#31 Ini Bukan Akhir

8 2 0
                                    

" Den ... "

Sandra datang dan duduk disebelah gue, berusaha untuk menghibur karena kasus beberapa waktu lalu.

" Ayolah, yang kuat! Nael pasti gak sengaja Den, percaya sama gue!"

" Ta.. tapi .."

" Gue yakin Nael gak gitu! Pasti dia keceplosan aja gitu ngomong begitu. Itu pertanda bagus lagii"

" Bagus darimana?", tanya gue kepada Sandra dan memfokuskan diri ke arah wajahnya.

" Itu tandanya dia cemburu sama lo"

" Ya gak gitu juga!"

" Kok jadi gue yang dimarahin si?!"

" Udah ah gue mau ke perpus, tugas Bahasa Indonesia soal resensi buku kan belum kelar. Lo kalo mau ikut ayo kalo enggak yaudah gue sendiri"

" Gak mau ah"

" Yaudah, bye!"

" Yaudah, bye sayangkoo"

Sandra tidak ikut dengan gue. Ya jelaslah, tugas dia udah selesai, tugas gue belum. Tugas resensi dari Pak Sondy emang menyusahkan kami, para murid. Entah, kayaknya sih cuman gue doang yang kesusahan, hehe. Gue males banget sama yang namanya membaca. Pasalnya, membaca terlalu menghabiskan satu dasawarsa waktu di hidup gue. Gak deng boongin, hehe.

Gue melangkahkan kaki ke perpustakaan sekolah sambil membawa notebook ( buku catatan kecil) agar memudahkan pekerjaan gue.

" Pagi, Bu Danti!!", senyum gue arahkan kepada Bu Danti sang penjaga perpustakaan.

" Pagi, Dena. Rajin banget udah ke perpustakaan jam segini, ada keperluan apa?"

" Biasa, belum nyelesein tugas saya itu. Ini udah diisi ya, bu"

" Okedehhh, selamat membaca", ucapan Bu Danti mengakhiri percakapan kami dan gue langsung berlari ke arah rak buku yang berada agak jauh dari tempat dimana gue dan Bu Danti berbicara.

Lorong demi lorong disusuri demi mendapatkan buku yang gue cari. Karena banyak sekali buku yang ada di perpustakaan, gue sampai bingung buku yang mana yang harus gue masukkan kedalam buku tugas untuk diserahkan kepada Pak Sondy.

Tap tap

" Suara apatuh", gue bergumam dengan sedikt ketakutan. Rasanya jantung mau copot seusai mendengar langkah kaki dari lorong sebelah. Bagian belakang leher gue terasa dingin, karena ketakutan.

Gue mulai melirik ke kanan dan ke kiri, mencoba untuk tetap tenang tapi pikiran ini udah kemana - mana. Jadi, gue memutuskan untuk lari sebisa mungkin, setidaknya gue bertemu dengan Bu Danti saja gue udah bersyukur. Dan seiring gue berlari, derap langkah itu juga mengikuti.

Tap tap tap tap

" Bu Dantiii!!!!"
" Ibuu"
" Bu Danti saya takutttt", teriak gue sambil mencari keberadaan Bu Danti. Tetapi, Bu Danti tidak nampak dan ada sosok orang yang menggenggam pergelangan tangan gue.

" Ah siapasih, lep---

" Hai"

" Rio?!"

" Jangan takut, gue gak nyeremin kok"

" Ah gue kira lo setan! "

" Lo ngapain di perpus?"

" Biasaa"

" Tugas Pak Sondy ya? Mau gue kerjain gak?"

" Dosa dong"

" Tugasnya, bukan Pak Sondy nya"

PROBLEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang