#35 The Untold Story

10 2 0
                                    

Kriing Kriiingg

" DENA ADA TELFON ITU ANGKAT, JANGAN SOK GAK DENGER DEH AH."

" Apaansih kak, kan kakak lebih deket"

" NANTI MASKER GUE RETAK CEPET ANGKAT"

Ya, akhirnya aku yang mengangkat telfon yang berdering dirumahku. Padahal Kak Dini sedang berada di sofa ruang keluarga yang notabennya lebih dekat daripada aku yang sedang mencuci piring di dapur. Aku tahu kalau Kak Dini tidak akan pernah mau mengalah. Jadi, untuk mencegah keributan yang ada nantinya, aku memilih untuk mengangkatnya.

" Halo, bisa bicara dengan Dena Florentina?", kata si penelpon itu kepadaku saat aku mengangkat panggilan darinya.

" Bisa, Saya Dena. Anda?"

" Saya.."

" Siapa?"

" Siapa saya?"

" Kok malah balik nanya sih, gak jelas"

" Jangan dimatiin"

" Kenapa"

" Kamu bener bener udah gak inget suara aku, Den?"

" Suara anda kayak orang yang sedang sakit. Mana saya kenal"

" Aku Nael. Masih ditempat yang sama dimana kita ketemu pertama kali, dengan perasaan yang sama pula. Den, sini. Atau mau aku jemput kamu?"

" GAK", kututup dan kubanting telepon itu sekencang mungkin, lalu lari ke kamarku yang terletak di lantai dua. Mendengar bantingan teleponku, Kak Dini dengan kagetnya langsung menghampiriku ke kamarku. Dia mencoba mengetuk pintu kamarku, karena aku berada di dalam dan tidak peduli dengan apa yang ada disekitarku lagi. Aku kaget, kalua itu benar - benar Nael. Setengah percaya, setengah tidak. Yang ada didalam pikiranku, Nael masih marah denganku, mana mungkin dia juga berani menghubungiku, dia kan cupu dalam urusan begini.

" Lo kenapa?!"

" EH LO KOK DISINI SIH AH KAN UDAH GUA KUNCI"

" HEH KUNCI DARIMANA KUNCI KAMAR LO MASIH NYANTOL DIDEPAN PINTU"

" IH MASA?!"

" YA TERUS GIMANA CARA GUE BISA MASUK"

" IYA IYA"

" KENAPA?"

" NAEL"

" Ish apakabar si ganteng?"

" Au, gue kan lagi marahan sama dia, terus dia nelepon gitu pake telepon rumah ew"

" Kok ew si"

" Plin plan banget anaknya"

" Emang lo ada masalah apa sih sebenernya?"

" Kepo. Udah keluar!", aku meminta Kak Dini untuk segera meninggalkan kamarku sesegera mungkin. Pasalnya, aku terlanjur berbicara dengan dia dalam keadaan bengep. Tahu bengep gak sih kalian? Sembab gitu loh kantong matanya tebel banget abis nangis, hehe.

* * * * *

Drrrtttt . Drrrrrt..

Kalian tahu lah itu siapa,

Sandra. Dia mengabariku lewat pesan di line

Sandra :

HEH BODOH, NAEL NUNGGU LO

DI WARTEG DEPAN SEKOLAH

KAMPRET

SINI GAK LO

NAEL NUNGGUIN LO

SINI CEPET WARTEG APA MAU GUE JEMPUT

GUE TAU LO LAGI NANGIS DIKAMAR

PROBLEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang