#30 Kecelakaan Lidah

17 2 0
                                    

Gue melangkah terburu - buru menuju koridor kelas. Saking cepatnya melangkahkan kaki untuk masuk ke arah kelas, gue sampai melupakan dan membiarkan Sandra berdiri sendiran di ambang pintu kelas.

Gue langsung melipatkan tangan di atas meja seraya berdoa, memohon kepada Tuhan agar tiada seorang pun yang mengetahui keberadaan gue tadi pagi di dalam mobil Rio. Gue gak mau kabar ini sampai ke telinga Nael. Semoga saja, hal yang tidak gue harapan tidak terjadi.

Karena merasa heran dengan gelagat gue sedari tadi, Sandra lekas menghampiri gue ke meja kami, kami masih duduk sebangku. Sandra bertanya kenapa gue berjalan terburu - buru dan memasang ekspresi yang tak biasanya.

" Apaansih lo, Den. Lagi kenapa? Ada masalah nih pasti"

" E.. ee... eng.. enggak kok "

" Udah gak usah boong"

" Aduh"

" Kenapa?! Bilang sama gue!", Sandra berseru dan memaksa gue untuk menceritakan keanehan gue padanya. Akhirnya, karena dia adalah orang yang paling dekat dan gue percaya selama masa SMA ini, gue cerita ke dia.

"San", panggil gue kepada Sandra dengan nada yang sedikit lirih.

" Apa?!"

" Lo tau ga"

" Engga"

" Serius"

" Gue juga serius"

" Kemaren gue kecopetan"

" Hah?! Dimana?! Seriusan lo?! Lo ga kenapa napa kan, Den?!", teriakan Sandra membuat seisi kelas memfokuskan pandangannya ke arah kami berdua karena Sandra terlalu berisik. Bahkan, ada satu anak kelas yang memprotes kami karena teriakan Sandra membuatnya kaget.

" Pas gue dicopet, Rio nolong gue. Jadi,gue berterimakasih lewat chat"

"Terus? Kenapa lo pagi in--

" Pagi ini gue dianter Rio ke sekolah. Anak - anak di parkiran ngeliatin gue, cuy. Gila banget. Gue takut ketawan Nael terus dia marah"

" Kok lo bisa bareng Rio sih?!"

" Gue udah bangun jam enam pagi, sumpah. Gue mau kabur dari dia dan nunggu ojek online. Tapi, gak ada yang nerima orderan gue dan tiba - tiba aja Rio udah di depan teras rumah gue. Asli senyebelin itu"

" Emang gak ada adatnya ya itu orang!! Kurang ajar!! Temen gue dirusak hubungannya. Gue harus kasih pelajaran", jawab Sandra berapi - api.

" Pelajaran apalagi sih san? Chill, bruh!"

* * * * *

" Wooi guys, salaman dulu biar gak slek'', ucap Owen kepada anak GODDAMN yang sedang berkumpul di tangga belakang kantin. Mereka semua berada dalam formasi yang lengkap, kecuali Darren dan Dennis. Mereka tidak ada disana. Entah, mungkin belum ada silaturahmi yang terjalin kembali diantara Nael dan Darren. Kalau soal Dennis sih, gue gak tau apa apa.

" Loh? Si ganteng kemane? Belum maafan ama lu bro?!" , tanya Owen kepada teman - temannya sekaligus bertanya kepada Nael tentang keadaan Darren.

" Au " , jawab Nael sambil menaikkan kedua pundaknya.

" Ya Tuhankuuu, ngambek die gara - gara gak dibilang ganteng", ejek Marcell kepada Nael. Teman - temannya sontak ikut menertawakan kalimat yang barusan Marcell lontarkan kepada Nael. Pasalnya, Nael mengubah ekspresi mukanya yang pasrah menjadi cemberut dengan hati dongkol.

" Gak gitu" , ucap Nael dingin.

" Ah bercandaan lo ga asik sih, wen!", celetuk Gerry

" Huuuuuuuuu baper"

" Iye maaf bang primadona. Darren emang ganteng. Tapi kan lo doang di geng ini yang diincer semua gadis sekolah, gadis sampul, sampe gadis desa. Semuanya kesemsem sama lu bang primadona." , timpal Owen menanggapi teman - temannya yang mencoba mengadu domba dirinya dengan Nael. Ia tau maksud para temannya itu bercanda, hanya saja, Ia tak tau apa yang ada di dalam hati dan pikiran Nael.

Dari kejauhan, Dennis berlari tergopoh - gopoh dengan nafas yang tidak teratur. Ia memanggil kami semua untuk pindah ke meja kantin dan duduk bersamanya karena Ia sudah tidak kuat, capek katanya. Teman - temannya pun segera menghampiri dia.

" Apasih lo lemah banget." , celetuk Aris

" Lo harus tau el!" , seru Dennis sambil mencoba mengatur nafasnya secara perlahan.

" Nafas dulu anjrit. Bengek lama - lama lu begitu nyed!", pinta Marcell.

" Penting ga?!", tanya Nael dengan wajah yang masih datar, tidak beranjak dari ekspresi yang sebelumnya. Duh, muka dia lagi datar aja masih ganteng. Sebel.

" Heh, Penting ga?!", tanya Nael serius.

" Cewek lo" , ucap Dennis.

" Kenapa?!"

" Nih nih minum dulu nih nis" , tawar Gerry.

Dennis meneguk air mineral botolan yang baru saja dibeli oleh Gerry di kantin. Nael memandang Dennis penuh keheranan. Tak biasanya Dennis begini. Pasti, dia membawakan kabar penting ; batin Nael.

" Dena tadi pagi berang--

" Ngomong gausah lama"

" Ceweklu berangkat sama Rio"

" Demi apa"

" Iya. Lo gak bilang mau jemput dia emang?"

"Ya mau gimana dia aja masih perang dingin sama gua. Lagipula, dia udah gak butuh gua. Udah ada Rio juga. Lagipula cewek pasti pilih yang bermobil biar ngedate gampang. Gua kan cuman sampah masyarakat. Bolak balik dapet surat peringatan, beda banget sama Rio"

Nael menarik nafasnya dalam - dalam, lalu menghembuskannya kembali. Berulang kali ia melakukan itu, sementara temannya hanya bisa memperhatikan. Laki - laki mendongakkan kepalanya seraya mengucapkan rangkaian kata. Disisi lain, dia gak mau kehilangan gue. Anjay!
Disisi lain pula, dia bingung bagaimana cara mengawali hubungan yang sedang hancur - hancurnya ini.

" Ya, Rio lebih segalanya. Gua rasa, Dena bakal semudah itu jatuh ke pelukan Rio. Gak akan mung---

Plakk

Penjelasan Nael barusan terdengar di telinga gue. Kebetulan gue sedang membeli roti di kantin dan melintas di hadapannya persis. Tanpa pikir panjang, gue langsung menghampiri meja dimana anak GODDAMN bercengkrama dan berbicara, dan memberikan tamparan kepada pipi kanan Nathanael Pranoto Hadi. Gue pun menangis, dan lari ke arah kelas. Nael hanya bisa meringis, merintih kesakitan, karena tamparan gue lumayan keras. Bagaimana gue tidak sakit hati, pacar gue sendiri yang notabennya udah lima bulan lebih ada di sisi gue bisa ngomong begitu soal gue. Kondisi batin gue sudah mulai terancam, langsung gue tinggalin tempat itu sesegera mungkin dan mencari tempat menyendiri.

" Yah nohkan cewek lo kabur" , ucap Gerry.

" Iya"

" Kok iya doang sih?", tanya Dennis.

" Semua hal yang direnggut Rio gak akan kembali"

" Segini doang perjuangan lo? Nathanael Pranoto Hadi si murid famous yang berprestasi? Payah! Ini bukan Nael yang gue kenal!", timpal Aris sambil memalingkan wajahnya ke kanan.

" Ah! Kenapa gua keceplosan tadi"

" Putus asa mulu lo kayak benang layangan gopean!", celetuk Marcell yang diakhiri dengan tawaan para temannya.

" Udah, gak usah dipikirin dulu. Mending urusin yang lain biar lo fokus", saran Aris.

" Lagipula lo kan mau ikut olimpiade kimia cuy, fokus lah jan cewek mulu. Lo menang ge cewek lo bangga", kata Gerry memberi semangat kepada Nael.

" Thanks bro", jawab Nael yang sedang berusaha meraih bahu Gerry untuk dirangkul. Nael tersenyum tipis. Dukungan - dukungan yang didapatnya menjadi semangat bagi Nael untuk tidak hidup dalam keputusasaan dengan selalu menyalahkan dirinya sendiri. Nael pun tersenyum dan merangkul para sahabatnya itu. Ia berterimakasih dan mengucap syukur kepada Tuhan karena telah diberikan sahabat yang selalu ada dalam keadaan senang, bahkan titik nol nya sekalipun. Dalam kasus ini, Darren adalah sebuah pengecualian baginya.

PROBLEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang