Sampaikan jika itu baik. Karena kita tidak pernah tahu dari ucapan mana yang membuat hati mereka terbuka. Barangkali dari salah satu yang kita sampaikan itulah membuat seseorang hijrah
°•°•°•°
Nizam duduk dengan gugup di antara Ahmad dan Erlin di sebuah rumah mewah yang terletak di kota Jakarta. Setelah menyampaikan maksud baiknya pada Abah Aisya, kini Nizam berserta keluarganya duduk menunggu Umi Aisya menjemput putri mereka ke kamar.
Tidak menunggu lama, Umi Aisya datang bersama sang putri. Membuat kegugupan Nizam kian menjadi. Nizam berdehem sejenak guna menghilangkan debaran jantung yang kian menggila.
“Ini Aisya. Putri kedua kami.”
Semua mata terfokus pada gadis yang menunduk sejak masuk ke ruang tamu. Begitu juga dengan Nizam yang fokusnya hanya pada gadis yang berhasil membuat jantungnya kian menggila.
Sama sepertinya, gadis itu juga sama tegang dan gugup sepertinya. Setelah kepulangan Aisya seminggu lalu. Mereka tak pernah bertemu hingga Nizam meminta izin pada Abi Uminya untuk melamar gadis Indonesia yang di kenalnya di Kairo. Dan kini lah saatnya waktu telah Nizam tetapkan pada Aisya lewat pesan jika tepat malam hari kelahiran gadis itu, Ia akan datang mengkhitbah.
“Aisya, angkat kepala mu nak.”
Aisya yang begitu gugup, mengucap bismilah sejenak lantas mendongak secara perlahan. Pipi Aisya seketika memerah. Senyum keduanya sama-sama terbit hingga Nizam mengubah ekspresinya mejadi serius.
“Aisya, tak lain tujuan Aku datang untuk mengkhitbahmu. Meminta kamu menjadi pelengkap imanku, menjadi bidadari dalam hidupku, bersama kita berjala menuju syurganya. Aku ingin kamulah yang menjadi kekasih halalku, Ibu dari anak-anak ku kelak… Untuk itu maukah kamu menjadi makmumku?” Ucapan sekali tarikan nafas itu berhasil Nizam ucapkan. Laki-laki itu belum bisa bernafas lega karena belum ada jawaban dari gadis di depannya yang hanya diam dan kembali menunduk.
Detik detik menunggu jawaban bagai membuat jantung Nizam di disko hingga perutnya melilit menunggu jawaban. Aisya di depannya terlihat memainkan jari-jemari tangannya. Suasana ruang tamu pun mendadak hening menunggu satu jawaban.
“Bagaimana nak? Nizam menunggu jawabanmu.”
Dan setelahnya. Kalimat lembut yang meluncur dari bibir aisya membuat semua orang mengucap hamadalah ssekaligus Nizam bernafas lega dan bibirnya melengungkan senyum bahagia luar biasa.
Setelah membahas sedikit tentang pernikahan Nizam dan Aisya. Pertemuan dua keluarga itu di akhiri. Hasil akhir pertemuan malam itu adalah Pernikahan mereka akan di adakan sebulan lagi. Keluarga Ahmad setelahnya pamit undur diri dengan Nizam yang tak henti senyum dari tadi.°•°•°•°•
Berbeda dengan Nizam yang begitu bahagia, Vano dan Dian frustasi mencari keberadaan Aila. Vano sudah mengerahkan semua cara hingga menyuruh bawahannya, namun Aila tak dapat di lacak.
Semua orang tutup mulut, mencari nama Aila di semua penerbangan seminggu terakhir pun tak membuahkan hasil. Aila, gadis itu seolah menghilang di telan bumi. Ini benar-benar membuat Vano frustasi.
Di sela mencari keberadaan Aila, Vano mengetahui banyak hal, tentang Nizam yang lupa ingatan dan pernikahan Aila dan Nizam yang sempat akan terjadi namun batal. Semua informasi yang di dapatnya membuat Vano tahu, Aila pergi karena ingin melupakan Nizam.
Bagi Vano, ini kesempatan, di saat Aila berniat membuang Nizam di hatinya, Vano akan mencari gadis itu dan berjanji akan membuat hati Aila luluh padanya. Setidaknya, lampu belum merah, kesempatan Vano selalu ada. Karena hingga detik ini pun seorang Aila Az-Zahra belum menikah dan keuntungan lain Vano saingannya pun tak ada lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wa'alaikumusalam Aila ✓
Espiritual[SAKUEL ASSALAMUALAIKUM NIZAM] "Bisa kita perbaiki ini dari awal?" Aila refleks menoleh cepat dengan mata terkejut. "Zam ...." "Aku ... aku mencintai kamu." Djuarr!! Tangis Aila pecah, hatinya ngilu. Terlambat Nizam, kenapa baru sekarang? Delapan ta...