PROLOG

40.3K 1.7K 15
                                    

Kamu meninggalkan harapan
Membuatku seolah terbang
Tapi kamu juga yang meninggalkan luka.
Menghempasku tanpa aba-aba
Hingga aku terperangkap pada ruang luka

°•°•°•°•°•°•

Aila melirik Nizam yang pandangannya juga lurus ke kolam ikan. Ia tersenyum miris. Wajah itu terlalu datar dan dengan mudahnya bikin hatinya ingin teriak-teriak. Nizam kamu memberi aku harapan, membuatku terbang. Tapi kamu juga yang memberikanku luka. Menghempasku tanpa aba-aba. Hingga aku terperangkap dalam ruang luka.

"Kamu nggak ingat ya Zam?" lirih Aila. Suaranya tercekat.

"Maaf, saya sama sekali tidak mengingat Anda."

"Kenapa harus bicara formal?" Air matanya kembali jatuh begitu saja.

"Karena kita nggak kenal."

Jawaban itu begitu menohok dan menyakitkan. Karena kita nggak kenal. Mudah sekali semua itu terucap setelah waktu yang telah mereka lewati. Aila tahu Nizam lupa ingatan, tapi bukankah pembicaraan tadi telah menjelaskan hubungan mereka?

"Tapi kita sebenarnya kenal."

"Mungkin dulu kita dekat. Saya minta maaf karena tidak mengingat Anda. Dari kisah yang anda ceritakan itu kisah SMA klasik biasa. Kalau begitu hubungan kita tidak lebih sekedar teman masa SMA."

Bolehkah Aila berteriak. Mengatakan pada Nizam kalau laki-laki itu juga bilang menyukainya dan berjanji untuk melamarnya? Hanya teman SMA? Tidak tahukah Nizam seberapa menyakitkan kata-kata itu hingga membuat luka baru?

"Ada sesuatu yang be-"

"Hubungan kita hanya sebatas teman SMA. Sekarang kita asing. Menurut saya kisah lalu tidak perlu di ungkit lagi. Tidak ada yang istimewa. Itu hanya kisah remaja SMA yang lumrah terjadi."

Kata-kata yang menorehkan luka lagi. Tidak bisakah Nizam tahu perasaannya saat ini? Luka kecewa belum terobati, sekarang banyak luka yang kembali ditorehkan akan sikap dan perkataannya sendiri.

"Saya sibuk. Anda sudah menjelaskan semuanya. Saya rasa sudah cukup. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Permisi."

Nizam bangkit, berjalan meninggalkannya bersama rasa sakit. Langkah Nizam yang menjauh seolah seperti jarum yang menusuk di setiap langkah kaki itu menjauh. Sesak kian membuncah membuat ia terisak.

Aila menangis. Nizam hilang dari pandangan seiring isakan keras yang terdengar dari bibirnya. Aila menutup wajahnya dengan kedua tangan, bahunya berguncang hebat. Sakit. Hanya kata itu yang mewakilkan semuanya.

Terimakasih Nizam atas lukanya.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wa'alaikumusalam Aila ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang