Gue udah seger, selepas hampir satu jam beresin dapur yang berantakan karna ulah si maung kesayangan gue. Entah gimana caranya, hamster yang imut ini bisa bikin dapur berantakan kayak banjir bandang.
"Untung lo datang, Gyu. Kalok nggak, dapur gue udah kebanjiran," ujar Soonyoung yang udah ngeraih piring di meja makan.
"Sok bisa lo, Bang. Huh!"
"Hehe. Gue tadi penasaran aja, Gyu. Terus gue cobain, deh. Ya... siapa tau, kan?"
"Soonyoung mah kebiasaan banget, Gyu. Udah ngebuka sesuatu, pasti nggak bisa balikin kayak awal lagi," sela gue sambil naruh lauk ke piring Soonyoung.
Soonyoung nggak comment apapun. Dia cuma nyengir aja ke gue. Gue yang dicengirin gitu, langsung noyor mukanya ke arah Mingyu.
"Ini si Rachel beneran kagak ngikut kita ke Bali, Ca?" sambar Olive ke gue.
"Dia nggak bisa, Liv. Ada urusan mendadak di kantornya. Jadi, nggak bisa tinggal lama bareng kita. Apalagi ikutan piknik ke Bali," jelas gue.
"Bang Shua juga nggak ngikut, Bang? Apa emang belum pulang?" Kali ini Mingyu yang tanya ke Soonyoung.
"Bang Shua mah udah pulang. Tapi, dia langsung ke rumah mamanya di Jakarta, Gyu."
"Loh, kok mendadak?"
"Entahlah," kata Soonyoung sambil mengedikan bahu. "Maybe, ada something yang mau diomongin."
Mingyu cuma manggut-manggut. Kayak paham apa yang dibilang ama Soonyoung barusan.
"Btw, ini yang masak, siapa? Lo atau Mingyu?" tanya gue ke Olive.
"Si Kiming, noh," jelas Olive.
"Enak juga masakan lo, Gyu. Wah... bisa makmur si Olive kalok nikah ama lo, Gyu."
"Ca..."
"Hehe. Canda doang, sayang..."
"Kalok lo mau minta masakin, gue bisa banget. Tapi, bayarannya mahal, ya."
"Dih!" timpal Soonyoung yang ngelirik tajam Mingyu.
"Nggak usah, Gyu. Gue masak sendiri aja. Biar dapat jatah belanja terus."
"Bang Soonyoung suruh bantuin, noh."
"Elah... gue mending masak sendirian, Gyu. Nih hamster, kalok masak kagak anteng. Yang ada masakan gue tumplek dan dapur gue hancur."
"Jahatnya ama suami..."
"Ngapa? Kan emang bener?" kata gue sambil julurin lidah ke Soonyoung.
"Nggak ada uang belanja lagi, ah..."
"Yakin? Seriusan???" tanya gue nyelidik.
"Hm."
"Oke. Berarti, ngak ada jatah malam juga."
Soonyoung yang awalnya ngerasa menang, tiba-tiba berubah jadi manyun ke arah gue.
"Lah!"
"Makanya, Bang... nggak usah sok-sokan. Hahaha," cetus Mingyu sambil natap Soonyoung.
"Ambil semua aja nggak apa deh, Bi. Sebahagia kamu aja pokoknya. Asal jangan ditarik jatah yang itu..." kata Soonyoung sambil masang senyum melas ke gue.
"Bilang aja nggak bisa nahan!"
Kalok Olive cuma mesem kagak jelas pas ngelihatin gue ama Soonyoung yang lagi tubir. Beda kata ama si Mingyu. Dia malah ketawa ngakak sambil gebrakin meja makan di rumah gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Doctor
FanfictionWarning!!! (On Going) BELUM DIEDIT. "Gue pernah mengutuk hidup gue hanya karna satu laki-laki brengsek. Sampe lupa kalok di dunia ini masih banyak laki-laki yang punya hati malaikat, salah satunya, lo" -Blinda Ianara Carrissa- "Masalah akhirnya lo b...