Gue sebenernya masih kepengen banget quality time ama Mama Sofia. Tapi, ya nggak mungkin juga mama bisa menuhin keinginan gue itu. Mama kan udah punya keluarga di Bandung. Punya papa yang harus dilayani dan diurus. Masih punya Lee Chan yang meskipun pulangnya setahun tiga kali doang. Sekarang juga ada Bang Jihoon-- sepupunya Soonyoung-- yang lagi nginep beberapa pekan di rumah Bandung.
"Sayang, kapan-kapan main ke Bandung, ya. Mama aslinya masih betah banget bikin riweh kalian di sini. Hehe. Cuma, mama juga nggak bisa ninggalin kerjaan di Bandung," ujar mamer gue.
"Ya, Mama... padahal Bianca masih pengen mama di sini nemenin Bianca di rumah. Apalagi kalo Soonyoung shift malem, Mah. Kan Bianca masih takut sendirian di rumah sini," rengek gue sesegukan melukin Mama Sofia.
Mama Sofia ngelus pundak gue pelan, "Bianca ikut mama ke Bandung aja, yuk."
"Ya nggak bisa atuh, Mah. Terus Young di sini ama siapa? Nggak mau sendirian, lah," ceplos Soonyoung yang berhasil bikin gue ngempet tawa.
"Ayuk, Ma. Bianca ikut mama aja, ya. Soonyoung biarin aja sendirian. Lagian dia udah biasa ditinggal-tinggal."
Kapan lagi gue bisa ngerjain suami gue. Mana pas banget pula moment-nya. Haha.
"Aelah, Bi ..."
"Apaan?" kata gue yang pura-pura ngejauh dari Soonyoung.
"Beneran?" tanyanya yang udah masang tampang melas.
"Beneran. Masa bercanda, sih. Iya kan, Ma?"
"Ya, udah. Young ikut ke Bandung juga, Mah."
Gue noleh ke arah mama bentar, sebelum nanggepin omongan suami gue barusan.
"Ngapain?"
"Ya nemenin kamu, Bi. Masa ngapain, lagi?"
"Nggak, ah. Aku nggak mau ama kamu. Aku sendirian aja ke sananya. Kan udah ada mama, papa, ama Bang Jihoon. Ntar aku kabarin aja pas mau pulang."
"Nggak usah ke sana berarti. Kamu nggak boleh ke rumah mama kalok nggak bareng aku."
"Pokoknya aku mau ke rumah mama sekarang!"
"Nggak boleh!"
"Sekarang!"
"Nggak!"
"Bianca ... Soonyoung ..." mamer gue tiba-tiba udah ngejewer kuping kita berdua yang ribut di kursi teras. "Bianca itu nggak serius ke Bandung, Young... mana bisa menantu mama ini lama-lama jauh dari kamu. Orang waktu ditinggal pas jemput adeknya Hayoung aja udah merengut gitu. Ini kok mau ke Bandung sendirian. Nggak mungkin, atuh."
Gue cuma mesem tanpa dosa waktu suami gue natap rada tajam ke arah gue. Kok ya percaya aja kalok gue mau pergi jauh dan lama tanpa dia. Mana bisa gue kayak gitu :")
"Udah, ah. Mama pamit, ya. Kalian baik-baik di rumah. Kalok ada masalah dibicarain baik-baik. Jangan pakek emosi. Jangan keras kepala semua. Harus ada yang ngalah. Inget, ya!"
"Siap, Ma. Mama juga hati-hati di jalan. Semoga selamat sampai tujuan. Dan bisa mengabdi lagi buat masyarakat," ucap gue sambil meluk dan nyium pipi mamer gue.
"Iya, sayang ... Pokoknya kalian harus ke Bandung. Mama nggak mau tau, loh. Harus sempetin ke Bandung. Banyak bayi-bayi lucu yang mama yakin bikin kamu gemes pas lihat," kata mama sambil ngelus rambut panjang gue.
"Iya, Ma. Kita pasti ke sana," jawab Soonyoung yang ikutan melukin mama.
"Kalian baik-baik, ya. Kalok perlu apa-apa, telfon papa langsung," sambung Papa Brian ke gue ama Soonyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Doctor
FanfictionWarning!!! (On Going) BELUM DIEDIT. "Gue pernah mengutuk hidup gue hanya karna satu laki-laki brengsek. Sampe lupa kalok di dunia ini masih banyak laki-laki yang punya hati malaikat, salah satunya, lo" -Blinda Ianara Carrissa- "Masalah akhirnya lo b...