Kamu bertandang ke hatiku, lantas kamu pergi meninggalkanku. Tanpa peduli pada hati yang terpaut namamu. Di sana kamu pergi dengan bahagia, mewujudkan suatu harapanmu yang menjadi luka bagiku.
°•°•°•°•
Matanya membulat Sempurna begitu melihat Nama Aisya tertera. Buru-buru Nizam mengambil ponselnya dan membuka pesan tersebut. Saat itu juga, saat membaca pesan tersebut tubuh Nizam menegang.
Aisya
[Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Nizam]
[Sesuai permintaan kamu waktu itu. Memberi kabar jika aku pulang. Aku ingin memberitahu tahu kamu kabar penting, aku udah selesai interview sebulan yang lalu. Kabar gembiranya aku sudah melamar di rumah sakit di kota Jakarta dan Alhamdulillah aku diterima. Aku akan segera kembali ke Indonesia. Untuk janji kamu itu ... Insyaallah aku sudah siap. Aku akan menunggu ....]
Flashback off
Pesan Asiyalah yang membuat dia mengambil keputusan seperti ini. Gadis itu yang datang kembali, membuatnya berpikir kembali hingga Nizam memutuskan membatalkan pernikahannya. Dia akan berbicara baik-baik pada mereka. Dari pada Aila terluka karena dia sudah mencintai seseorang dan menaruh janji, lebih baik pernikahan ini dihentikan segera. Walaupun tak bisa dihindari ada hati yang dibuat terluka.
"Bagaimana mungkin kamu membatalkan pernikahan yang akan berjalan enam hari lagi?!"
Nizam menatap bersalah Abi yang begitu marah. Pancaran matanya dan postur tubuh Abinya yang tegak jelas menjelaskan itu semua. Belum lagi suara tegas Abi dengan amarah masuk ke Indra pendengarannya.
"Apa kata orang Nizam? Apa kata keluarga Ali kalau tahu ini. Kamu membuat kehormatan dua keluarga hancur. Abi tak menyangka punya putra seperti ini. Kalau kamu mengkhitbah seseorang kamu berarti sudah janji dan yakin. Pernikahan bukan hal main-main!" nafas Abi memburu. Nizam menduduk dalam. Zahra masih terdiam dengan shock. Sementara Erlin menatapnya dengan tatapan kecewa.
"A-apa salahnya, Nak?" Erlin berujar lirih. Nadanya bergetar hebat. Hatinya merasa sakit akan keputusan mendadak ini. Kenapa ketika semua sudah selesai, Nizam merusak semuanya?
Nizam memejamkan matanya sejenak, kedua tangannya terkepal kuat. Melihat kekecewaan mereka sungguh membuatnya merasa berdosa besar. Lirihan ucapan Erlin yang bergetar terasa menyayat hatinya.
"Umi Abi Nizam me-"
"Diam Nizam diam!"
Nizam tersentak kaget. Matanya membuka dan segera mendongak. Hatinya nyeri saat tatapan marah dan tajam menghunus kepadanya. Umi berdiri di sebelah kursi dan menggeleng dengan air mata yang mengalir deras.
"Umi ... Umi kecewa. Umi ... Umi nggak nyangka kamu seperti ini. Umi marah." Erlin terisak keras. Tangisnya mengeras. Zahra buru-buru memeluk Erlin dengan tangis yang juga pecah.
Dua orang yang disayangnya menangis sungguh membuat Nizam hancur. Raganya seolah hilang begitu saja. Dia menatap Umi dan Zahra dengan pandangan bersalah. Di sebelah Umi, Abi masih diam dengan tatapan kekecewaan.
Nizam beranjak dari kursinya, menimbulkan bunyi berderit tak berarti. Laki-laki itu berjalan ke arah umi, memanggilnya lirih. Zahra melepas pelukannya lalu menatap Nizam yang kini menjatuhkan lututnya ke lantai. Matanya menatap Erlin dengan tatapan meminta maaf. Keduanya tangannya hendak terulur untuk menggenggam tangan sang Umi. Namun, Erlin segera menghindar.
"Jangan dekat-dekat sama Umi!"
Erlin mundur, lalu membuang muka. Merasa tak sudi menatap Nizam karena kekecewaannya yang mendalam. Hati Nizam teriris oleh perlakuan Erlin. Selama hidupnya baru kali ini Erlin menatapnya dengan muak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wa'alaikumusalam Aila ✓
Spiritual[SAKUEL ASSALAMUALAIKUM NIZAM] "Bisa kita perbaiki ini dari awal?" Aila refleks menoleh cepat dengan mata terkejut. "Zam ...." "Aku ... aku mencintai kamu." Djuarr!! Tangis Aila pecah, hatinya ngilu. Terlambat Nizam, kenapa baru sekarang? Delapan ta...