#26 Prediksi

7 3 0
                                    

Bukti yang kami temukan kemarin rasanya cukup kuat untuk mengupas tuntas masalah ini. Gue menyuruh Sandra untuk segera mengirimkan bukti yang ia rekam, yang merupakan suara Darren segera ke grupchat the naels.

THE NAELS ( 5 )

Anyaa :
Mananih kabar menariknya

Ingee :
Send boleh kalee

Cheryl :
Kabar apasihhh gatauu

Gue perhatikan roomchat grup dari jam pulang sekolah hingga jam delapan malam ; dengan kondisi masih berseragam, kucel, dan acak - acakan, Sandra masih tidak memberi sinyal bahwa ia telah mengirimkan rekaman tersebut.

Dari tadi, yang ada hanya celotehan dari Anya, Inge, dan Cheryl yang gak tau apa - apa. Gue masih menunggu kabar dari Sandra, mondar - mandir, minum susu di dapur, ngemilin kue Mama Dewi, bikin mie instant, dan sampai akhirnya.

Drrrtt ... Drrrttttt...

Notif! Ya, ada notif dari grup, gue langsung buka notifikasi tersebut dan didapatinya lah, bukti dari mulut Darren live, tajam, terpercaya, terpampang nyata, bukan fatamorgana, bukan lagi dah yak !

THE NAELS ( 5 )

Sandra :
Sandra sent a voice message

Itu guysss

Anyaa :
Jadi selama ini Nael sama Rio
itu berantem karena Audy?

Cheryl :
Wah! Gila sih, ini Darren beneran?

Dena Florentina :
Lo serius?
Bercanda kali.
Gila aja.

Jujur aja, gue gak bisa nahan semuanya. Rasanya badan gue mau remuk dan hancur. Dari detik nol sampai yang ke 57, gue dengarkan dengan seksama. Begitu mendengarnya sampai akhir, habis sudah akal sehat yang ada di otak ini.

Gue cuman bisa gigit jari, mondar - mandir, sambil memikirkan ulang tentang kebenaran yang ada. Apa benar semua yang dikatakan Darren? Apa cuman pikiran - pikiran buruk yang terbawa karena tersulut emosi?

"Apa Nael secinta itu sama Audy?"
"Udah move on belum sih Nael?"
"Oh, jadi ini alasan kenapa kalau ditanya soal Rio dia kesel dan mengalihkan perhatian?"
" Maksud dia apasih gak ceritain semuanya ke gue? Gue pacarnya berhak tau"

Pikiran - pikiran negatif yang ada di otak gue ini secara gak langsung membuat kesimpulan sendiri atas apa yang telah gue ketahui. Prediksi demi prediksi memenuhi pikiran ini, yang sungguh - sungguh membebani gue. Sambil masih menghela nafas panjang, gue berusaha untuk tetap tenang. Akan tetapi, hati ini tak mampu berkutik. Gue akan meminta Nael untuk menjemput pergi ke sekolah besok, sembari mengintrogasinya kembali. Pasalnya, kita tidak akan tau kebenarannya jika tidak menelisik narasumbernya.

* * * * *

" Denaaa main yooookk!!" , panggil Nael yang bersemangat menjemput gue untuk berangkat sekolah. Dia langsung mengambil tas ransel gue dan mengesampingkan posisi tas ranselnya kepada satu bahu sebagai tumpuan ; bahu yang satunya digunakan sebagai tumpuan untuk memanggul tas ransel gue.

" Berat ga?" , tanya gue.

" Engga"

" Oh, bagus", gue menjawab sambil tersenyum masam dan memasang muka judes dan super ngeselin sebisa gue.

PROBLEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang