Suara Adzan berkumandang, membangunkan dua insan yang terlelap dalam tidurnya. Pelan, maat indah itu membuka. Begitu ingin bergerak, tubuhnya seakan terkunci. Mata Aila melebar, tepat saat itu tatapannya terkunci pada wajah Rifqi yang terlihat damai dalam tidurnya. Tangan suaminya melingkari perutnya, memeluknya erat.
Tatapan Aila berganti lembut, bibirnya tersenyum. Dibelai lembutnya wajah sang suami. Nakal, tangan Aila menyentuh bibir Rifqi. Sontak Aila terdiam kaku ketika kejadian semalam membayangkannya. Pipinya merona.
Aila menahan debaran jantungnya. Oh Allah ....
"Hayo mau ngapain?"
Mata Aila melebar.
Rifqi membuka matanya dan tersenyum jahil. "Pagi cantik."
Blush ....
Aila menahan malu. "Engga-"
Cup!
Bibirnya terkunci rapat saat bibir Rifqi melumat bibirnya. Mata Aila melebar. Beberapa detik berlalu Rifqi menarik wajahnya dan tersenyum tanpa dosa.
"Aila- Aila mau mandi dulu," lirihnya tergagu. Aila menjauhkan tangan Rifqi yang masih melingkar ditubuhnya, lalu turun dari kasur terburu-buru dan lari ke kamar mandi begitu saja. Rifqi terkekeh.
Aila mengunci pintu dan memegang dadanya. Debaran itu kian mengeras. Aila menggeleng. Namun bibirnya tersenyum. Tangannya menyentuh pelan bibirnya.
"Mas Rifqi nakal," ujarnya malu.
Setelah sadar dengan lamunannya Aila bergegas mandi takut sebentar lagi masuk waktu subuh. Lima belas menit berlalu Aila selesai dengan ritual mandinya. Dengan handuk yang melilit rambutnya, Aila segera keluar.
"Kok gak nungguin, Mas?"
Aila mendongak kaget. Bukan kaget karena dia tidak menutupi rambutnya dengan hijab, Tapi Aila kaget Rifqi berdiri di depannya dengan senyum manis. Bisa-bisa dia diabetes atau sakit jantung kalau seperti ini.
"Maksudnya?" Aila menatap heran.
Rifqi tersenyum jahil, berjalan mendekat. Semerbak wangi sang istri membuatnya tersenyum. Aila was-was.
"Gak mau mandi bareng?" bisiknya tepat di telinga Aila.
Mata Aila membulat sempurna. "Mas Rifqiiiiiii!!!
Rifqi tertawa. Spontan Aila mendorong tubuh sang suami masuk ke kamar mandi.
"Sana mandi, sebentar lagi Adzan."
"Gak mau nemenin?" tanyanya dengan polos.
"Aila udah mandi."
"Kalau gitu temanin."
"Mas mesum!!" teriaknya kesal.
Rifqi terbahak. Aila menutup pintu secara paksa. Merah bak kepiting rebus, seperti itulah mungkin wajahnya. Aila berlari mengambil mukenanya, melaksanakan sholat Subuh Qobliyah agar lupa dengan sikap suaminya tadi.
Tepat Aila menyelesaikan shalatnya, Rifqi sudah siap dengan sajadahnya. Selanjutnya dua kekasih halal itu sholat penuh khusyuk. Lantunan lembut surat Ar-rahman menambah kesyahduan sholat mereka, membuat keduanya sama -sama larut dalam menghadap Allah SWT.
°°°°
Pemuda tampan yang tengah duduk di kafe itu menggulirkan layar ponselnya. Begitu matanya menangkap foto Aila, ia terdiam. Helaan nafas panjang terdengar dari bibirnya. Selang beberapa detik Vano tersenyum masam. Ia prihatin dengan kisah cintanya sejak SMA.
Aila udah nikah dan gadis itu milik orang lain.
Kenyataan yang sangat dibencinya.
Telak! Ia sudah kalah telak! Vano menghela nafas gusar, mungkin kini dia hanya bisa menangisi kisah cintanya. Ya kisah cinta yang tak pernah sampai. Pernah dekat tapi tak pernah bisa satu hati. Ah Aila, gadis incarannya kenapa tak pernah membuka hati untuknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Wa'alaikumusalam Aila ✓
Espiritual[SAKUEL ASSALAMUALAIKUM NIZAM] "Bisa kita perbaiki ini dari awal?" Aila refleks menoleh cepat dengan mata terkejut. "Zam ...." "Aku ... aku mencintai kamu." Djuarr!! Tangis Aila pecah, hatinya ngilu. Terlambat Nizam, kenapa baru sekarang? Delapan ta...