"Udah?"
Aila menoleh begitu Rifqi terlihat dari pantulan cermin di depannya. Aila berbalik badan, mengulas senyuman dan mengangguk. Pagi ini, Rifqi mengajaknya jalan-jalan. Entahlah mereka mau ke mana. Yang jelas kata Rifqi, hari ini mereka akan menghabiskan waktu berdua.
Tangan Rifqi yang menggantung di udara, membuatnya gugup. Aila menatap sang suami dan tangannya bergantian. Rifqi tersenyum. Mengerakkan tangannya memberi isyarat agar tangan Aila segera menyambutnya.
"Biar kamu gak hilang."
Senyum Aila terbit. "Emang Aila bakal hilang ke mana, Mas?" balasnya tetap menyambut tangan Rifqi. Seketika rasa hangat menjelajar ke telapak tangannya hingga berdesir ke seluruh tubuhnya. Nyaman.
"Nanti takutnya asik lihat yang lain jadi ketinggalan."
"Kayak Aila anak kecil aja."
Rifqi tersenyum. Lalu menarik lembut tangan Aila dan mengajaknya turun ke bawah. Sepasang insan yang baru halal itu kini bergandengan tangan hingga membuat keluarganya menoleh.
"Mau ke mana, Nak?" tanya Ariana yang membawa kopi untuk Ali yang duduk di sofa.
"Ayah, Bun Rifqi bawa Aila ke luar dulu, ya?" pamitnya.
Ali yang sedang membaca koran mendongak dan menyimpan kembali korannya. Beliau tersenyum. "Bawa aja, Nak Rifqi. Kenapa izin segala? Kamu bawa kabur Aila juga gak apa-apa. Kan udah halal." Godaan itu membuat Aila merajuk dan Rifqi tersenyum.
"Ayah ...,"
Ali terkekeh. "Pindahin manjanya ke suami."
"Ayah ...," lirihnya malu.
Rifqi tersenyum.
"Ciee pengantin baru ... Masya Allah romantisnya gandengan tangan." Godaan yang berasal dari belakang, membuat keduanya sontak menoleh. Adra bersama Advi baru saja datang dari arah dapur.
'Kak Adra," ucapnya cemberut.
"Advi, sini sayang sama nenek.'
Gadis kecil yang baru selesai mandi itu berlari riang menghampiri Ariana. Sejurus kemudian ia telah duduk manis di pangkuan Ariana. Mata bulatnya menatap sang aunty dan unclenya dalam diam.
"Mau ke mana, Ki?" tanya Adra mengabaikan adiknya.
"Ke luar sebentar, Bang."
Adra mengangguk. Lalu menoleh pada Aila. Tapi sang kakak tidak membuka suara membuat Aila menatap Adra heran.
"Apa?"
"Kok kalem gitu?'
"Aila kan emang kalem," ucapnya tidak terima.
Adra mencibir. "Jangan malu-malu ya dek, udah halal kok." Kedua alis Adra naik turun menggoda. Membuat Pipi Aila mengembung malu. Tidak Ali, tidak Adra ataupun Ariana tadi malam sama saja. Suka menggodanya.
"Udah, jangan digoda terus. Liat putri Bunda malu sendiri." Ariana terkekeh.
"Ya udah nak Rifqi bawa aja. Kasihan istri kamu digoda kakaknya."
Aila hanya dapat terdiam dengan senyum yang tertahan. Setelah mereka salam, keduanya berjalan ke luar menuju mobil Rifqi.
"Mobil Mas Rifqi di sini?"
Rifqi mengangguk. Membukakan pintu untuk Aila lalu memutarinya hingga duduk di belakang kemudi. Selang beberapa detik kemudian Rifqi mendekat membuatnya menahan napas. Aila terdiam kaku.
"Seatbeltnya dipasang," bisiknya pelan di telinga Aila. Aila mengangguk pelan, keberadaan Rifqi sedekat ini benar-benar membuatnya jantungnya berdebar tidak biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wa'alaikumusalam Aila ✓
Spiritual[SAKUEL ASSALAMUALAIKUM NIZAM] "Bisa kita perbaiki ini dari awal?" Aila refleks menoleh cepat dengan mata terkejut. "Zam ...." "Aku ... aku mencintai kamu." Djuarr!! Tangis Aila pecah, hatinya ngilu. Terlambat Nizam, kenapa baru sekarang? Delapan ta...