gue memutuskan untuk tetap memejamkan mata dan mendengar semua obrolan Rio dan Mamkir, yang mana tujuan Rio adalah menjatuhkan Nael disetiap prestasi yang ia raih ; itu menjadi kebanggan tersendiri baginya.
" Oh begitu ya, tante baru tau"
" Nael sering main ke sini tante?"
" Sering kok. Sering bawain kue"
" Kue doang gak kenyang tante. Mending kita pesen makaan online aja, saya pesenin pizza ya tante"
" Gak usah ,Gak perlu. Gak ada yang makan, Rio"
" Udah kepesen maaf tante, udah tante tenang aja gak usah bayar, saya mesennya pake dompet online juga."
" Hmm, terimakasih ya"
" Gak usah gitu tan, saya jadi malu. Oh ya, rumah saya juga dikomplek ini loh tan. Tuh di ujung, saya anaknya Pak Tantowi Wiyoko. Saya Rio Wiyoko, pewaris tunggal dari segala asset yang papa punya. Mau rumah, mobil, motor gede, villa, resort, saya ada"
" Eheheh, gitu ya"
" Yaudah tante, nama ojeknya Pak Widodo ya. Atas nama Rio Wiyoko. Nanti tinggal tante terima aja. Saya pulang."
" Okedeh makasih banyak ya, Rio. "
" Dengan senang hati tante, sampai jumpa di lain waktu ya"
Rio pun akhirnya segera pamit dan meninggalkan rumah gue. Kuping gue mau pecah dengerin semua kesombongan dia. Cerita - ceritanya yang menjatuhkan Nael dihadapan Mamkir membuat gue kesal. Akan tetapi, kalau tidak ada dia mungkin gue gak selamat sekarang. Kayaknya gue harus berterimakasih ke dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROBLEMA
Teen FictionDena adalah seorang siswi baru Sekolah Menengah Atas yang mencoba meluapkan kekesalannya karena menghadapi berbagai macam problema yang ada dihidupnya. Kalo kalian semua mau tahu problema apa saja yang dialami Dena , Ikuti terus cerita Dena yaaa! Ja...